DG pt.1

1.3K 149 9
                                    

"Sial, tagihan bulan ini banyak banget!" Aku menutup mulutku agar suaraku tidak terlalu keras.

Duk! Duk! Duk!

"Heemi! Lama banget di kamar mandinya? Ayo cepat, di luar banyak banget pelanggannya!" Rekan kerjaku memukul pintu toilet yang di dalamnya ada diriku.

"Iya sebentar," jawabku.

Dengan cepat aku memasukkan ponselku ke dalam saku dan segera keluar.

"Loh? Bos?" Alisku bertaut melihat bosku ada di counter.

"Heemi, kau jaga counter, aku akan menggantikan posisi mu," Donggyu segera pindah ke tempat pembuatan kopi sedangkan Jihyang sudah mengerjakan pesanan online.

Aku mengangguk dan segera mengambil alih posisi yang kosong.

"Sudah siap memesan?" tanyaku pada pelanggan yang menggunakan kacamata hitam dan masker. Dia kena flu?

"Dua Americano dan satu red velvet cake," katanya.

Aku mengangguk dan mengulangi pesanannya.

"Totalnya 13.000 won, mau dibayar tunai atau kartu?"

Dia menyerahkan kartu hitam kearah ku.

Aku menerimanya dan memintanya untuk menekan pin.

"Terimakasih, belnya akan berbunyi jika pesanan anda sudah siap," Aku menyerahkan bel warna merah kearahnya.

Lalu struk pesanannya ku berikan pada Donggyu.

Pesanan berlanjut, hari ini cafe sangat ramai karena akhir pekan.

"Terimakasih," ucapku pada pelanggan yang meninggalkan cafe.

"Maaf, Americano nya terlalu pahit," ucap seorang pelanggan.

Aku segera menoleh dan si kacamata hitam menyerahkan kopinya.

"Oh, ini gulanya, bisa ambil sendiri," Aku menunjuk kotak gula sachet.

"Aku mau kau buatkan lagi,"

Aku jawdrop.

Apasih cowok ini?

"Maaf, rasanya akan sama saja, jadi tidak perlu dibuat ulang," Aku tersenyum untuk menyembunyikan rasa kesal.

Pelanggan model begini aku sangat tidak suka.

"Ada apa, Heemi?" tanya Donggyu yang mendengar ucapanku.

"Ah, pelanggan ini minta ganti. Katanya kopinya terlalu pahit," jawabku.

Donggyu menghela napas dan mengiyakan permintaan orang itu.

Aku tidak paham bagaimana dia bisa sesabar ini. Apa semua cowok memang memiliki tingkat kesabaran super?

Dengan wajah masam aku memberikan Americano baru buatan Donggyu pada pelanggan cerewet tadi.

Dia melepas maskernya, "Makasih," ucapannya.

Sepertinya aku pernah lihat dimana wajah itu.

Persetan, aku sangat kesal dengannya.

"Heemi, kau tidak apa-apa menutup cafe sendirian?" tanya Jihyang seraya menaikkan resleting jaketnya.

"Iya, kau kencan saja sana! Bos Donggyu sudah menunggu," usirku.

Benar, Jihyang dan Donggyu adalah sepasang kekasih. Lalu apakah aku merasa jijik bekerja dengan gay? Jawabannya tidak, malahan aku merasa tidak terganggu karena mereka berdua tidak akan menggodaku secara sexsual.

Aku membereskan counter dan mengelap meja-meja untuk memberi kode bahwa kafe akan segera tutup. Namun, ada seseorang yang bahkan tidak ada tanda-tanda akan pergi dari toko.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 11, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝕃𝕆𝕆𝕂𝕀𝕊𝕄 (𝔸𝕌)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang