PS : Entah kenapa ngerasa cocok banget ending ini sama lagu yang ada di video mulmed. Cobain deh. Tau kan ya itu OST film apa?
---------------
p e n a 0 8 | j a t u h c i n t a
Setengah jam telah berlalu, cuaca sekarang benar-benar telah menggelap. Waktu menunjukkan pukul dimana seharusnya matahari semakin cepat menurun. Waktu menunjukkan pukul dimana gue seharusnya menyerah dan kembali pulang.
Ah, ternyata dia akhirnya gak dateng. Gue harus merelakan waktu gue yang terbuang percuma cuma buat nungguin dia. Gue harus merelakan dia yang ternyata batal gue temuin.
Apa ini semua karena pesan yang gue kirim itu ya? Apa Prama marah sama gue?
Ah, rasanya kecewa. Kecewa banget gak bisa ketemu sama Prama. Gimanapun, dia adalah orang yang pengen gue temuin. Gimanapun hati gue, dia adalah orang yang gue sayang. Yah, walaupun rasa sayangnya adalah rasa sayang yang berbeda.
Sudahlah, ini saatnya gue pulang dan merelakan semuanya.
Teng nong
Eh? Notifikasi? Jangan bilang itu dari....
--
just-prama
Ann, negok deh. Gue di belakang.
--
Nah kan dari Prama. Akhirnya dia bales juga. Eh sebentar..., apa barusan katanya?
Ann, nengok deh. Gue di belakang.
Eeeh? Seriuuus? Prama di belakang sekarang? Demi apaaa?
Mendadak, gue lupa rasa pegal gue yang menunggu beberapa jam tadi. Mendadak, gue lupa rasa kecewa yang baru saja sesaat lalu melanda gue. Mendadak, tangan gue berkeringat. Jantung gue berdegup lebih cepat dari biasanya.
Dengan perlahan, gue menoleh ke arah belakang. Berusaha mencari sosok yang gue yakin akan langsung gue kenali bahwa itu adalah Prama. Dengan bantuan sinar lampu taman yang entah sejak kapan telah menyala di antara jarak kami berdua, akhirnya gue bisa melihat dengan jelas sosok itu.
Loh? Kok?
Sosoknya berjalan ke arah dimana gue berdiri. Dengan perlahan mendekatkan jarak sepatu tali berwarna abu yang dia kenakan itu ke sepatu tali berwarna merah dengan merk sama yang gue kenakan. Gue inget, dulu kita pernah beli sepatu dengan jenis dan merk sama ini.
Dengan wajah yang sangat menampakkan kebingungan ini, gue terus saja menatap mata cokelat dia yang menatap gue tanpa ekspresi itu. Dalam beberapa waktu yang berlalu, kami hanya saling melihat satu sama lain dalam diam.
Kepala gue sibuk berpikir. Berpikir kemana sebenernya Prama yang bilang ada di belakang gue tadi. Berpikir kenapa orang yang ada di hadapan gue saat ini bisa orang ini. Berpikir tentang apa yang terjadi sebenernya saat ini.
Saat gue sibuk dengan pikiran-pikiran yang melanda itu, gue hanya bisa memperhatikan saat orang di hadapan gue ini memainkan handphone yang dia pegang. Sibuk mengetik sesuatu yang sama sekali gak gue ngerti.
Teng nong
Dengan perlahan, gue membuka notifikasi yang baru saja berbunyi itu. Dengan sebaris kalimat yang tertera disana, gue sudah cukup mengerti tentang semuanya. Setelah sadar dan mengerti, gue gak bisa melakukan apapun selain menangis di tempat saat ini.
--
just-prama
Chika, lo yakin lebih milih gue dibanding sosok Prama yang lo kenal di dunia maya itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Nama Pena [8/8 End]
Short Story[hanya dipublish di http://wattpad.com/user/just-anny, jika menemukan cerita ini di situs lain artinya itu merupakan PLAGIAT/PENYEBARAN TANPA IZIN] Nggak. Gue gak pake nama pena untuk surat-menyurat dengan teman jauh melalui kantor pos. Gue bukan se...