"Sudah saya kasih waktu dua minggu loh. Satu pun belum jadi?"
"Saya sudah mempercayakan kamu untuk membuat kalung itu dan kamu sanggup, harusnya jadi dong,"
"Hari ini pokoknya kalung bunga itu harus jadi,"titah Bu Rovi dengan nada dinginnya. Mala ditugaskan membuat kalung bunga yang lebih ke arah untaian lampion kertas berukuran kecil untuk kedatangan juri Sekolah Sehat besok. Ia tidak sepenuhnya lupa, ia hanya merasa malas dan mengisi waktu luangnya untuk menonton series Tenflix di laptopnya.
"Tapi, saya masih ada pelajaran, Bu"
"Saya akan ijinkan kamu berdua sampai pulang."
Asik jamkos. Tunggu. Berdua? Bu saya merinding.
"Keren (dibaca seperti nama istri komputer Plankton), panggilkan Ashton di X IPA 3," titah Bu Rovi pada anak yang datang dengan bet PMR di lengannya. Ia mengangguk lalu berjalan keluar.
Ibu bercanda? Saya merinding disko, Bu. Tolong tunjukkan kamera tersembunyi, Bu, saya tidak jadi ikut acara uji nyali ini. Back to the topic.
Suara derit pintu terdengar dari belakang Mala. Bu Rovi mengucap terimakasih pada Keren lalu disusul Ashton yang membawa tanda tanya besar kenapa ia disuruh ke UKS.
"Ashton, kamu bantu Mala buat kalung bunga ya"
"Tapi saya ada pelaja-"
"Nanti saya ijinkan sampai pulang sekolah." Ashton berfikir sebentar lalu mengiyakan titah Bu Rovi. Ia meninggalkan UKS karena ada jadwal mengajar.
"Mal, udah ada bahannya belum?" tanya Ashton setelah sekian menit diliputi keheningan.
"Belum. Ngga sempet," jawab Mala dengan sedikit kekehan di akhir.
"Beli dulu yok"
"Ijin BK dulu gitu? Ntar ngga dibolehin lagi"
"Boleh kalo ada Ashton. Udah ayo, ngga bikin-bikin entar," ucap Ashton yang langsung keluar untuk mengenakan sepatu.
Surat ijin sudah di tangan. Setelah segala jurus ngeles dari Ashton, akhirnya guru piket menandatangani surat ijin mereka. Kini Mala tengah menikmati angin sepoi-sepoi dari motor Ashton.
"Ash, Toko Anugerah ya, inget"
"Yang mana ni? Deket pintu tol itu?"
"Kejauhan anjir, ini tinggal dua ruko lagi, kanan jalan"
"Itu?" tanya Ashton menunjuk neon box Bubble. Sebelahnya. Mala mengiyakan. Motor berbelok menuju Toko Anugerah. Mala masuk ke dalam toko duluan meninggalkan Ashton yang masih main bekel dengan tukang parkir. Ga. Napak perdana di Toko Anugerah alias Mala tidak tahu letak rak kertas lipat dimana. Alhasil ia bertanya pada mbak kasir toko. Setelah mengikuti segala arah penjuru yang ditunjuk mbak kasir, akhirnya ia dapat melihat kertas warna-warni yang ia cari tadi. Mala mengambil sekitar lima bungkus kertas lipat ukuran 15 x 15.
"Yang gede engga, Mal?" tanya Ashton yang ternyata ikut menyusul Mala ke dalam. Mala berkata tidak, karena ini untuk kalung, bukan lampion yang digantung di langit-langit kelas. Selain menawarkan kertas lipat, ia juga menawarkan untuk membeli lem, gunting, jangka, stabilo, kapur, meja, lemari. Mbak-mbak yang sedang menata susunan penghapus pun merasa iri melihat jiwa marketing dalam diri Ashton.
Lima kertas lipat, lem kertas, tali,.....gunting? Boleh deh satu. Uang pemberian Bu Rovi ia berikan pada mbak kasir. Mala meneliti ke dalam kulkas minuman kecil di sebelah kasir lalu membuka dan mengambil teh gelas dingin. Mala berkedip sekali, teh gelas yang awalnya satu kini ada dua. Ia menoleh pada Ashton yang tengah mesem-mesem sambil mengangguk-angguk kecil mengikuti irama lagu dj indo dari toko handphone seberang. Semua belanja sudah di tangan. Pun teh gelasnya.
/kalung bunga kalung lampion/
hUH, bosen ya sama ceritanya? Mohon maaf lahir batin :( /emoji martabak/
Have a nice day!
Buat siapapun yang baca :)))
KAMU SEDANG MEMBACA
BRT | mgc (siput mode)
Fanfiction(2020) republished✌️ Gara-gara uang kas sialan, seorang Michael Gordon Clifford terpaksa naik BRT (Bus Rapid Transit) Namun hal itu pula yang mempertemukan ia dengan seorang, Keumala Adriani. "Tunggu aja di halte biasa"