Pro player 5

1.5K 189 25
                                    


Part dewasa jangan dibawa.

****

Lengan Somi memeluk leher Jisoo dari samping, sedangkan kepalanya berbantal bahu polos Jisoo. Ia menghabiskan jarak tubuh mereka, merasakan hangatnya sentuhan kulit keduanya di bawah selimut tebal.

Somi mengigit bibir bawahnya, ia menahan senyum sembari menatap wajah samping Jisoo, perlahan ia mencium pipi Jisoo, mengganggu mantannya yang sedang memejamkan mata.

Tangan Somi mengelus pipi temben Jisoo, meski Jisoo sekarang tak secantik dulu, Jisoo berantakan, kulit kecokelatan karena banyak kena sinar matahari, tetap perasaannya tak berubah pada Jisoo, rasanya masih sama seperti saat ia pertama jatuh hati pada Jisoo. Bahkan waktu yang memisahkan mereka tak mampu mengikis rasa itu, karena rasa itu sangat kuat dan kokoh.

Sentuhan jemari halus Somi membuat Jisoo terbangun dengan mata yang masih terpejam, Jisoo tersenyum merasakan lembutnya jemari tangan wanita itu di kulitnya yang kasar.

Jisoo mengguling badan Somi hingga wanita itu terkukung di bawah badannya, Jisoo tersenyum menatap wajah cantik dibawahnya.

"Kamu cantik." puji Jisoo lembut, wajah Somi memerah, ia mengigit bibirnya menahan eforia dalam dirinya.

Gemes melihat wanita dibawahnya, Jisoo menurunkan wajahnya mengecup bibir Somi dengan mata mereka saling terpejam menikmati setiap detail lembut bibir satu sama lain.

Tangan Somi menyentuh rahang Jisoo, ia membalas ciuman Jisoo yang sangat lembut dan pasti.

Jisoo melepas cium, dengan mata yang masih terpejam ia menempel keningnya pada kening Somi, mereka manarik nafas  sama rakusnya.

"Aku menginginkan mu, selalu, bahkan saat seluruh manusia dibumi meninggalkan mu, aku lah satu-satu nya yang akan menginginkan mu dan bersamamu." bisik Jisoo lembut di kening Somi, bahkan wanita itu bisa merasakan hangatnya nafas Jisoo di kulitnya.

Perlahan bibir Somi tertarik menjadi sebuah senyum, jiwanya merasa terbang saat mendengar ungkapan keinginan Jisoo padanya, mungkin ini terdengar gila, ia merelakan dirinya lagi pada Jisoo yang manusia ini saja tidak tahu hatinya milik siapa.

Dan Somi, ia tahu Jisoo menjadikan dirinya pelampiasaan nafsunya saja, namun lagi cintanya membodohkannya hingga tak berakal lagi.

Ibu jari Somi mengusap pipi Jisoo, "Cium aku." bisik Somi penuh pinta.

Persekian detik Jisoo menabrak bibir keduanya, mereka saling mengecap dengan serakah, seolah keduanya baru keluar dari padang pasir yang kehausan.

Somi tahu ini gila, ia mengulang kesalahan yang sama lagi seperti dulu, bercinta bersama Jisoo dengan statusnya mereka yang masih abu-abu.

Murahan, ya dia rela berpasrah dibawah kukungan Jisoo, menerima segala sentuhan Jisoo yang mematikan akal sehatnya.

Ciuman keduanya menggila, satu kaki Somi bergerak menendang kasur hingga pahanya sesekali tertusuk oleh milik Jisoo yang menegang. Sentuhan serta ciuman Jisoo mematahkan segala logika hingga otaknya tak bisa berpikir lurus lagi, yang ia mau hanya pelampiasaan hasrat binatangnya.

Bibir Jisoo berpindah ke rahang Somi, mengecup setiap inci lalu turun keleher, Somi mengangkat kepala memberi akses bebas bagi Jisoo.

Perlahan tangan kanan Jisoo memegang pinggul Somi, ia meremas pelan pinggul wanita itu, Jisoo melenguh pelan saat wanita dibawahnya menggerakan pinggulnya dengan sensual mengenai milik yang sudah ereksi parah.

Ciuman Jisoo turun kebawah, memasuki puncak payudara wanita itu kemulut hangatnya, ia menyusu layak bayi besar yang kehausan, Jisoo rakus dan kasar.

Tangan Somi mengusap kasar kepala Jisoo, menekan kepala Jisoo ke dadanya.

What if....?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang