Chapter 9 || Secret Date

1.3K 81 2
                                    

"Beneran kamu pergi lusa? yakin?"

Sedari pagi Sovi terus bertanya kepada Bagas mencoba untuk memastikan kebenarannya. Bisa saja kan Bagas berbohong untuk menghindari Adelia. Terlebih mereka habis berbicara 4 mata, anak nya yang pelit berbicara mana mau membahas panjang lebar? Karena Sovi tipe orang yg sangat detail. Jika kurang puas dengan jawabannya ia tidak akan berhenti bertanya.

"Iya mah cuman 2 hari E pasti pulang kok doain aja."

"Kasian Adel Harus nunggu kamu pulang berminggu-minggu."

"Kan ini kerjaan E mah, kalau dia ngga terima cari aja cowok lain."

Sovi mendelik tajam lalu memukul lengan kekar milik Bagas. "Mama ga kebayang sih kalau jadi istri kamu gimana. Mama paling gabisa jauh-jauhan kaya gitu."

"Zaman sekarang dah canggih, kangen tinggal face time. Lagian yg jadi istri Bagas kan dia bukan mama."

Bagas belum merasakan galaknya seorang perempuan jika sekarat oleh rindu. Bagi Sovi long distance relationship adalah bagian tersulit. Setiap harinya selalu dihujani oleh pikiran negatif ditambah lagi perasaan jadi sangat sensitif. Jika sedang ada masalah tidak ada teman untuk bercerita, tidak ada yang memeluk secara langsung, sulit memang bagi Sovi.

"Tunggu, Istri?" Sovi yg baru tersadar oleh perkataan Bagas barusan langsung memicingkan mata. Bersedekap tidak lupa perasaan antusias nya yg tertahan agar tidak heboh.

"Kata mama juga apa kamu kepincut juga kan!" Seru Sovi. Bagas memutar bola mata nya.

"Kepincut? Ngga cocok banget kata-katanya buat, E."

Sovi memukul lengan Bagas. Sifat gengsi serta percaya diri tingkat dewa nampaknya memang sudah turun temurun dari keluarga Mahanta (keluarga Pandu papa nya Bagas).

Kalau segi fisik kayanya hampir mustahil jika tidak tersihir oleh pesona nya Adelia. Walaupun hanya sekian detik, tetap saja terpesona.

"Mah, E hari ini mau ajak Adel pergi jalan."

"Wah bagus dong, biar tambah kenal satu sama lain." Sovi sangat antusias, apapun yang menyangkut Adel selalu saja membuatnya semangat. Efek sudah lama Bagas tidak memperkenalkan perempuan dan membawanya ke rumah.

"Seneng banget kayanya." Bagas tersenyum melihat Sovi.

"Jelas lah! Mama ngga perlu ruqiah kamu, soalnya selama ini yg sering maen kw rumah Wawan terus!"

"Ya emang kenapa?"

"Bosen liat muka dia."

Bagas terkekeh. Memang sih Wawan suka main ke rumah keluarga Mahanta ini. Walaupun tidak tiap hari, hanya saat Bagas ada di rumah saja.

"E?"

Bagas yg sedang membereskan barang-barang ke dalam koper menoleh sekilas. "Iya?"

"kamu tau kan perempuan itu makhluk paling lembut? Mereka pikir perempuan terlalu lemah mudah menangis. Di balik tangisan itu dia selalu mengkuatkan diri dan mencoba untuk memaafkan, kalau memang bisa ia akan memberi kesempatan kedua."

Bagas menghampiri Sovi dan duduk berdampingan di sisi ranjang.

"Marahnya seorang perempuan belum seberapa, tapi kecewanya perempuan itu sesuatu yang mutlak. Walaupun sangat mencintai pasangannya namun kalau sudah kecewa sangat amat sulit untuk membuka pintu hatinya kembali."

Sovi menoleh terlihat ekspresi yg begitu sulit dijelaskan. Cemas, takut, dan juga seperti sebuah peringatan.

"Mama harap kamu jangan pernah mengecewakan Adel, karena secara tidak langsung kamu mengecewakan mama. Kita sama-sama perempuan pasti tau bagaimana rasanya. Sayangi dia seperti kamu sayang sama mama. Karena kalau kamu sudah menikah istri kamu akan jadi tanggung jawabmu juga. Yang harus kamu lindungi, cintai segenap hati."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 18, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hi! My Cold CaptainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang