07 | Denting Piano

54 7 1
                                    

Sudah seminggu berlalu, namun tidak ada yang terjadi pada keluarga besar di rumah nomor 101

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah seminggu berlalu, namun tidak ada yang terjadi pada keluarga besar di rumah nomor 101.

Mereka yang setuju dengan permainan konyol kembali ke masa lalu harus menelan ludah pahit, saat jam tangan berwarna coklat usang tiba-tiba hilang.

Ah, tidak. Lebih tepatnya disembunyikan oleh para maknae yang bertindak lebih cepat dari kakak-kakaknya.

Maknae menyembunyikan di suatu tempat yang selalu terlihat, namun tidak akan pernah terjamah dan tidak akan ditemukan.

"Jinan, pokoknya kalau ada yang nanya jamnya di mana jangan bilang, ya. Nanti Om Guan kasih coklat yang banyak," kata Guanlin.

Guanlin sedang membujuk Jinan. Karena gadis kecil itu tak sengaja memergoki Guanlin dan Jihoon yang sedang menyembunyikan jam tangan itu diam-diam.

"Kenapa disembunyiin, om? Kalau ayah marah nanti gimana?" tanya Jinan dengan wajah polosnya.

Jihoon langsung menyuruh Jinan untuk mendekatnya. Sang gadis kecil itu langsung menurut dan kini berada dalam pangkuan Jihoon.

"Jinan emangnya mau hilang dari dunia ini?" tanya Jihoon seraya bisik-bisik.

Jinan menggelengkan kepalanya. "Kalau Jinan hilang, berarti Jinan nyusul ibu. Ayah nanti sedih," katanya.

"Nah, kalau gitu Jinan jangan kasih tau ayah kalau Jinan tahu jam ini ada di sini. Karena kalau ayah tahu, Jinan bakal hilang," kata Jihoon.

"Kok bisa gitu?" tanya Jinan.

"Semacam sulap? Tapi sayangnya, kalau disulap terus hilang, Jinan gak bakal kembali tapi mati ketemu arwah jahat," kata Guanlin.

Jinan, si gadis kecil itu langsung cemberut dan memeluk Jihoon. Seolah ketakutan dengan kata-kata Guanlin. Jihoon langsung memukul kepalanya dan menjewer telinganya.

"Alus dikit dong. Gak usah nakut-nakutin gitu," kata Jihoon.

"Gue udah alus! Kalau gue kasar gue bilangnya gini 'jinan bakal mati gak ketemu ayah, terus ketemu arwah penasaran berlumuran darah, matanya keluar, palanya bonyok sama kapak, mulutnya ternganga siap makan Jinan sama boneka-bonekanya Jinan'. Gitu!" tukas Guanlin.

Dan benar saja, Jinan langsung menangis saat Guanlin selesai mengucapkan kalimat itu.

"Mulutnya gue sumpel sempak ujin tau rasa!" tukas Jihoon seraya memukul Guanlin tanpa ampun.

Sementara Guanlin memekik kesakitan, Jinan terus menangis karena terngiang-ngiang ucapan Guanlin yang tiada berakhlak.

"Kenapa sih ribut mulu!"

Tiba-tiba Daniel yang masih memakai kolor berwarna pink-nya keluar dari kamarnya, disusul dengan Jaehwan yang sudah sangat rapi memakai setelan kantornya.

"Lu berdua ya hobi banget rusuhin si Jinan!" tukas Jaehwan.

"Nih si Guan, kak! Mulutnya gak ada akhlak sampe buat Jinan nangis," kata Jihoon.

The House: Hide and Never Seek! (Wanna One)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang