Rumit

31 6 0
                                    

"Menyelamatkan permaisuri di kerajaan Langit"

"Apa?!?"

∞∞

Suasana ruang makan lengang seketika. Semuanya sibuk dengan pikiran masing-masing. Mereka berlima baru mengetahui jika raja ini memiliki seorang istri. Dan malangnya, istrinya itu berada di kerajaan lain entah dimana.

"Menyelamatkan permaisuri? Memangnya sang ratu kenapa?" tanya Phyden.

"Dia di tawan" jawab Alaraf datar.

"Ap-"

"Sudahlah, kalau kalian tidak ingin membantuku. Kurung mereka!" seru Alaraf memotong ucapan Phyden selanjutnya.

Sontak sebuah sangkar warna emas langsung mengurung mereka. Kursi yang mereka duduki itulah yang berubah menjadi sangkar. Kelimanya berontak meminta di lepaskan.

"Lepaskan kami. Dasar raja tidak tahu diri!" teriak Sitn.

"Hei, Sitn bahkan belum menolaknya" Rewt menimpali.

"Tamatlah riwayat kita" sambung Nevd.

Alaraf masih diam menatap mereka. Sitn, Rewt, dan Nevd masih berseru keberatan. Sitn bahkan mengumpat beberapa kali. Hanya Adys dan Phyden yang tetap diam. Tak ingin membuat situasi semakin runyam.

"Aku beri kalian waktu lima menit untuk memberikan jawaban. Kalau sampai seragam pelayan dan pengawal sudah melekat pada tubuh kalian, maka kalian resmi sudah menjadi bagian dari kerajaan ini" ujar Alaraf membuat ruang makan kembali lengang.

"Bagaimana ini, Sitn?" tanya Nevd.

"Diamlah. Aku pun bingung harus melakukan apa" sahut Sitn kesal.

Adys berusaha memikirkan kemungkinan yang akan terjadi. Kalau mereka memenuhi keinginan Alaraf, maka Laurent dan entah siapa lagi akan terbebas dari sini. Kalau tidak, merekalah yang kemudian akan menjadi antek-antek tambahan kerajaan ini.

"Yang jelas aku tidak mau tinggal disini" ujar Rewt tiba-tiba.

"Kau kira aku mau" sahut Sitn.

"Tapi tadi pagi kau begitu menikmati keindahan kolam belakang kerajaan" kali ini Alaraf yang menimpali. Membuat empat pasang mata teman-temannya menatap ke arahnya penasaran.

"Ternyata dia sudah cukup akrab dengan raja ini" bisik Nevd pada Rewt dengan suara agak keras seraya melirik Sitn yang duduk di sebelah Adys.

Mendengar itu, wajah Sitn menggelembung sebal. Ia menatap Alaraf garang. Sementara yang  di tatap hanya menaikkan alis kanannya. Tidak terpengaruh akan emosi yang sangat jelas di tunjukkan oleh Sitn.

"Adys, bagaimana menurutmu?" tanya Phyden yang duduk di hadapan Adys.

"Entahlah, aku pun bingung. Tapi tak ada salahnya, kan kalau kita membantu Alaraf. Bisa jadi kita akan menyelamatkan banyak orang nantinya" jawab Adys.

Phyden mengangguk setuju. Namun ia tidak menyadari ada yang mengganjal dalam ucapan Adys.

"Bagaimana, Sitn. Apa kau tidak mau membantu?" tanya Phyden beralih pada gadis itu.

Sitn terdiam sejenak. Ia tidak tahu. Akhirnya ia hanya mengangkat bahunya.

"Waktu kalian sudah habis dan tidak ada keputusan yang kalian buat. Baiklah, pengawal pakaikan mereka seragam itu!" teriak Alaraf.

Sontak pintu utama ruang makan menjeblak terbuka. Lalu melangkah masuk tiga orang pengawal dan dua orang pelayan seraya membawa seragam kerajaan.

Mata keliam sontak melebar. Tidak, mereka tidak ingin terjebak disini selamanya. Situasi tegang ini membuat mereka tidak bisa berpikir jernih. Jarak pengawal itu tinggal lima langkah lagi.

Atlantis Water AdventureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang