Kota Pertama

14 5 0
                                    

Mengejar waktu 😂
.
.
.

"Woah, tempat apa ini?" tanya Rewt takjub.

Begitu mereka menemukan pintu ke kota pertama, mereka langsung memasukinya. Dan sekarang benar-benar terlihat sebuah kota yang ramai oleh penduduknya. Rumah-rumah mereka terlihat seperti balon udara. Entah apakah itu sungguh rumah atau bukan.

Tepat ketika mereka menjejaki jalan di sana, sayap mereka otomatis mengepak sendiri dan tentu saja mereka bisa terbang. Tanpa membuang waktu lagi, mereka segera mencari rumah makan terdekat. Karena dalam satu kondisi mereka merasakan nasib yang serupa. Yakni lapar.

"Dimana kira-kira kita akan dapat makanan?" tanya Nevd. Sejak tadi ia sudah berisik menanyakan hal ini.

"Di rumah makan tentunya. Tidak mungkin di bengkel mobil" jawab Sitn kesal. Nevd memang cerewet jika perutnya sedang kosong.

"Ya, aku tau, Sitn. Maksudku kita akan menemukan rumah makan itu dimana"

Adys yang entah kenapa lebih banyak diam saat ini, melihat sebuah palang bertuliskan Rumah Makan Kota Pertama besar-besar. Dengan cepat, ia terbang ke sana. Meninggalkan teman-temannya yang sibuk berdebat.

Phyden yang pertama kali melihat Adys pergi ke sebuah restoran, memilih mengikutinya. Sama seperti yang dilakukan gadis itu, ia tidak mengajak teman-temannya yang lain. Biarkan mereka sadar sendiri jika di dekat mereka ada rumah makan.

Ketika Phyden baru masuk ke dalam rumah makan, makanan Adys yang baru di pesan pun sudah datang. Pelayanan disini benar-benar cepat. Phyden melangkah mendekati Adys.

"Di mana yang lain?" tanya Adys.

"Di luar" jawab Phyden seraya duduk di sebelah kanan Adys.

Adys mulai memakan makanannya, "kau mau?" tawar Adys.

"Terima kasih, aku akan memesan sendiri" tolak Phyden halus. Sedetik kemudian ia bingung. Bagaimana cara memesan makanan di sini. Pasalnya tidak pramusaji yang mendekatinya. Jelas-jelas tadi si pengantar makanan untuk Adys melihat Phyden yang baru saja masuk.

"Kau ingin makan apa?" tanya Adys, "tidak perlu menjawabnya, kau hanya cukup memikirkannya saja" lanjutnya cepat.

Phyden terbengong-bengong mendengar ucapan Adys. Apa maksud gadis ini. Tak butuh waktu lama, seorang pramusaji datang membawa makanan yang diinginkan Phyden.

Laki-laki itu sontak terkejut. Sebenarnya seperti apa pelayanan disini. Phyden hanya terdiam. Bahkan ketika pramusaji itu sudah kembali ke dapur, ketiga teman-temannya menyusul mereka dengan tampang kusut, sampai Nevd yang memakan pesanan Phyden dengan cepat, ia tak sadar dengan situasi di sekelilingnya.

Nevd bersendawa. Habis sudah bakso milik Phyden. Ya, laki-laki itu memikirkan bakso tadi.

"Terima kasih, Phyden. Sekarang, aku sudah kenyang" ujar Nevd santai seraya menyandarkan punggungnya di sandaran kursi yang didudukinya.

Sontak Phyden terbelalak menyaksikan mangkok yang tinggal kuahnya saja.

"Itu baksoku!" seru Phyden keras. Untung saja suasana rumah makan lumayan sepi.

"Sudah-sudah, jangan bertengkar" sahut Adys. Lalu menyodorkan tiga mangkok bakso. Masing-masing untuk Phyden, Rewt, dan Sitn.

"Tapi aku belum memesan" ujar Rewt. Sitn menganggukinya.

Atlantis Water AdventureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang