MC
Aroma wangi cologne itu tidak terlepas dari pikiranku. Mengapa aku begitu bodoh hingga tidak tahu cara memasang seatbelt dengan benar? Mengapa tadi aku tertidur di dalam mobil? Apakah Jumin marah padaku karena menuduh seatbelt nya rusak? Dasar MC bodoh!
Aku tidak berhenti mengutuk diriku sendiri sepanjang malam.
Jam weker berdering dengan nyaring, tapi yang membuatku terkejut jarum jam menunjukkan pukul 7 pagi. Pertama kalinya aku bangun telat hingga harus segera bersiap-siap mandi dan sarapan dengan terburu-buru.
Aku berlari menuju kedai buah yang hanya berjarak beberapa ratus meter dari apartemenku bahkan hampir menabrak seseorang yang berpapasan denganku.
Sesampainya di kedai aku terheran mengapa kedainya masih belum buka, aku merenung beberapa saat dan baru menyadari, "Astaga, hari ini kan akhir pekan!" Aku menepuk dahiku sendiri.
Akhirnya aku mengunjungi rumah Ibu dan Bapak Lee yang berjarak beberapa meter dari kedai, setelah berjalan menyusuri gang kecil, aku masuk ke rumah itu, rumah sederhana yang menghangatkanku sejak pertama kali datang di rumah itu.
Ibu Lee langsung menyambutku dengan ramah, aku langsung membantunya menyiapkan sarapan dengan menghidangkan masakan Ibu Lee berupa omelet, tumis sayur dan nasi hangat. Aku, Ibu dan Bapak Lee menikmati sarapan dengan lahap.
Kami berbincang dengan santai, aku lalu menceritakan kejadian semalam, dan pulang tengah malam. lalu aku mengeluarkan ponsel pemberian Jumin semalam dan memperlihatkannya kepada mereka berdua. Mereka dengan antusias mendengar ceritaku.
Lalu aku menceritakan kejadian pagi tadi, aku telat bangun dan berlari ke kedai lalu teringat bahwa hari ini akhir pekan, kedai kami tutup.
"Tidak biasanya kamu telat bangun." Ujar Ibu Lee sambil tertawa mendengar ceritaku. "Semalam aku terjaga karena memikirkan sesuatu" Jawab MC mengangguk. "Kamu memikirkan sesuatu? Apa kamu membaca buku sampai larut malam?" Selidik Ibu Lee. MC langsung menggeleng dan mengurungkan niatnya untuk menanyakan Ibu Lee.
Kami bertiga mengerjakan pekerjaan rumah, menyapu halaman, mengepel lantai dan mencabut rumput.
Kali ini aku yang mengajak Bapak Lee bermain kartu remi, biasanya kami sering bermain kartu remi dengan para tetangga. Terkadang juga kami berdua bermain catur, dan aku sering mengalahkan Bapak Lee. Walaupun Ibu Lee sering menegurku setiap kali bermain catur dan kartu remi.
"Kamu tidak pandai memasak, tapi mahir bermain permainan yang diperuntukkan laki-laki" Omel Ibu Lee. Kali ini aku bermain catur dengan Bapak. "Skakmat! Ibu, lihat! Aku mengalahkan Bapak lagi!" Ujar MC dengan girang.
"Bagaimana kalau aku yang masak buat makan siang nanti?" Aku menawarkan diri untuk memasak makan siang, tetapi Ibu menolak karena masakanku masih kurang layak untuk dimakan.
"Nanti di lain waktu ya nak, Ibu akan mengajarimu memasak" Ibu menegurku dengan lembut.
Aku hanya mengangguk dan melanjutkan bermain catur.
"Bagaimana Bapak bisa bertemu Ibu?" Tanyaku dengan spontan. Bapak Lee langsung tertawa mendengar pertanyaanku.
"Sebenarnya Ibu duluan yang menyukai Bapak. Begini-begini Bapak dulu cukup populer sewaktu jaman sekolah!" Ujar Bapak penuh percaya diri.
Ibu yang sedari tadi menguping pembicaraan kita sambil memasak, "MC, sepertinya Bapak keliru. Bukannya Bapak yang mengejar Ibu duluan?! Ibu membela diri.
Aku hanya tertawa mendengar perdebatan mereka. Aku dan Bapak duduk di teras rumah dan memakan semangka dingin.
Rumah ini, kehangatannya menyelimuti hatiku. Aku tidak akan melupakannya, sampai kapanpun. Kuaharap Bapak, Ibu, dan Aku akan bersama selamanya... Aku ingin seperti ini untuk beberapa lama lagi. Aku sangat menyayangi kalian, lebih dari diriku sendiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Goddess (Mystic-Messenger Fanfics)
FantasySarang Im adalah seorang gadis biasa yang berusaha mencari jati dirinya. Setelah pernikahannya dengan Jumin Han, Sarang baru menemukan jati dirinya yang tidak pernah disangkanya dan menghadapi dilemma yang mengharuskan dia memilih untuk tetap mempe...