[Aa]
[Apa Dek?]
[Udah mandi belum?]
[Belum. Mungkin nanti pas ada mood hehe.]
[Ih, kok hehe. Gamau ngobrol sama aku nya?]
[Eh, bukan gitu sayang. Maksud Aa nanti siang mandi nya gitu.]
[Hiks, kok pake hehe. Huwaa ... ]
Lelaki pemilik akun bernama Iqm itu mengerutkan dahi menggaruk tengkuk yang tak gatal. Dia kenapa sih? tanya nya pada diri sendiri. Saat tengah berpikir tak sengaja mata nya melirik kalender yang tertera di dinding.
"Pantes. Awal bulan," gumam nya.
Jari nya berselancar di layar gawai. Berputar haluan dari apk facebook ke apk gofood. Mencari kang gofood dekat rumah sang kekasih.
Martabak, baso ikan, es campur, cilok iya satu lagi kinderjoy.
Setelah memesan beberapa makanan. Lelaki itu pun menutup gawai nya meninggalkan bekas ciuman di layar itu.
Di tempat yang berbeda pemilik akun bernama Pbrni tengah kesal luar biasa. Kamar yang sebelumnya sudah berantakan karna belum di bereskan lalu di tambah dengan tissue yang bertebaran.
"Mana sih nih orang? Gatau apa aku rindu," ujarnya.
Di depan rumah nya suara klakson berbunyi sedari tadi. "GoFood. Pesanannya. GoFood. Pesanannya. Hei mau di ambil kaga nih?"
"Niat kerja ga sih Bang?" tanya Ica lesuh (Pbrni). Kerudung yang tak beraturan bentuknya dan mata panda di kantung mata membuat tukang goofood hampir kaget terkejut. "Bukan ga niat Neng. Daritadi di panggilin juga ga nyaut-nyaut. Eh, ini bener orang kan nya?" gumam nya bertanya pada diri sendiri.
Seolah tak acuh mendengar gumaman si Abang gofood. Ica bertanya, "apaan tuh bang? Perasaan ga pesen apa-apa atau apk nya ga sengaja aku injek nya tadi. Ah, lupa. Bentar bang ambil uang nya."
"Dari Arif buat Ica. Pesannya."
"APA?! Aa Arif? Masa sih Bang?" tanya nya semangat. Ia menunduk karna malu lalu menggigit kuat kuku di jemari. Bahkan kerudung yang tadi nya lusuh pun kembali pada tempatnya, seolah baru saja di masukin arwah lagi. "Hmmmzz ... Aa Arif."
Ica pun pergi meninggalkan tempat itu tanpa lupa berterimakasih pada Si Abang gofood. "Eh, Abang. Makasih nya. Sering-sering datang kemari nanti Ica kasih snack. Kalo inget."
Duar! Suara pintu yang ditutup keras. Saking semangat.
.
[Dek?]
[Dek sayang.]
[Dek? Kok ga di bales sih? Online loh kamu.]
[Hey, aa pamit kerja nya.]Chat yang berjajar rapi memenuhi kolom chat Ica. Ia tersenyum menatap layar gawai nya menyaksikan denting ponsel yang berbunyi sedari tadi. Saat ingin membalas, ia malah menyembunyikan wajah pada bantal dengan tertawa kecil.
[Eh, a ini Adek. Hm ... makasih nya kinderjoy nya.]
[Masama. Lain kali jangan marah ga jelas gitu nya. Adek ndah berapa hari datang bulannya?]
[Baru satu hari sih a. Tapi pinggang udah sakit dari kemarin.]
[Yah aa lupa ga beli kiranti. ]
[Ica kan ga minum.]
[Yaudah. Sekarang kamu istirahat nya biar sakit nya hilang. Aa mau kerja dulu.]
[Muachhh ... aa.]
Arif hanya tersenyum menanggapi nya. Mematikan data lalu pergi bekerja. Sepanjang perjalanan lelaki berumur 30 an awal itu bersenandung. Menebar senyum ke setiap orang yang ia jumpai.
Meski maya, kamu nyata.
Ucap Arif pada seseorang yang tengah memandang langit yang sama.
.
Ica. Gadis berusia 15 tahun yang duduk di bangku kelas 9 semester akhir. Di lingkungannya sekolahnya gadis tersebut di kenal dengan sifat yang pendiam dan seorang seniman. Namun terkadang ia juga seperti gadis kebanyakan. Yang ikut gabung kesenangan kawan.
Saat yang lain tengah fokus menulis Ica malah mencuri jeda untuk makan. Selesai, ia fokus menulis. Akan tetapi pikirannya membayangkan seseorang, membuat gadis berkerudung putih itu terus tersenyum.
Bahkan di tunjuk untuk menulis di papan, tersenyum. Di kerjain, senyum. Hampir setiap aktifitas yang ia lakukan tak luput dengan senyum di wajah.
Seperti itu. Menebar senyum meski pun teman sebangku sudah sakit pipi karna terus membalas senyum nya.
Saat pena nya menari di atas lembar kertas. Mulut Maira bergumam nyanyian. Parody lagu Doraemon jadi ...,
"Aku ingin begini
Aku ingin begitu
Ingin ini, ingin itu banyak sekaliSemua, semua, semua
Dapat dikabulkan
dapat dikabulkan dengan kantong Aa Arif," pipi nya kembang kempis saat mengatakannya."Aku ingin terbang bebas di angkasa
"Hey! Baling-baling Bambu!" sambung teman Ica yang berada di depan bangku nya. Ica tersenyum mendengarnya."La,la,la
Aku sayang sekali....
Aa Arif.La,la,la aku sayang sekali
Aa Arif.""Shuttt ...," bisik teman yang berada di sisi Ica bersamaan tepat saat Miss Dina melirik tajam dengan kaca mata kucing nya.
Tersenyum canggung, gadis itu pun membungkukan kepala pada tangan yang di lipat.
"Apa?" tanya nya ke salah satu teman lelaki yang memandangnya ... entah. Mata lelaki itu memutar malas lalu kembali fokus pada tulisan di buku nya.
Ica mengendikan bahu tak peduli.
.
"Jadi program apa ajah yang udah berjalan sesuai target? Untuk koordinator nya atau pun anggota nya bisa ke depan untuk menjelaskan," papar lelaki dengan nametag Aril.
Semua nya nampak sibuk dengan obrolan. Mendiskusikan tentang apa saja yang akan di bahas di depan. Tak terkecuali Ica. Gadis itu pun tengah berbicara sedari tadi memperlihatkan beberapa argumen yang menurutnya pas untuk di sampaikan.
"Jadi mau siapa dulu?" tanya Laura. Asisten osis. Terjeda hening, sebelum kembali nyaring saat semua sibuk pada obrolan masing-masing.
Menjadi rutinitas setiap hari rabu dan turun temurun. Osis sekolah selalu mengadakan diskusi mingguan. Entah apa yang akan di bahas tapi diskusi itu wajib di laksanakan.
Seperti hari ini, saat semua kelompok siap dengan hasil program osis nya. Beberapa yang lain malah sibuk dengan obrolan yang unfaedah.
Pemandangan seperti ini wajar, tapi keseringan juga kurang ajar.
Beberapa orang dari osis koordinator keagamaan mengacungkan tangan. Ketua osis mengangguk, mempersilahkan mereka ke depan.
"Program apa saja yang sudah kalian laksanakan? Apa ada kesulitan dalam menangani nya?" tanya Aril. Ketua osis. Wajah nya menyiratkan ketegasan membuat siapapun kagum.
Memulai pembicaraan. Ratih. Gadis yang menjadi ketua koordinator keagamaan tersebut mengutarakan opini dan hasil dari program kelompok osis nya.
Diskusi berjalan alot. Tepat pada jam 2:48 PM diskusi selesai dengan hasil yang lumayan memuaskan.
Memasukan beberapa buku catatan. Ica menggendong tas ransel nya, saat dering ponsel berbunyi.
"Ca, bapak sakit. Sekarang Aa jemputnya. Gausah bawa apa-apa. Yah Ca? Assalamualaikum." Gadis tersebut kaget dan langsung berlari keluar ruangan dengan air mata yang terlanjur keluar dari pelupuknya.
Telpon dari kaka nya. Adit. Kaka kandung.
BERSAMBUNG
KAMU SEDANG MEMBACA
Pasangan Dari Sosmed
Teen FictionJudul : Pasangan Dari Sosmed penulis : Ai Septi Pebriani Jendre : Comedy, romansa, religi. Adalah Raysa Mahira Santika dengan panggilan Ica. Di usia nya yang masih belia 13 tahun gadis tersebut menyukai segala hal yang bersangkutpaut literasi. Membu...