3

16 1 0
                                    

Sinar Mentari yang begitu menyilaukan memasuki celah salah satu jendela rumah bertingkat dua yang lumayan besar itu. Di salah satu kamar terdapat seorang pria yang sedang tertidur dengan pulasnya tanpa terganggu oleh cahaya matahari yang masuk di sela-sela gorden kamarnya. Dia tetap tertidur dalam damai hingga suara telepon genggamnya berbunyi dengan nyaring.

Kringgg kringgg kringggg..

Seseorang sedang menghubunginya. Tak dia hiraukan suara itu, dia tetap melanjutkan tidurnya tanpa merasa terganggu sedikitpun hingga suara panggilan itu berakhir. Tak lama suara itu terdengar lagi, kini sang pemilik hp mulai merespon suara tersebut. Perlahan tangannya mulai bergerak mencari keberadaan hpnya dengan mata yang masih tertutup. Setelah menemukannya dia pun mengangkat panggilan itu tanpa merubah posisi tidurnya sama sekali.

"Halo? " jawab pria itu dengan suara serak khas orang baru bangun.

"Halo bro, loe udah bangun belum? " tanya suara di seberang yang tak lain dan tak bukan adalah suara sahabatnya bernama William.

"Belum, gue masih tidur" masih mencoba mengumpulkan nyawa pria itu menjawab seadanya.

"Ohh yaudah kalo loe masih tidur" sambil tertawa jahil William menjawab.

"Loe pilih ngomong sekarang atau gue habisin loe nanti kalo ketemu! " dengan kesal pria itu berkata kepada sahabatnya.

"Hahahaa santai bro, gue gak mau ganggu tidur loe" tawa lepas pun keluar dari mulut William.

"Loe emang udah ganggu tidur gue tau! Udah cepetan loe mau ngomong apa? Kalo gak gue matiin nih telepon." jawab pria itu dengan tidak sabar dan tentu saja kesal. Kesadarannya sepenuhnya sudah kembali akibat telepon dari temannya itu.

"Gak.. Gue cuma mau bilang, gue mau pinjam salah satu resort loe di ubud, hari ini ulang tahunnya Nanda jadi gue pengen kasih surprise gitu"

"Hmm oke, loe langsung aja kesana dan bilang sama managernya kalo gue udah kasih ijin. Nanti gue hubungin pegawai gue disana"

"Oke thanks bro, loe emang sahabat gue paling baik sedunia" puji William kepada sahabatnya itu.

"Gak usah sok muji, gue batalin nih" jawab pria itu dengan malas.

"Hahaha sensi amat bang. Nanti gue balas pinjaman loe kali ini" ucap William masih tertawa.

"Gue tunggu janji loe" sesudah mengatakan itu, pria tersebut lalu memutuskan pembicaraan. Kini dia telah sadar sepenuhnya. Dia melihat jam di Hpnya menunjukkan pukul 7 pagi.

"Sialan emang William nelpon gue jam segini. Gue mana bisa tidur lagi kalo udah gini" kata pria itu kesal.
Dengan langkah malas dia memilih ke kamar mandi untuk membasuh mukanya.

Perkenalkan nama pria itu adalah Satya Riangga Kusuma atau biasa dipanggil Satya, anak pertama dari Dua bersaudara, adiknya cewe masih duduk di bangku kuliah semester awal. Orang tuanya tinggal di luar negeri untuk mengurusi perusahaan ayahnya sedangkan adiknya kuliah di salah satu kampus negeri di kota Bandung.

Satya adalah seorang pengusaha Resort dan juga memiliki beberapa hotel yang lumayan sukses di Bali. Semuanya adalah hasil kerja kerasnya sendiri selama 3 tahun menitih karir dibidang ini. Jangan tanyakan perawakannya yang rupawan. Rambutnya yang hitam legam tercukur rapi, mata berwarna coklat muda dan hidung yang mancung, bibir yang agak tipis tapi terlihat sangat sexy ketika dia tersenyum membuat wanita dengan mudahnya jatuh cinta kepadanya. Tubuhnya yang tinggi tegap serta kulitnya yang putih dia dapatkan dari ibunya yang merupakan orang asli Bandung menambah list ketampanannya. Di tambah lagi umurnya yang 26 tahun masih terbilang muda untuk seorang pengusaha sukses seperti dia. Tak heran bila banyak wanita yang mengelilinginya.
---------------
Hari ini Bian berencana pulang kerja lebih awal, dia ingin mempersiapkan keberangkatannya esok hari ke Denpasar. Beberapa hari belakangan ini dia terlalu sibuk dengan pekerjaannya juga harus mempersiapkan segala rancangan proyek yang akan digunakan di Bali nanti, dia sampai tak punya waktu untuk mempersiapkan segala kebutuhan pribadinya sendiri. Begitu tiba di rumah Bian langsung disambut oleh mamanya yang sedang merawat tanamannya di halaman.

"Pulang cepat Bi?" tanya mamanya

"Iya Ma, Bian mau siapin barang-barang Bian buat besok berangkat, soalnya pesawat pagi sih Ma jadi takut gak keburu" jawab Bian sambil menghampiri mamanya dan menyalim tangannya.

"Ohh iya, persiapkan semua yang kamu perlukan, jangan sampai ada yang ketinggalan, kamu lumayan lama loh disana" ucap mamanya

"Iya Ma, nanti kalo ada yang ketinggalan Bian tinggal beli aja yang baru" kata Bian sambil nyengir dan melangkah masuk ke dalam rumah.

"Iya deh Bi terserah kamu aja" jawab mamanya sambil tersenyum melihat anaknya.

Hari sudah menjelang malam saat Bian sedang asik-asiknya memilah pakaian apa yang akan dia bawa. Tentu saja lebih banyak pakaian formal yang akan dia kenakan selama disana.

"Hmm baju santainya gak usah banyak deh, nanti gue tinggal belanja disana aja" kata Bian sambil melihat-lihat isi lemarinya.

"Bawa baju pesta satu gak yah? Bawa aja deh kali aja ada pesta atau apa gitu"tanya Bian kepada dirinya sendiri.

Tiba-tiba dia teringat bikini yang sempat dibelikan oleh Yori tempo hari. Di ambilnya tas belanjaan itu dan dilihatnya lagi bikini yang sangat seksi itu.

"Mau gue pake kemana coba beginian? " kata bian sambil menggeleng-gelengkan kepalanya membayangkan dia memakai bikini itu.

Dengan berat hati dia melipat bikini itu dan memasukkannya ke dalam kopernya. Dia memilih tetap membawa bikini tersebut, dia tidak ingin mengecewakan temannya yang sudah membelikannya untuk dia pakai di Bali nanti. Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam saat mamanya masuk ke dalam kamar Bian. Di dapatinya anaknya baru selesai membereskan perlengkapannya.

"Udah beres Bi? Ada yang perlu Mama bantu? " tanya mamanya

"Gak usah Ma, udah beres kok. Ada apa Ma? " tanya Bian sambil mengatur peralatan make-up nya ke dalam tas kecilnya.

Mamanya pun melangkah masuk dan duduk di kasur anaknya. Wajah mamanya terlihat serius tanda ada sesuatu yang penting ingin beliau katakan.

"Sini Bi duduk samping Mama, ada yang mau Mama bilang"

"Mau bilang apa Ma? Bian langsung menghentikan kegiatannya dan duduk disebelah mamanya.

"Bi, umur kamu kan udah 24 tahun, kamu gak pengen cari pasangan gitu? Di umurmu yang sekarang ini kamu seharusnya udah siap untuk berumah tangga nak" ucap mamanya hati-hati takut menyinggung perasaan anaknya.

"Iyaa Ma, Bian juga tau, cuma emang belum ada aja yang nyantol di hati Bian Ma" jawab Bian sambil tersenyum pasrah

"Mau Mama kenalin sama anak temen Mama? Anaknya cakep loh, baik, sopan, dan pastinya udah mapan" jawab mamanya antusias

"Gak usah Ma, Bian bisa cari sendiri kok. Tenang aja Ma, anak Mama gak bakal jadi perawan tua" kata Bian meyakinkan mamanya.

"Husshhh jangan ngomong kayak gitu. Okedeh Mama serahin semua sama kamu tapi kalo sampai tahun depan kamu belum dapat pasangan, langsung Mama jodohin kamu sama anak temen Mama itu" ancam mamanya yang di sambut dengan anggukan Bian.

Selepas mamanya keluar dari kamar tidurnya, Bian langsung pusing memikirkan pembicaraannya tadi bersama mamanya. Dia bukannya menutup hati buat lelaki manapun, hanya saja memang belum ada yang nyantol dihatinya. Dia sempat berkenalan dengan beberapa pria tapi tak ada yang masuk ke hatinya.

"Gue mau dapat pasangan dimana? Mana udah pertengahan tahun lagi, waktu gue cuma tinggal 6 bulan dong" ucap Bian frustasi dengan ancaman mamanya.

Vote dan Comment bila menurut kalian ceritanya menarik biar aku semangat lanjutinnya :)

Be My FinaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang