Hari ini adalah hari weekend, tapi Anya harus tetap bangun pagi, ia berniat membantu sang mama untuk masak.
Ia segera turun ke dapur dan menghampiri sang mama yang sibuk memotong wortel.
" Pagi ma, masak apa? " Sapa Anya dan tanya Anya.
" Pagi cantik... Sop iga aja ya. Suka kan? " Jawab lina.
" Sukaaaa dooonggg " jawab Anya antusias sekali.
" Anya bantuin ya, sini biar Anya yang urus potong potong " timpal Anya sembari memberi cengiran.
" Siip deh, mama bantuin Bi mar ya, urus bumbunya " kata sang mama sambil mengacungkan jempolnya.
🌻🌻🌻
Setelah selesai bantu membantu, Anya berniat untuk olahraga ringan saja, seperti jogging atau sekedar naik sepeda.
Perlu kalian ketahui, Anya senang jika waktu weekend ia pergunakan di rumah, ia selalu menemani sang mama, terkecuali....
Anya tak suka jika dirumah ada papanya.
" Naik sepeda aja deh keliling komplek " seru Anya pada dirinya sendiri.
Ia segera mengambil sepeda dari garasi rumahnya, dan tak lupa membawa handphone dan headset yang berisi alunan lagu kesukaannya.
Baginya, mendengarkan musik adalah hal yang paling tepat untuk mengutarakan perasaannya.
Rindu..... Yang datang kepadaku... Hanyalah rindu yang datang padamu.....
Alunan lagu itu terus mengiringi goes-an sepeda Anya, ia suka lagu itu, itu adalah lirik yang tepat untuk mengutarakan bahwa ia rindu sosok papanya yang dulu.
🌻🌻🌻
Anya merasa sudah cukup untuk berkeliling naik sepeda di kompleknya. Ia memutuskan untuk kembali ke rumahnya.
" Akhirnya nyampe... Seger banget udaranya " kata Anya.
" Maa... Anya pulang " teriak Anya agar sang mama mendengar.
" Eh nak, kamu dari mana? "
Anya hanya melihat datar orang itu, ia langsung mengubah ekspresinya.
" Anya, udah pulang? " Tanya Lina sang mama.
" Udah " jawab Anya singkat sekali.
Matanya masih terus menatap orang yang ia sayang, namun ia benci juga.
Dia Dimas, papa Anya, cinta pertama anya. Namun, dia sudah merusak cintanya.
Anya berlari ke arah kamarnya. Ia sungguh malas jika harus berada dekat dengan papanya.
Anya tak langsung membersihkan dirinya, ia merebahkan dirinya di atas kasur miliknya. Pikiran itu kembali singgah di otaknya, kejadian kejadian yang telah membuatnya menjadi seorang Anya yang sekarang.
Sungguh, Anya munafik, ia rindu papanya, namun ia membenci papanya. Ia ingin sekali papanya yang dulu, ia ingin sekali memeluk papanya, Anya ingin pula bercerita banyak pada papanya.
Dan Anya ingin, semua membaik seperti semula...
Tak lama, air bening menetes dari mata Anya, ia tak bisa lagi menahan tangisnya. Ia sangat sangat merindukan suasana yang dulu, suasana yang selalu membuatnya nyaman.
Kebanyakan remaja, menangis karena memikirkan tentang perasaan kepada pacarnya, ditolak atau sebagainya.
Ini Anya, Anya yang menangis, meminta keluarganya utuh kembali, seperti semula, tanpa pengganggu. Siapapun atau apapun.