Awal

14 6 0
                                    

🚦 🚦 🚦
Biasakan vote sebelum komen
Selamat membaca 📖
.
.
.

Tujuh hari masa pelatihan sudah terlewati. Tujuh hari yang begitu melelahkan. Tujuh hari yang bagaikan masa-masa menyiksakan bagi mereka. Namun, itu semua berakhir dengan hasil yang memuaskan.

Lorex, sang panglima kerajaan Atlantis yang melatih mereka berlima. Ia secara tekun mengajari kemampuan yang diberikan oleh Alaraf pada mereka berlima. Dan yang paling menguasai kemampuan masing-masing adalah Adys dan Phyden. Mereka berdua menangkap segalanya dengan sangat cepat. Meskipun demikian, ketiga temannya yang lain pun tak kalah hebat.

"Wow, kalian benar-benar menakjubkan" puji Lorex.

"Terima kasih, Lorex. Ini pun berkat dirimu yang dengan sabar melatih kami" sahut Adys sopan.

"Yeah, sangat benar" sahut Nevd yang terbang di langit-langit.

Phyden mencoba kemampuan menghilangnya. Phyden berada di sebelah Adys, lalu sedetik kemudian ia menghilang dan muncul di belakang Nevd yang terbang. Phyden menyeringai. Nevd tidak menyadari keberadaan dirinya.

Sontak, ia melepaskan rantai api untuk melilit tubuh Nevd. Laki-laki itu terkejut, lantas jatuh berdebam keatas rumput yang terpangkas rapi. Saat ini, mereka berenam berada di taman kerajaan.

"Astaga, kau benar-benar keterlaluan, Phyden" gerutu Nevd. Rantai api yang melilitnya sontak mencair. Nevd menguasai kemampuan es.

Phyden terkekeh, "Maafkan wajah menyebalkanmu itu, Nevd" Phyden tergelak.

Nevd mendengus pelan. Ia kembali terbang dan menerjang Phyden. Dengan cepat, laki-laki itu mengelak, membiarkan Nevd jatuh untuk kedua kalinya.

Adys, Sitn, Rewt, dan Lorex tertawa keras melihat Nevd yang tersungkur. Begitu pun dengan Phyden yang terbang. Sementara Nevd tak berniat bangkit dari posisi tersungkurnya.

Tiba-tiba tawa mereka lenyap tatkala Alaraf berjalan menuju taman. Hanya Lorex yang membungkukkan badan sebagai tanda patuh pada rajanya. Phyden kembali ke posisi semula diikuti Nevd.

"Bagaimana kemampuan mereka?" tanya Alaraf.

"Sangat menakjubkan, Yang Mulia" jawab Lorex.

Alaraf mengangguk satu kali, "Apakah mereka sudah bisa melakukan tugas itu?"

"Ya, kami sudah sangat siap!" jawab Sitn ketus. Perempuan itu memang tidak dapat berdamai dengan Alaraf.

"Bagus"

Kemudian, Alaraf memejamkan matanya seraya membaca sesuatu. Perlahan kedua lengannya terangkat hingga pundak. Tubuhnya mengambang satu meter. Sedangkan Lorex sudah hilang dari area taman.

Angin kencang terasa di sekitar taman tersebut. Mereka berlima sampai harus menghalau udara itu agar tak merusak pandangan. Karena kemampuan yang telah mereka kuasai ini, mereka masih berada di tempat tak bergeser sedikit pun meski di terjang angin.

Lima detik kemudian, muncul sebuah lubang besar warna biru tua berbentuk spiral. Lubang itu berada di antara mereka berlima dan Alaraf. Perlahan, Alaraf membuka matanya. Tapi angin kencang itu masih melingkupi mereka.

"Masuklah, dan kalian akan segera menyelamatkan permaisuri dan orang banyak. Dan ingat, bantulah siapa saja yang kalian temui nanti jika sedang dalam kesulitan" suara Alaraf menggema di taman itu.

Sitn mencibir, "Dirinya saja membuat orang dalam kesulitan"

Phyden yang pertama kali masuk ke dalam lubang itu. Disusul Adys, kemudian Nevd, Rewt, dan terakhir, Sitn. Alaraf menutup kembali lubang itu.

Atlantis Water AdventureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang