Veronica Kim (ABO) part 2

769 122 17
                                    


****

Jisoo mengetuk pintu kamar, hal yang tidak di lakukan pemilik tubuh asli. Namun di sini ia bukanlah Veronica yang tak punya kesopanan.

Daun pintu terbuka, wajah datar Rubu nan dingin menyambutnya.

Jisoo sempat terpana, sebab pemeran utama wanita benar-benar memiliki gestur dan wajah yang indah meski hanya memakai gaun tidur. Berpura batuk, ia menyerahkan paperbag yang dia pegang.

Ruby hanya menatapnya, tanpa berniat menerima. Karena tak ada yang tahu apa isi dari paperbag yang di bawa Alpha ini.

"Aku memiliki satu ponsel yang tak ku suka, aku berpikir membuangnya tadi, tapi aku teringat pada mu yang tidak memiliki ponsel, maka aku memilih memberikan pada mu." Jisoo berucap tak peduli, apa lagi setelah bibi Martha mengatakan mereka adalah sepasang kekasih waktu kecil, entah bagaimana akhirnya Veronica Kim ini menjadi penjahat Alpha.

"Aku tidak mau." Jawaban singkat itu membuat Jisoo berdecak, selain dingin omega ini keras kepala.

Tatapannya Jisoo menjadi datar, sikap itu alami mengintimidasi lawan.

"Terima atau aku melakukan hal buruk padamu." Kata penegas itu keluar secara alami tanpa ia sadari.

Ancaman itu sukses membuat Ruby takut, dia menerima paperbag dengan tangan dingin, jantungnya juga berdegup kencang memikirkan hal apa lagi yang Veronica perbuat padanya.

Jisoo terkejut dengan reaksi dirinya, itu bukan karakter Veronica pemilik badan asli, tapi itu dirinya di dunianya, Jisoo memang terkadang mengintimidasi lawan bicara sebab dia terbiasa mengintimidasi para karyawannya ketika mereka salah, dan sikap itu terbawa di dunia ABO membuat Ruby ketakutan.

Mengubah Ekspresi wajah, ia menyesali dirinya barusan. Tak seharusnya ia memperlakukan kasar pemeran utama wanita meski dari tatapan mata saja.

Mengubah ekspresi wajah menjadi lembut.

"Apa luka mu sudah di obati?" Tanya Jisoo mengingat luka cambuk di tubuh gadis Omega yang di buat pemilik asli.

Ruby diam. Ini membuat Jisoo menghela nafas kasar. Itu artinya gadis itu tak peduli dengan luka di tubuhnya.

Sangat di sayangkan, badan itu terlalu berharga untuk di goresi luka.

"Tunggu, aku akan kembali membawa obat."

"Veronica, tidak perlu." Ruby menahan, karena sebenarnya dia tak ingin berlama dengan Alpha ini.

"Ruby.." Jisoo menggenggam tangan Ruby, tatapan teduh Jisoo mengunci Ruby. "Kali ini tolong percaya padaku."

Suara Jisoo lembut, bahkan kelembutan itu tak pernah di dengar oleh Ruby setelah mereka berumur delapan tahun.

"Aku akan mengobati luka mu." Kata Jisoo lembut, dia berlalu pergi, meninggalkan Ruby yang terdiam.

Jisoo kembali dengan kotak obat ditangan, dia menghampiri gadis yang masih berdiri di tempat sama.

"Mari ikut dengan ku." Jisoo masuk kekamar Ruby, namun Ruby tak memilih masuk dan berdiri di tempatnya, hanya melihat Jisoo yang duduk di pinggir ranjang kecil.

"Kemarilah Ruby, aku akan mengobati luka mu." Ucapan lembut Jisoo menghipnotis, Alpha itu juga menepuk kasur, Ruby menurut, dia dengan ragu duduk di sebelah dengan posisi memunggungi.

Jisoo mengumpul rambut panjang Ruby yang di gerai, menyampir rambut panjang hitam ke samping.

Sebagai Alpha, Jisoo merasakan Pheromone Ruby yang kali ini terasa manis, wangi anggur segar yang baru di petik.

What if....?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang