[4] Stupid Idea

1K 148 44
                                    

“So take my hand. Take my whole life, too. For I can’t help falling in love with you.”
—Elvis Presley, Can’t Help Falling In Love.

-

Jungkook

“Aku tidak akan pulang malam ini.” Ujarku kepada Nadine yang telah menyandang status sebagai istriku sedari satu tahun yang lalu. “Aku juga tidak ada di apartemen atau menyewa hotel di mana pun. Kau tidak akan bisa menemukanku,”

Nadine mendecak. “The fuck you said?” aku tahu dia sebal. Tapi aku tidak peduli. “Hanya karena aku bilang bahwa aku pergi ke dokter kandungan untuk program anak, kau langsung marah padaku?”

“Ya.”

“Jelaskan padaku alasan kenapa kau melarangku untuk program anak! Kita ini sudah menikah selama satu tahun,” katanya. “Seorang pasangan suami istri itu tentunya menginginkan anak. Aku istrimu, Jeon Jungkook. Man the fuck up.”

Aku memutar bola mataku. “Aku belum siap punya anak, Nadine. Dan aku juga tidak akan pernah siap untuk mempunyai anak.”

“Lalu, kenapa kau menikahiku?”

“Kau bertanya hal itu padaku? Bukankah seharusnya aku yang bertanya padamu? Kenapa kau memaksa Mama-ku untuk menikahimu? Kenapa?!”

“That’s because I love you.”

“Sorry, but I don’t.”

Hening selama tujuh detik. Aku tahu Nadine pasti sakit hati mendengar kalimatku tadi. Tapi kenyataannya memang benar. Aku tidak pernah mencintainya. Sama sekali tidak.

Sejak awal pernikahan kami, aku jarang sekali menciumnya atau melakukan seks dengannya. Seks dengannya hanya terjadi satu kali setiap bulan—itu pun kalau aku sedang ingin. Kalau tidak, maka tidak akan ada seks.

Dan jika kalian bertanya bagaimana aku mengatasi hormonku, ya tentu saja aku membayar prostitusi. Mereka jauh lebih seksi dan payudara mereka besar. Tidak seperti punya Nadine yang datar.

Oke, payudaranya yang datar itu bukan kemauannya, melainkan perintah dari agensinya. Dia tidak boleh memiliki payudara besar karena dia adalah seorang model.

Nadine berbicara lagi. “Terserah apa katamu. Entah kau mencintaiku atau tidak, tapi itu semua tidak menutup kemungkinan bahwa aku adalah istrimu dan kita sudah menikah, Jeon Jungkook.”

“Lalu? Aku bisa menceraikanmu kapan saja yang aku mau.”

“Fuck you!”

“Nah, I’ll pass.” Ujarku. “Sudah ya, aku mengantuk. Pokoknya, jangan hubungi aku lagi atau kau akan menyesal. Dan satu lagi; jangan pernah rencanakan program anak. Aku tidak mau punya anak. Aku tidak siap untuk menjadi seorang ayah. Kau paham?”

“Jungkook—” aku mematikan panggilan secara sepihak.

Lalu, aku pun keluar dari kamar mandi dan berjalan menuju ke ruang tamu. Ada Taehyung di sana tengah bekerja. Dia tengah mengetik sesuatu—yang tentunya berkaitan dengan investasi perusahaanku, Jeon Inc.

Ya, Taehyung adalah karyawanku sekaligus sahabatku. Dia bekerja untukku.

Taehyung menoleh padaku ketika dia merasa sofa nya bergerak karena aku baru saja mendudukinya. “Kau baik-baik saja, Jung? Bagaimana dengan Nadine? Kalian sudah berbaikan?”

“Belum.” Aku menggelengkan kepalaku. “Nadine tetap keras kepala. Dia tidak ingin memiliki anak, Tae. Padahal aku sangat ingin.”

Taehyung menatapku dengan wajah sedih. Lalu, dia menepuk pundakku. “Well, aku juga, Jung.” Katanya. “Aku dan Sifra—kami sudah berkali-kali melakukan program agar bisa memiliki anak, tapi tidak bisa. Padahal tidak satu pun dari kami yang memiliki masalah. Spermaku dan rahimnya baik-baik saja.”

IMAGINE US IN HEAVENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang