Bab 3

49 1 0
                                    

"Sar, ada yang nawarin ikut antologi lagi. Ikut jangan nya?"

"Ikut ajah Ca. Kalo ikut kan tinggal 2 lagi menuju nazam kamu."

"Tapi ... aku lagi ga siap secara uang."

Sari berjalan mendekat, menepuk pelan pundak Ica. "Jangan di jadiin pikiran. Rezeki ga akan kemana. Kamu nulis ajah nya."

Memeluk Sari. Ica tersenyum bahagia. "Sip Sar. Makasih nya." Sari tersenyum mengangguk. Ia kembali lagi berjalan ke depan kaca. Mematut diri setelah menempelkan nametag di kerudungnya. "Yok Ca!"

Mereka berdua kembali berjalan beriringan keluar dari kobong akhwat di pesantren. Sepanjang perjalan Ica dan Sari mengobrol; tangan mereka saling  bertautan.

Sampai di sekolah mereka berpisah. Meski satu angkatan, ruangan mereka berbeda.

.

Jam 14:30 WIB bel sekolah berbunyi nyaring di ikuti siswa siswi yang berjalan keluar ruangan bersamaan.

Semua nya nampak bising. Aungan suara motor, para gadis yang berteriak karna kaget, dan lain sebagai nya.

Berbanding terbalik dengan para murid santri yang tenang. Mereka membisu, setelah di rasa tak terlalu ramai mereka berjalan beriringan menuju pesantren di depan sekolah.

Di situasi seperti ini anak santri memang lah panutan. Akan tetapi berbeda cerita jika ada hujan di siang hari. Maka mereka akan berhamburan keluar kelas tak peduli jika mata pelajaran sedang berlangsung.

"Kitab apa nanti Lis?"

"Nasoibud dinniyah. Mungkin. Iya keknya. Kamu ngaji nya."

"Iya. Tapi kalo ga tolong izinin nya. Soalnya mau ke rumah bibi."

Memutar bola mata malas. Gadis yang di panggil Lisa itu pun pamit pergi meninggalkan Sari yang terkekeh.

"Nanti kamu ga ngaji Lis?" tanya Ica. Pertanyaan itu membuat dahi Sari mengeryit. 'Kenapa emangnya?'

"Kalo kamu ga ngaji, aku juga."

"Lah?"

.

Setelah membersihkan diri. Ica berjalan ke kamar lalu berbaring setelah itu ia akan menutup mata sebelum Ica mendapatkan notif dari hp nya.

Iqm.

[Masa Aa lagi ngaji ada notip begini dari shopee. Aya aya wae.] Di sertakan foto kinderjoy.

Ica terkekeh membaca chat nya. Lalu jemari nya mulai membalas chat tersebut.

[Kode itu teh. Beli online kasih online.] Setelah mengirim kan itu tak berselang lama di bawah nama Aarif tulisan bergerak sedang mengetik.

[Aku kirim dari planet Namek.]
[Entah, berapa tahun cahaya kiriman akan tiba di sana.]
[Sebab masih pakai Ekspedisi Paket Halluu Pos.]

Ica terkekeh geli membaca nya. Telapak tangannya menutup mulut, menghembuskan nafas pelan ia pun membalas chat tersebut.

[Setidak nya ada niat. Wkkk.]

Lelaki dari balik akun Iqm itu mendengus kasar. Jemari nya menari lagi di atas keyboard. [Kalo niat mah jangan di ragukan.]

Kembali. Ica terkekeh geli membaca nya. Dalam pikirnya, Arif adalah mood terbaik untuk saat ini. Meskipun lelah pulang sekolah.

[Masih di kantor atau udah pulang?]

[Masih. Ini baru selesai ngerjain tugas. Habis ini mau makan siang.]

Mata Ica membulat, mulut nya memberenggut. Kemudian membalas chat tersebut. [Makan siang? Jam segini? Hey, ini harusnya makan sore.]

[Baru ada waktu sekarang.]

Beberapa menit percakapan itu terjeda. [Ca?] panggil Arif. Gadis itu mengeluarkan wajahnya dari bantal. Mata itu menitikan air mata, sedikit bengkak di bagian atas netra.

[Jaga kesehatan. Ica gamau Aa kenapa-kenapa.]

Setelah mengatakan itu. Ica pun mematikan data nya lalu merebahkan diri pada kasur dan bantal yang berada di atas kepala.

Di tempat yang berbeda. Pemilik akun bernama Iqm itu tersenyum kecil kemudian pergi dari ruangannya berjalan menuju kantin.

.

Ayam jantan berkokok pada langit yang berwarna jingga. Angin yang sepoi sepoi menerbangkan dedaunan yang mengering. Di dalam gubuk kecil, dengan hamparan sawah di depannya terdapat satu gadis yang sibuk dengan laptop nya. Dia Ica.

Beberapa jam berlalu saat suara adzan maghrib dari masjid terdekat membuat nya terperajat.

Membereskan laptop nya ia pun bangkit dari duduk. Kemudian berjalan melewati sawah yang sebagian sudah menguning.

Pasangan Dari SosmedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang