BUMJAE pt.2

503 92 6
                                    

"Berbahaya bagi gadis sepertimu sendirian. Ayo! Ada beberapa hal yang harus aku beli," Bumjae bangkit dari duduknya dan memasukkan tangannya ke saku.

Aku baru sadar jika Bumjae bertelanjang dada.

"Eum, Bumjae, aku kembalikan cardiganmu," Aku mengembalikan cardigannya yang tersampir di tubuhku.

Bumjae menggeleng.

"Pakai saja, ada banyak orang jahat disini," katanya sambil melirik ke sekelilingnya.

Aku mengikuti arah pandangnya dan mendapati cowok-cowok mata keranjang diam-diam mencuri pandang kearahku.

"Makasih," Aku diam-diam tersenyum.

Aku dan Bumjae pergi ke toko souvernir. Bumjae melihat-lihat gantungan kunci dan beberapakali kupergoki dia senyum-senyum sendiri.

Buat pacarnya ternyata.

Aku menghela napas dan melihat-lihat toko lain yang menjual souvernir. Aku harus menyibukkan diri dengan hal lain.

Untuk apa menyukai orang yang sudah punya pacar.

"Maaf, bisa fotokan kita berdua," Seseorang mencolek bahuku dari belakang.

Terdapat sepasang kekasih dengan baju couple menyerahkan ponselnya ke arahku.

Dengan ramah aku mengangguk dan menerima ponselnya.

Aku mengambil foto mereka beberapa kali sampai ada seseorang di sebelahku, "Bisa fotokan kita juga,"

Couple yang sedang aku foto mengucapkan terimakasih dan segera pergi. Aku juga tidak ada pilihan lain selain menyetujui permintaannya.

"Teman-teman ku menungguku disana," kata pria bertubuh besar.

Aku ragu, tapi tidak enak karena sudah mengiyakan.

Di jalan sempit yang terhimpit dua toko tiba-tiba pria tersebut berhenti.

"Ladies first," ucapnya sambil menunjukkan jalan.

Aku mengangguk ragu dan berjalan lebih dulu.

Satu langkah...
Dua langkah...
Tiga langkah...

Bruk!

Seseorang memukul belakang kepalaku dengan keras. Pandanganku tiba-tiba menghitam.

Badanku rasanya kebas dan kepalaku terasa pening.

"Boss dia sudah bangun!" Teriak seseorang. Aku menengadahkan kepala untuk melihat siapa gerangan yang berteriak.

Seseorang masuk dan membanting pintu, lalu berjalan cepat kearahku.

"Dimana Vasko?" tanyanya dengan mata merah yang mengerikan.

Aku diam saja karena mulutku di lakban.

Dengan tidak sabaran dia melepas lakban di bibirku.

Aku merasakan ada darah mengalir dari bibirku karena lakban tadi mengelupas kulitnya.

Dia mengulangi pertanyaannya dengan tidak sabaran.

"Tidak tau," jawabku lemah. Aku tidak mempunyai tenaga.

Cowok tersebut menampar ku. Akibatnya kepalaku berkunang-kunang.

Dia menanyakan hal yang sama dan aku menjawabnya dengan jawaban yang sama.

Cowok tersebut menatap tubuhku intens yang hanya terbalut cardigan floral milik Bumjae.

"Bukankah bukan hal buruk jika bermain sebentar dengan pacar Vasko," ucapnya sambil menyentuh cardigan Bumjae.

𝕃𝕆𝕆𝕂𝕀𝕊𝕄 (𝔸𝕌)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang