Keputusan

38 8 0
                                    

Begitu Alaraf keluar dari ruang makan, Sitn sontak menggebrak meja. Membuat teman-teman yang lain terlonjak kaget. Wajah gadis itu merah padam.

"Siapa dia, heh?!? Seenaknya saja menyuruh orang. Dia pikir kita bisa di suruh-suruh olehnya?" geram Sitn.

Semuanya terdiam melihat Sitn yang marah. Nevd yang biasanya sering menggoda Sitn pun kali ini terdiam. Mereka sependapat dengan Sitn jika tidak ingin di suruh begitu saja oleh orang yang tidak di kenal. Tempat ini pun tidak mereka kenal.

Sitn bangkit dari kursinya dengan gusar. Meciptakan bunyi berderik yang  membuat ngilu telinga. Sitn tergesa meninggalkan ruang makan. Sampai menginjak gaun lebarnya sendiri yang sama seperti Adys. Maklum, keseharian Sitn selalu memakai jeans belel. Gadis itu tidak terlalu ahli memakai gaun.

Nevd dan Rewt menyusul Sitn keluar dari ruang makan. Menyisakan Adys dan Phyden berdua dalam ruangan yang luas itu. Phyden menatap Adys. Begitu pun sebaliknya.

"Apa kau pun keberatan seperti Sitn?" tanya Phyden.

Adys menatap Phyden lama.

"Tentu saja. Kau pikir dia dengan mudah menyuruh kita melakukan tugas entah apa itu. Bisa jadi keselamatan kita dalam bahaya karenanya. Kita berada disini pun, kemungkinan sedang memasuki kawasan bahaya" jawab Adys cepat.

Tatapan Phyden menerawang. Ia menyandarkan punggung ke sandaran kursi. Mata Phyden menatap langit-langit ruangan yang mewah.

"Tapi, apa salahnya kita membantunya" Phyden berpendapat lain.

"Hei, pikirkan perasaan Sitn. Dia ketua kelompok kita. Dia hanya tidak ingin kita dalam masalah lebih. Kurasa, ia saat ini tengah menyesal mengajukan penyu itu yang di jadikan tugas" semprot Adys menggebu. Ia tidak setuju dengan pendapat Phyden.

Phyden mengangguk. "Aku tahu. Tapi apa kau mau menjadi pelayan disini? Maksudku, kau pasti mendengar dengan jelas ucapan Alaraf tadi." sahut Phyden. Kali ini Adys terdiam.

Benar juga. Bagaimana kalau mereka dijadikan antek-antek kerajaan ini? Oh, membayangkannya saja Adys tak sanggup.

"Bisa saja Alaraf hanya menggertak. Dia tidak mungkin tega, bukan?" Adys mencoba peruntungan yang lain.

"Tidak! Aku benar-benar serius dengan ucapanku" tiba-tiba sosok Alaraf keluar dari salah satu pintu yang tertutup oleh foto besar.

Baik Adys maupun Phyden terlonjak kaget di tempatnya. Adys dan Phyden bangkit dari duduk dan membungkuk hormat pada raja itu. Alaraf melangkah mendekati keduanya.

"Bagaimana?" tanya Alaraf.

Adys dan Phyden saling melirik. Bagaimana ini?? . Begitulah pikir mereka.

"Kami masih belum tahu, Alaraf. Setidaknya beri kami waktu untuk merundingkan hal ini. Apalagi kau tahu gadis yang menentangmu tadi" akhirnya Phyden yang menyahut.

Alaraf terdiam. Ia menatap Adys dan Phyden bergantian.

"Baiklah. Ku beri waktu hingga makan malam esok. Kalau kalian tetap tidak mau, seragam pengawal dan pelayan masih tersisa banyak di ruang penyimpanan" ujar Alaraf. Adys yang mendengarnya bergidik pelan. Ia tidak pernah mau mengenakan pakaian itu meskipun terlihat mewah.

"Terima kasih, Alaraf. Kami permisi" pamit Phyden. Lalu ia menyeret Adys keluar dari ruangan itu.

Alaraf hanya menatap kepergian mereka dengan diam. Sibuk menerka sesuatu. Tak lama, ia kembali berjalan menuju pintu yang di tutupi oleh foto.

"Semoga kalian memilih hal yang tepat"

∞∞

Adys dan Phyden berjalan di sebuah lorong yang menuju arah kamar mereka yang berhadapan. Adys satu kamar dengan Sitn sementara Phyden satu kamar dengan Nevd dan Rewt. Begitu sampai di depan pintu kamar mereka, Phyden membuka suara.

Atlantis Water AdventureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang