#03: Hukuman dan Razia

583 101 17
                                    


"Oh, shit."

Hari ini mungkin bukanlah hari yang baik untuk Juyeon dan Sangyeon, mereka telat 2 menit datang ke sekolah dan gerbang utama sudah ditutup, ketika melihat hanya pintu samping yang terbuka, mereka tau bahwa anak-anak yang telat sedang dibariskan di lobby sekolah.

"Mampus, yang piket hari ini siapa dah?"

"Mampus, Pak Yesung sama Bu Hayoung."

Mereka berdua menghela nafas, mau tak mau. Juyeon dan Sangyeon saling merangkul dan berdoa semoga saja hari ini hari baik mereka sebelum masuk menuju lobby. Dan benar saja, baru masuk ke lobby utama mereka sudah disambut oleh guru-guru yang piket hari ini termasuk beberapa anak dari OSIS-MPK yang siap merazia atribut sesuai dengan proker mereka. "lho? Lee Sangyeon dan Lee Juyeon?" sambutan dari Pak Yesung membuat seluruh siswa yang berbaris disana menoleh kearah mereka berdua, semakin sial saja mereka ada guru satu itu.

"Kok bisa kalian berdua telat?"

"Gimana sih, panutan siswa kok telat."

"Atlet sekolah kok bisa telat, kalian bisa bangun kesiangan juga?"

Juyeon dan Sangyeon hanya bisa tersenyum menahan kesal dengan cibiran para guru-guru ini, lupa kalau siswa juga manusia, punya kelemahan. 

Memang sulit jika menjadi salah satu jajaran siswa populer.

"Kenapa kalian telat?" tanya Bu Hayoung kearah mereka berdua


"Jadi gini bu.." 

Tidak, tidak mungkin jika mereka menceritakan cerita asli kenapa mereka bisa telat hari ini, karena ide Sangyeon untuk mengambil jalur pintas baru yang dia temukan kemarin setelah pulang sekolah, iya sih memang lebih dekat, tapi yang namanya ujian itu memang ada dimana saja, mereka malah tergoda dengan abah penjual ubi panggang di pinggir jalan pintas itu. 

Yang namanya nafsu, bisa bikin mereka lupa waktu. 

"...tadi motor ban saya bu--"

"Alasanmu nak, nak. Ibu yakin gak cuma kamu doang yang bakal beralasan seperti itu." tembak Bu Hayoung tepat sasaran "sudah, Bu Hayoung." tiba-tiba Pak Daniel datang kearah mereka "biar saya aja yang hukum, ibu biar bisa bantu Pak Yesung buat kasih sanksi ke siswa-siswa yang lain."

Akhirnya Bu Hayoung menyerahkan Juyeon dan Sangyeon ke Pak Daniel, guru olahraga termuda dan juga pelatih baseball sekolah mereka. Juyeon dan Sangyeon sedikit lega, setidaknya mereka tidak mendapat hukuman yang aneh-aneh dari guru-guru yang piket hari ini.

Sementara barisan para siswa yang telat dipindahkan ke lapangan, Juyeon dan Sangyeon masih di lobby, telinga mereka sudah ditarik dan diseret kearah pinggir lapangan "maneh... duaan... aya nyerakeun abdi, yah." (kalian,, berdua... ada aja malu-maluin saya, yah.}

"B-belum.. belum sarapan kAANG SAKIT KANG!!" 

"Terus apa gunanya sekolah punya kantin kalo kalian bisa sarapan disini?" keduanya masih meringis kesakitan, meminta ampun sedemikian rupa. Pak Daniel, atau yang biasa dipanggil Akang Daniel ini adalah guru olahraga dan pelatih baseball mereka, salah satu guru muda berbakat yang ada di sekolah ini. Tidak ingin mendengar adanya self-defense lagi karena Pak Daniel tahu seperti apa kelakuan anak-anaknya ini, Sangyeon dan Juyeon mulai merasa firasat tidak enak saat Pak Daniel menyuruh mereka untuk turun dalam posisi push-up.

"Turun." 

"T-turun tangga, kang?" kepala Sangyeon hampir saja ditoyor jika tidak langsung menghindar, segala kartu negoisasi tertolak mentah-mentah, pada akhirnya Juyeon dan Sangyeon mengencangkan tas ransel mereka, turun ke posisi push-up dan siap untuk menjalani hukuman mereka "saya hitung ya."

Secret Admirer | Juyeon x UmjiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang