CHAPTER 3: STALKER

81 9 9
                                    

Mobil Ammar baru saja meninggalkan pekarangan rumahnya menyusul mobil Arman yang sudah lebih dahulu pergi. Mereka tak menyadari sebuah 2 pasang mata yang sedang mengamati gerak-gerik mereka.

"Anak itu sudah meninggalkan rumahnya bos. Dia pergi dengan kakaknya."

"Okey. Terus pantau mereka. Tapi ingat, jangan sampai kalian ketahuan karena nyawa kalian akan jadi taruhannya."

"Baik bos."

"Ingat tujuan kalian. Saya butuh anak itu hidup-hidup. Jangan sampai dia terluka sedikitpun."

"Baik bos. Kami akan melaksanakan tugas dengan baik."

"Bagus. Saya tunggu laporan selanjutnya. Ingat, jangan sampai kalian gegabah."

Mobil itu melaju untuk mengekori mobil Ammar. Tentunya dengan jarak seaman mungkin karena, mereka tahu resiko apa yang akan mereka hadapi jika ketahuan berurusan dengan keluarga Permana. Meski begitu, sumpah setia kepada atasan memaksa mereka bekerja dengan taruhan nyawa.

Ketika tiba di restoran milik Ammar, Andini langsung berlari menuju dapur. Seminggu sebelumnya Andini memang sudah mengatakan pada Ammar bahwa ia ingin membuat beberapa varian puding sebagai menu spesial saat Valentine's day bulan depan. Ammar menyetujui hal itu dengan syarat Andini harus membuat beberapa sample untuk dicicipi oleh Ammar dan beberapa pelanggan VIP, jika lolos dalam tahap itu, maka ide Andini dapat diterima sebagai menu baru di restoran milik kakaknya itu. Ammar selalu profesional dalam dunia kerja sehingga tidak akan ada perlakuan istimewa termasuk untuk Andini sekalipun. Bahkan tak jarang Ammar menolak investasi yang hendak diberikan oleh Ammar karena tidak ingin jika bisnis miliknya terhubung dengan nama besar Arman.

"Kalau udah selesai, kamu nyusul ke ruangan kakak yah sayang. Kalau butuh apa-apa, kamu bilang aja sama Nabila, biar dia yang siapin semuanya."

"Siap Chef"

Ketika tiba di ruangannya, Ammar segera menghubungi Jay, asistennya untuk memeriksan keadaan restorannya selama ia tidak berkunjung.

"Kamu udah siapin semua laporannya?"

'Sudah bos. Ini daftar client yang masuk selama seminggu ini Bos."

Ammar memeriksa daftar nama dan tanggal yang berjejer rapi di sebuah buku dari bidang Humas. Netranya terhenti pada sebuah nama yang tidak asing baginya. Bagaimana bisa ia melupakan nama yang telah membuat nyawa Andini hampir melayang? Ammar menunjukkan nama client itu pada Jay.

"Kapan reservasi ini masuk?"

"Dua hari yang lalu Bos"

"Apa orangnya pernah ke sini secara langsung?"

"Belum pernah Bos. Yang menghubungi untuk reservasi dua hari yang lalu sekretarisnya."

"Okey, kalau nanti harus meeting sama dia, kamu kabari jadwalnya Jay. Saya mau tangani persiapannya sendiri."

"Baik Bos"

Ammar meraih benda pipih yang berada di saku celananya lalu mencari nomor kontak Arman

"Hallo, ada apa Mar?"

"Dia udah di Indonesia"

"Dia? Jangan bilang yang kamu maksud itu Reya."

"Siapa lagi?"

"Kamu tau dari mana?"Arman terdengar menegaskan intonasi suaranya.

"Dia buat reservasi di resto untuk acaranya 2 minggu dari sekarang. Kayaknya dia belum tau kalau aku pemilik resto yang dia booking."

"Untuk sementara kamu ladeni aja dia. Bukannya lebih bagus kalau dia jadi client kamu? Kita bisa lebih gampang awasi dia."

"Okey kak"

"Andini gimana?"

"Lagi di dapur. Katanya dia mau buat beberapa sample untuk menu valentine bulan depan."

"Jangan sampai dia lepas dari pengawasan kamu. Aku takut dia kenapa-napa."

"Jangan khawatir kak. Keamanan Andini tetap jadi prioritas aku."

Setelah memutuskan telepon, Arman menghubungi David.

"Vid, gue minta loe cari informasi sebanyak-banyaknya tentang Riana Alicia Winston. Pastikan semuanya ada di meja gue dalam sejam."

"Okey. Tapi kenapa tiba-tiba kamu berurusan sama orang itu lagi? Bukannya dia udah pergi jauh?"

"Gue bisa tenang selama dia jauh dari keluargague, tapi kalau sampai dia berani mendekati Andini dan hal yang dulu terulang,nggak akan ada kesempatan kedua lagi buat dia"

*****

Seorang gadis duduk santai di kursi singgasananya. Riana Alicia Winston adalah seorang gadis yang merupakan masa lalu kelam dalam kehidupan kakak beradik itu. Sulit dijelaskan bagaimana Andini hampir kehilangan nyawanya dan Andri terbaring koma selama 3 bulan karena gadis manipulatif itu.

Hal itu berawal dari perkenalan Arman dengan Fernand Winston, ayah Reya. Hal itu memaksa Arman untuk turut mengenal Reya dan siapa sangka itu akan menjadi awal petaka bagi keluarganya. Reya mulai terobsesi dengan Arman dan akan melakukan apapun untuk mendapatkan perhatian Arman.

"Arman, saya mau memberi penawaran yang lebih dari sekadar kerja sama."

"Maksud bapak?"

"Dari pada sekadar kerja sama, bagaimana kalau kita menjalin hubungan yang lebih erat? Reya tertarik sama kamu. Saya rasa dia jatuh cinta sama kamu. Bukankah akan lebih menguntungkan kalau dua perusahaan besar ini menyatu?"

"Saya sedang berusaha menebak bapak sekarang ada di posisi yang mana? Apakah bapak mencoba untuk membeli saya, atau menjual anak kandung bapak sendiri? Mendengar dari keterangan bapak, saya yakin bahwa bapak sedang berusaha untuk membeli saya. Mungkin bapak lupa sedang berhadapan sama siapa. Saya masih menghargai kerja sama yang sudah dirintis oleh ayah saya hingga saya masih membiarkan bapak bernapas sampai detik ini. Saya harap ini menjadi pertemuan terakhir kita Pak."

"Jangan bodoh Arman. Kamu akan rugi besar kalau kerja sama ini sampai berhenti di tengah jalan."

"Saya rasa bapak yang bertindak bodoh di sini. Saya masih bisa mengatasi kerugian perusahaan saya, tapi saya ragu bapak bisa melakukan hal yang sama pada perusahaan bapak. Sebaiknya bapak bersiap-siap untuk menghadapi masalah yang akan datang tepat saat matahari terbit besok."


Mega Brain Coorporation, perusahaan besar milik Ferdinand Winston pagi ini dinyatakan bangkrut akibat harga sahamnya yang merosot tajam setelah terbongkarnya kasus keterlibatan Mega Brain Coorporation dalam skandal korupsi mega proyek di Kota D. Saat ini Ferdinand Winston sedang diamankan oleh KPK untuk dimintai keterangan lebih lanjut. 

Mata cokelat nan lentik ini menatap nanar layar televisi yang memperlihatkan wajah menunduk sang ayah lengkap dengan rompi berwarna oranye khas tawanan Komisi Pemberantasan Korupsi.

"Loe akan bayar penghinaan ini Arman. Gimana loe hancurin keluarga gue hari ini, Loe akan liat orang-orang yang loe sayang hancur satu per satu dan loe nggak berdaya buat lindungi mereka."

Me and My MusketeersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang