VASKO pt.1

5.1K 325 16
                                    

"Hani!!" Mijin memanggilku dari jauh.

"Mijin? Jadi kamu sekolah disini?" Saking kagetnya aku sampai menutup mulutku.

Aku dan mijin sempat satu sekolah saat SD, walaupun tidak sekelas kami cukup dekat.

"Astaga, gimana kamu bisa pindah ke sekolah ini?" Mijin memukuli bahuku karena terlalu bersemangat.

"Aduduh... Sakit tau!" Aku menghindarinya, walaupun pukulannya payah kalau dipukul sebanyak itu pasti sakit juga.

Kebiasaannya dalam memukuliku tidak pernah berubah.

Bruk!!

"Ah! Maaf!" ucapku sambil membungkuk hormat.

Karena dipukuli Mijin aku sampai tidak sengaja menabrak tukang bengkel bertato.

"Iya," jawabnya singkat.

Tanpa mengucapkan apa-apa dia langsung pergi.

Aku melongo.

"Mijin, dia siapa?" Aku menyiku lengan Mijin.

"Vasko, anak arsitektur. Dia cowok yang baik tapi agak aneh," jawab Mijin sambil memperhatikan bahu Vasko yang semakin menjauh.

"Bahunya lebar," kataku spontan.

"Ei~~ dekati saja. Tidak ada yang punya kok!" Mijin terseyum penuh arti.

Aku yang melihatnya ikut tersenyum.

"Benar, sekarang saatnya wanita yang bergerak!" ujarku penuh semangat.

"Eh Mijin, kebetulan sekali kita bertemu disini,"

Tiba-tiba seorang cowok datang dan menyelip diantara kami.

Hanya dengan melihat matanya saja aku tau siapa dia.

Jinsung.

"Wah, ternya anjing ini setia mengikuti mu ya Mijin," celetukku.

"Heh, siapa- KIM HANI?!"

🌸🌸🌸

"Halo semua, perkenalkan nama saya Kim Hani. Saya pindah ke Seoul karena orang tua saya mutasi kerja. Mohon bantuannya!" Aku memperkenalkan diri di depan kelas.

Secara ngga sengaja aku satu kelas dengan Mijin karena kelas Fashion Dapartemen cuma ada satu kelas.

"Choi Soojung kemana?" tanya wali kelas.

"Izin, Pak," jawab ketua kelas.

"Ya sudah, hari ini kamu bisa duduk di sebelah Hyungseok dulu,"

Aku mengangguk dan mengikuti saran pak guru.

"Hai, aku Park Hyungseok," Hyungseok mengulurkan tangannya.

"Hani," aku menyambut uluran tangannya dengan hangat.

Istirahat pun tiba. Aku, Mijin, dan teman baruku Haneul pergi ke kantin.

"Disana kosong," kata Haneul sambil menunjuk bangku kosong dengan dagunya.

Aku dan Mijin mengangguk dan mengikuti Haneul dari belakang.

Kami bertiga langsung menempati tempat masing-masing.

"Maaf Zin, tempatnya penuh," ucap Mijin saat Zin dan Hyungseok datang. Hyungseok dapat tempat duduk di sampingku.

Aku merasa tidak enak karena Zin biasanya duduk di depan Mijin. Aku tau karena sejak SD sudah begitu.

Zin paham dan akan mencari tempat duduk yang kosong.

"Zin!" panggilku, dia berbalik dengan tatapan penuh tanya.

"Duduk disini saja! Aku yang akan pindah," kataku mantap.

"A-apa? Tidak usah," Zin menggeleng cepat.

"Ngga papa, aku juga harus mencari kenalan. Aku tidak bisa selamanya hanya kenal dengan anak sekelas, kan?" Dalihku.

Aku menggeret Zin agar duduk di kursiku.

"Hani, ngga papa?" tanya Mijin tidak enak.

Aku mengangguk sambil tersenyum.

Mijin menghela napas karena dia tau aku sangat keras kepala.

Aku celingukan mencari bangku kosong. Cukup sulit mencari kursi kosong saat jam makan siang.

Mataku tertuju kepada satu kursi kosong yang isinya cowok-cowok.

Mau gimana lagi, daripada makan sambil berdiri?

"Halo, semua kursinya penuh. Boleh duduk disini?" tanyaku basa-basi.

Mereka semua menatapku cengo.

Aku baru sadar kalau mereka ini preman-preman. Wajah mereka ngeri sekali, aku sampai menelan saliva.

"Ah, oh, b-boleh," Cowok dengan telinga besar akhirnya menjawab pertanyaanku.

Aku tersenyum dan duduk diantara cowok itu.

"Gila, cewek itu berani sekali,"
"Iya loh!"
"Sst! Jangan cari masalah,"

Aku bisa dengar semuanya bodoh!

"Namamu?" tanya si telinga besar.

"Kim Hani, kalau kamu?"

"Park Bumjae, kalau dia Vasko," jawab Bumjae sambil memperkenalkan cowok di sampingnya yang duduk tepat di depanku.

Aku baru sadar kalau ternyata cowok di depanku Vasko. Dari tadi menunduk saja sih!

....

"Hahaha... Iya, kami anak arsitektur isinya cowok semua. Jadi kalo ketemu perempuan agak kaku," kata Bumjae.

Kami sudah mengobrolkan banyak hal, padahal baru saja kenal. Dapartemen arsitektur anaknya asyik semua.

"Wah! Kalau gitu aku boleh sering main, dong?" Pertanyaanku segera diiyakan semua anak arsitektur.

Semua terlihat sangat cerewet kecuali satu orang.

"Vasko kenapa diam saja? Tidak nyaman aku disini? Kebetulan aku sudah selesai, jadi aku akan pergi-

"TIDAK!! JANGAN PERGI!"

Aku sangat terkejut karena Vasko tiba-tiba berteriak.

Semua anak yang ada di kantin sampai terdiam, bahkan aku juga sampai tidak bisa berkata-kata.

"V-vasko...

Eum, mungkin Vasko terlalu gugup. Maaf ya," Bumjae yang bersuara. Kelihatannya dia sangat mengenal Vasko.

Aku tertawa menanggapinya.

"Hahaha... Tidak apa-apa. Aku benar-benar harus pergi, nanti Mijin kesusahan mencari ku. Besok aku akan ke kelas kalian," Aku tersenyum dan berdiri dari kursiku.

Aku kembali ke kelas setelah mengembalikan nampan dan sumpit.

"Maaf kami ke kelas lebih dulu karena sepertinya kamu dan murid arsitektur sangat seru ngobrolnya," kata Mijin saat aku duduk di bangkuku.

"Ngga papa kok, kan harus punya banyak kenalan," kataku.

Keesokan harinya aku memenuhi janjiku dengan datang ke kelas Arsitektur.

𝕃𝕆𝕆𝕂𝕀𝕊𝕄 (𝔸𝕌)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang