5 hari berlalu sejak Ica berhenti dari rutinitasnya. Gadis itu selalu di rumah melakukan hal serupa berakhir menulis seperti yang tengah ia lakukan sekarang. Menjadikan tangan sebagai tumpuan dagu, Ica mencoba mencari ide tentang bahan tulisan pada blog nya.
Beberapa menit berlalu, Ica masih berkutat dengan hp nya. Ia begitu fokus sampai tak menyadari kedatangan seseorang di belakang punggung.
Derap langkahnya pelan. Lalu, "duarrr ...," teriaknya bersamaan dengan badan Ica yang terperajat. Gadis itu terkejut namun berbanding terbalik dengan si pelaku yang tertawa terbahak-bahak.
Derit kayu mengalihkan badan Ica. Gadis itu mengerucutkan bibir dan menyilangkan kedua tangan. Setelah tawa Adit mereda lelaki itu baru sadar jika adiknya menangis.
"Caaa ...?" panggilnya menempelkan tangan pada bahu. Ditepis kasar Ica.
Hening, hanya segukan Ica yang terdengar nyaring.
"A ... Ica pen balik."
Lelaki itu mengerutkan dahi. Membalikan badan saling membelakangi. Membuka layar gawai, beberapa detik kemudian ia mulai sibuk dengan game nya. "Rumah kamu itu di sini. Mau balik kemana?" tanya nya tanpa mengalihkan pandangan.
Suara tangisan Ica berhenti. Gadis itu menutup mata, menghembuskan nafas pelan nan panjang.
"Ica harus sekolah, Ica harus ke pondok lagi. Balikin Ica. Hiks, pen balik."
"Balik ajah sendiri," ucapnya sambil berlalu meninggalkan Ica yang semakin deras menangis.
.
[A, Ica capek, rasa nya pengen mati ajah. Udah gakuat. Ica ngerasa di kekang. Mereka jahat a.] Kata-kata itu terkirim ke kontak yang di beri nama AArif. Setiap spasi, kata, narasi yang di ketik itu ia menangis mengeja rasa yang baru saja ia alami.
Keberadaan seseorang di balik akun itu membuatnya bisa bernafas. Setidaknya sesaknya berkurang jika di ceritakan pada orang yang tepat dan mengerti perasaan nya tanpa harus mengajak berdebat.
[Pernah mikir. Kenapa gitu mereka ngaku sayang sama Ica tapi ninggalin pas Ica masih ngerangkak ngucapin Mamah dan Bapak. Lalu saat dewasa, dengan kejamnya mereka ngegemilangin Ica dengan kasih sayang yang sebelumnya asing.] Selesai mengetik itu Ica semakin tersedu dalam larutnya. Tidak mengeluarkan suara hanya air mata yang menetes dengan derasnya. Kolom chat itu penuh dengan curhatan Ica, ia melirik layar nya beralih pada typing. Menandakan seseorang tengah menulis di sebrang sana.
[Dek ... cup yah sayang. Jangan berlarut-larut dalam kesedihan. Aa faham yang adek rasain, aa faham aa faham. Seandainya aa di sana pasti udah aa peluk adek terus cubit idungnya yang merah.] Jeda nya, [bapak udah sembuh?]
Ica mengangguk. Tidak mengetik apapun. 2 hari setelah kedatangan Ica, bapaknya kembali sehat seperti biasa.
[Pen pulanggggg.] 2 kata itu mengakhiri obrolan tepat saat jam menunjukan 2:39 AM.
.
Pagi, tepat jam 7 kurang beberapa menit. Adit sudah siap dengan baju seragam sekolahnya. Di bawah selimut seseorang tengah meringkuk. Dia Ica.
Derit pintu di buka pelan oleh lelaki itu. Melirik ranjang yang masih menampung adiknya.
"Dek ... aa sekolah dulu nya pulang sekolah ntar aa anterin," ucapnya pelan. Hening hanya semilir angin dari jendela kamar yang terdengar nyaring. "Jangan marah nya dek. Aa sayang."
Lelaki itu pun keluar dari kamar nya. Pergi ke sekolah menaiki motor gede.
Pelupuk mata itu terbuka cepat. Merangkak ke jendela memperhatikan motor yang melaju membawa kaka nya pergi dengan duka. Awal pagi, gadis itu menyambutnya dengan air mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pasangan Dari Sosmed
Teen FictionJudul : Pasangan Dari Sosmed penulis : Ai Septi Pebriani Jendre : Comedy, romansa, religi. Adalah Raysa Mahira Santika dengan panggilan Ica. Di usia nya yang masih belia 13 tahun gadis tersebut menyukai segala hal yang bersangkutpaut literasi. Membu...