5 - MAAF

62 7 0
                                    

Malam hari*

Menggambar sudah menjadi Hobi Raizel sejak kecil.
Sambil memakan bubur wortel, tanpa disadari terlintas pikiran dan pertanyaan dikepalanya.

"Hm.. Pasti susah kalau aku bersama dengan perempuan itu, apakah nanti aku akan menuntunnya kemana mana, lalu membacakan tulisan atau buku untuknya, dan percuma aku berpenampilan keren kalau dia tidak melihat"

Terlintasnya pikiran dan pertanyaan seperti itu di kepalanya sambil menggerakkan pensilnya diatas kertas berwarna putih dan terciptalah wajah perempuan itu.

"Eh, kenapa aku menggambar wajahnya?"

"Aku jadi merasa bersalah atas kejadian tadi"

"Ahh, sudahlah.. Ngapain mikirin cewek itu. Lupakan. Lupakan"

Kemudian Raizel tertidur dengan posisi hasil gambarnya masih dipegang.

***

Hari berganti pagi, matahari terbit sebelah Timur~

"Rai berangkat ya ma.. "

"Iya hati hati.. Jangan pacaran ya nak, fokus buat lulus dulu... "

"Ah mama, iya pasti lah aku pilih lulus ketimbang pacaran. Tapi.. Kalau ada cewek yang nembak sih Rai terima ajaaa haha" sambil bercanda dan membuat mama nya memberi nasihat tanpa henti dan langsung berangkat sekolah, kabur dari mama nya.

"Raii! Kamu ya jadi anak, bandel" teriakan ibunya yang terdengar sampai teras.

***

KRIIINGGGG!! *

bel jam pulang berbunyi. Hari ini Raziel pulang dengan berjalan kaki.

Secara kebetulan mereka berpapasan ditaman yang sama seperti kemarin. Saat melihatnya, Raizel perlahan menghindarinya dengan senyap dan berharap tidak diketahui Resya karena ia berfikir kalau ia hanya diam dan menahan nafa, Resya tidak akan mengetahuinya. Namun apa yang terjadi?

"Hwupp" suara Raizel menahan nafasnya.

Resya berjalan tepat didepan Raizel dan melewatinya.

"Fyuuuh" hela nafas Raizel dan berjalan pelan tanpa suara kebelakang.

Resya sempat berhenti sebentar dan menarik ransel Raizel dengan tongkatnya hendak berkata "Tidak menyapa?"

"E-eh bagaimana kau tahu? "

"Masih bau Parfum yang kemarin" dengan suara sinisnya.

Raizel hanya bisa terkejut dan diam mematung dengan posisi ranselnya yang diangkat oleh Resya.

"Lepaskan dulu ransel ku"

Dilepasnya ransel milik Raizel.

"Bagaimana kau bisa tahu ini aku?!" Kesal Raizel kumat lagi.

"Parfummu masih Yang kemarin"

"Kau ini benar buta atau hanya pura pura? Aku tidak suka orang Yang sok dramatis"

"Aku benar buta, dari lahir" reaksinya sambil dingin seolah pertanyaan itu sudah tak asing baginya.

"Aku nggak percaya, coba ini berapa?" Sambil menunjukan 5 jari kanannya.

"Lima"

"Kan benar, kau ini tidak buta!"

"Mungkin hanya kebetulan, karena setiap orang tidak akan jauh dari menanyakan angka 3 Dan 5"

"Masih tidak percaya. Kamu tadi tahu aku saat aku mau kabur,terus kamu juga tahu angka Yang aku tunjukan" Ucap Raizel dengan tegas.

"Aku ini buta, tidak bodoh" balas Resya dengan singkat, padat Dan jelas.

Entah kenapa, kata 'aku ini buta, bukan bodoh' Yang Resya ucapkan membuatnya mengingat perilakunya Yang tidak baik Yang menganggap Resya bodoh, semua kata Yang ia ucapkan, semua.

"Maaf! Maafkan aku Yang menganggapmu bodoh! Maaf" sambil berlutut memohon kepada Resya.

Kemudian Resya tersenyum tipis.

***

Jangan lupa vote ya games agar lebih semangat Dan terus update setiap hari^_^

BLIND Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang