Chapter 6 || Pagi nya, sial juga.

1.4K 74 2
                                    

BUGH

Tubuh Ravi jatuh dari atas sofa. Ia meringis kesakitan. Terlebih saat ingin bangun kepalanya malah terbentur meja. Ia mengelus-elus kepalanya. Pagi-pagi sudah bikin emosi. Ravi menggeser meja itu menjauh dari dirinya.

"Widihh udah bangun, enak mabok-mabokan?"

"Gue ngga selemah itu sampe mabok parah."

Adel berdecih lalu melahap sandwich yg ia buat. "Lo udah ngerusak ketenangan gue pas malem. Sebagai gantinya beliin gue album Treasure 3 versi sekaligus. Sama merch yg lainnya, gue tunggu minggu depan harus ada."

"Cih ngga punya duit ya? Miskin banget. Usaha lo yg sebiji dzarrah ngga sampe gulung tikar kan?"

"Enak aja! Malah makin luas, banyak cabang nya."

"Yaudah mampu beli kan? Beli sendiri."

"Dasar abang pelit, sedekah ngga harus ke orang yg susah bang. Ke saudara dan sesama manusia harus saling memberi dan berbagi."

Ravi tak menggubris Adelia. Ia meminum air putih yg ada di meja sampai habis. Selepas itu ia berdiri berjalan ke meja makan. Lalu mengambil sebagian sandwich milik Adel.

"Udah pelit nyuri milik orang lagi!"

"Gue minta."

Adel memutar bola matanya. Adel menatap Ravi, waktunya meminta klarifikasi bukan? Mengenai Harimau yg mendominasi singa malam tadi. Rasa penasaran Adel tidak berakhir begitu saja. Ia harus mendengar jawaban dari Ravi langsung.

Jawaban yg memuaskan tentunya.

"Harimau siapa bang?"

"Hah?"

"Gue ngga bawa harimau. Ngaco lo, kelamaan jomblo otak nya berdebu."

"Ga da kaitannya woy!" Adel mulai geram tapi ia harus tetap fokus pada tujuan awalnya.  Tidak boleh terpancing oleh Ravi. "Semalem lo bahas soal singa dan harimau. Terus lo bilang harimau jahat sama lo. Yg di maksud siapa?"

Ravi berdeham. Ia membuang muka ke samping arah jendela. Usaha Ravi untuk berekspresi biasa saja begitu kentara di mata Adel. Ravi merutuki dirinya karena sudah mabuk semalam.

"Gue ngga inget."

"Harimau lo jahat sama gue, hiks." Dengan ekspresi yg sangat menjiwai. Tidak, tapi sangat lebay. Adel me-replay ulang perkataan Ravi semalam dengan nada bicara yg di buat-buat. "Masih ngga inget?"

"Apaan sih orang ngga nangis juga. Lebay!"

"Katanya ngga inget, badan aja lakik! Tapi hati kue bolu."

Ting Tong

"Siapa?" Adel berteriak. Namun yg ditunggu sahutannya tak kunjung terdengar.

Adel berdiri menghampiri pintu apartemennya. Membuka sedikit pintu nya. Senyum Adel pudar ketika matanya bertemu dengan kedua bola mata laki-laki di hadapannya. Laki-laki yg memberikan sejarah kelam dalam hidupnya.

Adel buru-buru ingin menutup pintu kembali namun kalah cepat. Pintu itu di tahan oleh tangan besar laki-laki itu. "Pergi! Lepasin!"

"Hey calm down. Aku cuman ingin bicara sama kamu."

"PERGI!"

BRAK!

Nyaris sedikit lagi jika laki-laki itu tidak menarik tangannya dari pintu, mungkin tangannya harus di beri perawatan di rumah sakit.

Perasaan Adel tidak karuan saat ini. Ia gelisah, kesal, sedih semua bersatu seperti siap meledakkan sesuatu di dalam dirinya. Sekelibat memori yg begitu menjijikkan, menyedihkan, terlintas begitu saja. Adel berjalan ke kamar tanpa memperdulikan Ravi yg bertanya kepadanya.

Hi! My Cold CaptainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang