[9] Never Say Never

1.1K 141 11
                                    

A/N: Sebagai permintaan maaf aku karena selalu menunda pre order ebook nya. Here’s another chapter for y’all, so enjoy💜

“It was raining, it was snowing. But all unhappiness stopped. You brought heaven to me.”
—BTS, Best of Me.

-

Jungkook

Mendengar Sifra mengatakan itu, aku meneguk salivaku. Aku menghela napas dan mendekat padanya. Lalu, aku bertanya, “aku ingin memelukmu. Boleh?”

Sifra menaikkan alisnya. “Tidak.”

“Aku suamimu.”

“Taehyung suamiku.”

“Kenapa kau begitu mencintai Taehyung? Apa yang dia punya sehingga kau sangat mencintainya seperti ini, Sifra?”

Dia mengendikan bahunya. “Entah. Aku sendiri juga tidak tahu, karena aku mencintainya tanpa memandang apa kelebihannya. Taehyung sangat luar biasa ketika dia menjadi dirinya sendiri, dan aku mencintainya karena hal itu.”

Sialan.

Kenapa Tuhan harus menciptakan Kim Taehyung ke dunia ini? Sebenarnya apa yang telah Taehyung perbuat sehingga Sifra sangat mencintainya seperti ini? Tapi aku tidak mau menyerah. Aku akan membuat Sifra menjadi milikku, meski dengan cara yang kotor sekali pun.

Sifra mengalihkan topik pembicaraan. “Aku ingin menemui Taehyung. Aku ingin mengirimkan makan siang untuknya.”

“Tidak boleh. You stay here.”

“Jungkook, kau tidak bisa mengaturku sesuka hatimu. Aku bukan istrimu.”

Aku memutar bola mataku. “Kesepakatannya sudah terjadi. Taehyung dan aku sudah saling sepakat dengan kontrak perjanjiannya. Dan itu berarti kau menjadi istriku selama tiga bulan.”

“Terserah apa katamu.”

Sifra memang sulit sekali ditaklukan. Tapi aku tidak akan pernah menyerah. Aku telah mendapatkannya sekarang. Yang perlu kulakukan adalah mendapatkan hatinya.

Perlahan-lahan pasti aku bisa memilikinya seutuhnya. Akan kubuat dia jatuh cinta padaku.

Kukatakan padanya, “Taehyung sedang sibuk bersama dengan Nadine. Jangan ganggu mereka. Mungkin saja mereka sedang bercinta sekarang.”

Sifra memberikan tatapan tajam padaku. Aku menaikkan alisku. “Kenapa?”

“Taehyung tidak akan pernah menyentuh Nadine.”

“Kenapa tidak? Dalam kesepakatannya, kedua partisipan, aku dan Taehyung, bebas bercinta selama pertukaran istri ini berlangsung.” Ujarku. “Dan itu berarti, kita juga bisa bercinta.”

“Never.”

Aku tersenyum tipis. “Never say never, Sifra.”

“Tidakkah kau seharusnya bekerja? Bukankah kau memiliki banyak pekerjaan?”

“Aku direktur nya di sana. Terserah padaku ingin bekerja atau tidak.” Aku pun berdiri. “Ya sudah. Sepertinya kau sangat tidak menyukai keberadaanku di sini. Aku ke kamarku, ya. Kalau kau butuh apa-apa, panggil saja aku.”

Sifra diam.

Sebelum aku keluar, kukatakan padanya, “I love you, Sifra.”

-

Saat makan malam tiba, Sifra tetap berada di kamarnya. Padahal semua makanan telah disiapkan.

Aku pun memanggil salah satu asisten rumah tanggaku. “Sifra belum keluar juga?”

“Belum, Tuan Jeon. Nona Kim tidak keluar sama sekali dari kamarnya. Apakah saya perlu memanggilnya, Tuan Jeon?”

Aku menggelengkan kepalaku. “Tidak perlu, biar aku saja.” Aku pun berdiri dan menuju ke kamar Sifra. Kamarnya tentu saja tidak dikunci, karena aku telah mengambil semua kuncinya. Sebelum aku masuk, aku mendengar Sifra seperti tengah berbicara dengan seseorang.

Aku segera masuk dan melihatnya yang memang sedang menelepon seseorang.

“Kau menelepon siapa?” tanyaku.

“Taehyung.” Sialan! “Tae, di sini ada Jungkook. Kau sudah makan malam? Makan dengan apa? Apa Nadine menyiapkan makan malam untukmu?”

Aku geram. Aku menghampiri Sifra. “Akhiri panggilannya.”

“Tidak—”

“Sifra, end the call or I’ll make you!”

Sifra tidak mempedulikan ancamanku. Jadi aku langsung saja mengambil ponselnya dan membantingnya ke lantai.

Sifra terkejut. “Jungkook! Ponselku!”

“Kau tidak boleh menelepon pria lain di rumahku!”

“Ya sudah kalau begitu kembalikan aku ke rumahku!”

“Ini rumahmu.”

“Bukan. Ini neraka.” Katanya. “Jungkook, aku ingin kembali pada Taehyung. Aku mencintainya. Dan jika kau mencintaiku, kau seharusnya membiarkan aku bahagia bersama suamiku.”

Aku menggelengkan kepalaku. “Kalau kau bahagia dengan Taehyung, aku yang menderita, Sifra. Aku ingin bersamamu. Aku tidak bisa melihatmu bersamanya. Aku tidak bisa.”

“Kenapa?”

“Because I love you so fucking much.”

Sifra bungkam, lalu dia menangis.

Aku mendekat dan menangkup pipinya. “Sifra, aku mencintaimu. Aku tidak mau kau menghubungi Taehyung lagi. Hanya tiga bulan saja, Sifra. Biarkan aku memilikimu sepenuhnya selama tiga bulan. Itu saja yang kuinginkan.”

Sifra terus menangis. Air matanya turun dengan deras membasahi pipinya.

Aku menyatukan kening kami. Kemudian aku memberanikan diri untuk mencium bibirnya. Sifra tampak terkejut awalnya. Dia meremas bisepku. Tapi kemudian, dia membalas pergerakan bibirku.

Aku menciumnya lebih kasar lagi dengan meminta akses untuk mulutnya agar terbuka, lalu mempersatukan lidah kami berdua.

Bibirnya lembut sekali. Dapat kurasakan asin juga akibat tangisan Sifra. Semakin aku menciumnya, semakin aku jatuh cinta padanya dan aku ingin dia untuk membalas cintaku. Aku ingin dia menjadi milikku seorang.

Aku melepas ciuman pertama kali. Lalu kutatap wajah Sifra. Kukatakan padanya, “apa kau mau makan malam denganku? Kau belum makan sedari tadi.”

“Belum.”

Aku tersenyum, lalu kukecup bibirnya sekali lagi dan kugenggam tangannya, “ayo. Kita makan, Sayang.”

IMAGINE US IN HEAVENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang