MC
Seoul, 3 Bulan yang Lalu...
Nama saya MC, begitulah yang tertulis di kartu identitasku. Saya seorang gadis yang biasa yang tinggal di sebuah apartemen kecil di pinggiran kota besar. Satu-satunya yang saya ingat adalah saya terbangun dari Rumah Sakit di kota yang sama, Seoul. Naluri bertahan hidup dan insting merupakan satu-satunya yang saya pegang teguh, tidak lupa juga, pantang menyerah...
Saya melakukan pekerjaan yang saya mampu lakukan untuk menyambung hidup. Aku bekerja di sebuah Kedai Buah yang pemiliknya seorang pasangan paruh baya baik hati yang belum dikaruniai anak. Tiap pagi saya datang lebih awal untuk mempersiapkan barang dagangan yang akan dijual.
Kedua tanganku memegang buah anggur dan stroberi "Stroberi! Anggur! Ayo dibeli buahnya... Jangan lupa makan buah hari ini! Ucapku dengan lantang dan penuh semangat.
Saya menawarkan buah-buahan dagangan kepada setiap pejalan kaki yang melintasi toko. Seorang ibu yang menggandeng anaknya yang lewat tiba-tiba tertarik dan dengan sigap aku mewarinya lagi "Bu, ini buahnya masih segar loh! Ayo dek, buahnya manis dan enak biar cepat tumbuh tinggi seperti aku! Ujarku dengan berbinar-binar. Mendengar bujukanku akhirnya anak kecil itu meminta ibunya untuk dibelikan buah.
"Yess, akhirnya laku lagi! Batinku dengan bangga dan langsung membungkus buah pesanan si Ibu sambil menyodorkan "Ini Bu, buahnya totalnya 5.000 won ya!
"Iya, Dek makasih ya!" Ujar ibu itu sambil menerimanya dan diikuti suara anak kecil itu "Makasih kakak cantik!" Aku tersipu mendengar pujian itu walaupun sudah sering mendengarnya. "Iya, sama-sama, jangan lupa makan buah tiap hari ya, biar kuat! Kataku dengan tampang serius.
Kedai buah milik Bapak dan Ibu Lee sangat strategis sehingga dagangannya lumayan laris dan harga yang bersahabat bagi semua kalangan. Aku memperhatikan orang-orang yang berlalu-lalang, ada orang-orang kantoran, anak sekolahan maupun anak kuliahan dan mereka semua memiliki tempat yang dituju, mempunyai orang yang menanti kehadirannya di rumah... "Tidak sepertiku, sebatang kara dan... Yasudahlah tidak perlu membandingkan diri dengan orang lain, toh semua orang mempunyai beban dan masalah masing-masing" Hiburku kepada diri sendiri.
"MC, nanti ibu memasak ikan tuna dan sayur tumis untuk makan siang nanti, ayo kita makan bareng sama bapak" Ujar Ibu Lee yang membuyarkan lamunanku "Baik, Bu nanti saya ikut menyiapkan makan siangnya ya Bu" Kataku dengan antusias menanggapi ajakannya.
Aku sering makan bersama Pak dan Ibu Lee, seringkali mereka mengajakku makan malam juga. Mereka menganggapku layaknya bagian dari keluarga mereka sendiri dan itu membuatku lega dan bersyukur. Aku mengambil selebaran koran yang kubeli tadi pagi dan mulai membacanya.
"C&R meluncurkan proyek pembangunan....."
"Huff... C&R lagi C&R lagi selalu menjadi berita hangat" Gerutuku, lalu aku membalik lembaran dan membaca lowongan kerja. "Ahaa ini dia, lowongan kerja" Dengan semangat aku melanjutkan bacaannya. "Dibutuhkan seorang pelayan restoran Ruby yang memenuhi syarat sebagai berikut: berusia minimal 18 dan maks 35 tahun..."
Aku optimis telah memenuhi semua persyaratannya, akan tetapi aku membacanya sekali lagi, "Yang dibutuhkan seorang waiter, pria" Aku mendadak lesu.
Aha, aku mendapat sebuah ide! Gumam MC.
................................................................................................................................................................
Tak terasa sore hari pun menjelang, maka dari itu anak sekolahan, dan pekerja kantoran sudah mulai berkeliaran dan pulang menuju rumah masing-masing, tinggal sejam lagi sebelum kedainya tutup. Biasanya anak-anak sekolahan mampir di kafe sebelah untuk bersantai sejenak, menurut dugaanku. Mereka juga sering mampir di kedai buah tempat MC bekerja, terutama anak SMA yang berusia sekitaran 15-18 tahun. Salah satu dari mereka menanyakan buah sambil memandangi MC dengan tatapan yang penuh kagum namun sedikit ditutupi agar tidak terlalu mencolok.
Sambil melihat-lihat buah, dia dikagetkan dengan suara perempuan di belakangnya "Kyung Seok, kamu kesini lagi? Mau liat kakak cantik itu lagi kan, hahahaha!" Ujar temannya. "Ah tidak, aku di sini mau membeli buah pesanan ibu saya kok!" Bela Kyung Seok.
Kyung Seok pun dengan sigap memilih buah yang akan dibeli, dan MC membungkus buah pesanannya "Semuanya 2.800 won ya" Kata MC. Kyung Seok lalu membayarnya dan terburu-buru meninggalkan kedai buah.
Ketika MC memasukkan uang itu, ada secarik kertas yang terselip di lembaran uang itu. MC pun membukanya dan berisi tulisan, Kak, follow akun aku di @Lee_Kaeng. Jangan lupa chat aku di DM yaa. Kutunggu dm dari kk...
MC terkejut walaupun bukan pertama kalinya menerima hal seperti itu. Kadang MC menerima cokelat batang, bunga, dan hadiah kecil lainnya dari pelanggan anak sekolahan. Tidak jarang dari mereka meminta akun media sosial milik MC. "Kak, boleh minta akun kakak?" Tanya seorang lelaki, anak SMA. "Atau kakak sudah mempunyai pacar ya? Selidiknya
"Maaf Dik, kakak belum memikirkan hal itu dan HP saya hanya bisa digunakan untuk telepon dan mengirim pesan. Selebihnya tidak bisa" Jawab MC dengan sabar . "Halah... bilang saja tidak mau kasih... mentang-mentang cantik, sombong" Tuduh lelaki itu dengan kesal dan langsung meninggalkan tempat itu juga.
MC sudah terbiasa mendengar pertanyaan itu namun menunduk sedih mendengar tuduhan itu dan dengan cepat menguasai diri dan kembali melayani para pelanggan kedai buah. "Akhirnya... Waktunya tutup toko" Gumam MC sambil menyapu dan merapikan buah-buahan yang ada di tempatnya. Pak dan Ibu Lee bersiap-siap untuk meninggalkan kedai buah. MC menutup pintu toko dan langsung pamit pulang.
................................................................................................................................................................
Malam harinya sekitar jam 07:00 pm, MC bersiap-siap melamar bekerja di Ruby Restaurant yang dibacanya di koran lowongan kerja tadi pagi. Biasanya sehabis dari apartemen, MC selalu menghabiskan waktu luangnya di perpustakaan hingga. Lalu kembali lagi ke apartemen. Hari ini dia absen ke perpustakaan untuk mencari penghasilan tambahan. Walaupun dia mempunyai tabungan uang tunai yang cukup untuk beberapa tahun, MC bersikeras untuk selalu berhemat.
Setibanya di restoran Ruby sesuai dengan alamat yang tertulis, MC lalu mengikuti prosedur yang diminta pihak restoran. MC diterima oleh pihak restoran untuk menjadi waiter.
Pagi harinya MC kembali bekerja di kedai buah seperti biasanya. MC menyeruput susu panas sambil duduk membaca buku pinjaman dari perpustakaan di meja kasir. MC tidak bisa lagi mengunjungi perpustakaan sesering dulu. Tiba-tiba fokus membacanya buyar ketika Bu Lee yang ternyata sedari tadi memanggilnya dan langsung meminta maaf atas ketidaktahuannya.
"Tidak apa-apa, Nak. Ibu mau keluar belanja sebentar, ya. Bahan makanan di rumah sdah hampir habis, Ibu titip kedai dulu ya! Ujar Bu Lee dengan lembut sambil tersenyum. Aku pun ikut tersenyum sambil mengangguk dan melanjutkan bacaanku.
"tok tok tok" terdengar suara ketukan lembut di sebelah MC sambil menyodorkan buah-buahan belanjaannya. MC lalu terkejut "Maaf pak, saya ketiduran" Ujar MC sambil memperhatikan seorang pemuda berkacamata di depannya dengan headset berwarna oranye yang melingkar di lehernya, warna matanya yang kuning keemasan dan menariknya adalah warna rambutnya yang hampir senada dengan warna rambutku, merah!
"Iya, tidak masalah" Jawab pria itu tersenyum. "Kamu membaca buku ini?" Lanjutnya dan meneliti cover buku itu 'The Art of War by Sun Tzu' . "Iya" Jawab MC dengan singkat sambil menimbang dan menghitung total yang harus dibayar. Dan pemuda itu membayar belanjaannya dan meninggalkan tempat itu. Sekilas MC melihat senyuman dari pemuda itu.
Thank you for reading!!
Penulis yang masih pemula.....
Maaf jika masih banyak kesalahan kata dan masih kurang jelas.
Please leave a comment to improve my writing skill ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
My Goddess (Mystic-Messenger Fanfics)
FantasySarang Im adalah seorang gadis biasa yang berusaha mencari jati dirinya. Setelah pernikahannya dengan Jumin Han, Sarang baru menemukan jati dirinya yang tidak pernah disangkanya dan menghadapi dilemma yang mengharuskan dia memilih untuk tetap mempe...