Chapter 8 || Bisa kah?

1.4K 75 1
                                    

"Del sekarang temen mama sama anaknya mau ke rumah. Kamu dandan yang cantik yah."

Adel tersedak ketika sedang mengunyah makanan. percayalah nyawa Adel belum terkumpul saat ini. Baru 5 menit yang lalu ia bangun tidur dan kini sedang menyantap sarapan, namun mengharapkan ketenangan di rumah ini rasanya hampir mustahil.

"Kenapa ngga bilang dari semalem?"

"Mama lupa, lagian kamu semalem abis darimana sama abang kamu? sampai pulang jam setengah 2 pagi!"

Adel mematung namun senetral mungkin ia bersikap. Abang nya itu memang laknat! Mengajak Adel ke klub malam bersama temannya yg dipanggil E itu. Sudah gitu outfit  mereka semalam benar-benar bukan clubbing-able. Adel memakai kaus oversize putih yg polos serta hotpans berwarna hitam dan memakai sandal jepit BT21. Hell, membayangkannya saja membuat Adel ingin mencakar wajah Ravi.

Adel dan Bagas kerepotan mengantar kakak nya ke apartemen dalam keadaan mabuk. Mulut nya terus mengatakan sesuatu yg memalukan di depan Bagas. Laki-laki itu tidak bereaksi banyak atau memang pandai menyembunyikan ekspresi nya?

hah

Jelek sudah second meet  impression nya dengan Bagas.

"Jam berapa mereka datang?"

"Jam setengah 1 siang mereka datang kita makan bareng."

"Are you kidding me, mom? sekarang jam 12 siang lewat 15 menit."

"Masih lama kali Del. Ada sisa waktu 15 menit lagi."

Kalau ada perempuan yg mandi serta dandan dalam waktu 15 menit selesai. Girls, you are so amazing. 

"Yaudah Adel mandi dulu."

"Del, mama pernah cerita ngga kalau cowoknya temen abang kamu?"

"Hah?"

"Belom ya? Jadi dia itu temen SMP abang kamu yg dulu sering maen kesini loh."

Wait..

What?!

"Temen abang? Yang mana?"

"Dulu yg pernah kamu jailin kalau ngga salah sampe nangis. Gara-gara sepatu nya kamu iket di pohon mangga bukan sih? Mama lupa, tapi sekarang dia jadi pilot. Hebat kan?!"

Sudut bibir Adel berkedut lalu ia tertawa sumbang. Kata Aristoteles bumi itu bulat tidak ada ujungnya. Namun kenapa ruang lingkup hidupnya begitu sempit. Penuh dengan kebetulan seolah sedang dalam dunia perfileman.

"Ngga, mungkin haha"

"Del, kamu masih waras kan? seseneng itukah dapet cowok pilot ganteng pula?"

"Mah, bisa ngga di cancel dulu? Adel butuh waktu buat nerima kenyataan yg pait ini."

Lia mengambil seikat bawang bakung di dekatnya. Tepat pada wajah Adel bawang bakung itu mendarat. "Kemaren yg minta di kenalin siapa?! Hadeh punya anak meni euweuh nu sahijien, gusti nu agung."

Bibir Adel mencuat, mengusap wajahnya yg baru saja terkena bawang bakung. Belum tentu sayuran itu higienis kan?

"Udah sana mandi!" Lia berseru.

Ting tong

Kedua mata Adel saling bertatapan dengan Lia. Hati nya sudah was-was dan menduga tamu yg mama maksud sudah ada di depan pintu sana.

"Mah siapa tuh?"

"Coba buka."

"Tadi katanya disuruh mandi."

Hi! My Cold CaptainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang