13 PHOTOS

560 108 11
                                    

Hello











🖼🖼🖼










Apa yang dialami Taehyung empat tahun yang lalu lebih dari sekedar mengerikan.


Kesakitan itu masih terpancar di sana, di kedua bola matanya yang biasanya memancarkan keangkuhan dan keberanian. Aku ingin menggapainya, tapi takut jika justru akan lebih menyakitinya.

“Maaf baru bilang padamu sekarang, bukan sesuatu yang patut dipamerkan.” katanya.

“Ibuku pernah menyarankan agar dioperasi plastik saja, tapi aku menolaknya.” dia berujar lagi, “Kubiarkan, sebagai tanda pengingat bahwa pembunuh itu masih berkeliaran di luar sana.” dia melanjutkan.

Suara Taehyung tidak seperti biasanya dan ini sungguh sangat menggangguku, aku tidak suka versi dia yang seperti ini.

Dia baru akan menutup kembali bekas lukanya, tapi kali ini aku yang menghentikannya. Entah apa yang sedang kupikirkan, tapi aku berjongkok begitu saja di depannya. Menatapi bekas luka itu seolah dari sana aku dapat menemukan petunjuk yang dapat menuntun kami secara langsung kepada pembunuhnya.


Kusapukan jemariku di atasnya, bekas luka ini akan menjadi sejarah, sejarah kejam seumur hidup Taehyung
dan aku ingin menjadi seseorang yang dapat menghapusnya. Kudekatkan wajahku lalu kukecup pelan bekas luka itu, bekas luka yang rasa sakitnya tidak akan pernah hilang meskipun Taehyung tidak mengingat detail hari itu.



“Jungkook, apa yang kau lakukan??” Taehyung memekik sambil mencengkeram bahuku, tapi aku tidak menggubrisnya.



Kukecup lagi dan lagi bekas luka di atas kulitnya itu.


“Jung—“



“Datang padaku jika kau ingin memberikan kenangan baru untuk bekas luka ini, Taehyung. Kau bisa pamer padaku, kau akan tetap cantik kok, dan aku akan dengan senang hati membuatmu melupakan kenangan pahit dari si bekas luka ini.” kataku serius.



Awalnya Taehyung diam tidak berkutik dan hanya memandangiku, tapi tahu tidak apa yang dia lakukan setelah itu?







Dia memukul kepalaku, “Ya~ mesum kau Jeon!!” dan dengan begitu dia menghambur keluar kamar mandi secepat kilat, meninggalkan aku yang entah kenapa baru tersadar sekarang bahwa posisi dan ucapanku kelewat awkward.



Tapi, tentang yang kukatakan tadi, aku serius kok. Aku memang tidak akan membiarkannya menanggung semuanya secara sendirian lagi sekarang.



Rupanya dia kembali ke dalam kelas dan aku harus menunggu hingga sekolah selesai untuk meminta maaf atas kekurangan ajarku, tapi saat aku baru saja akan mengatakannya, dia buru-buru memotongnya, mula-mula berdeham, lalu mengatakan, “Kau tidak mau melihat isi amplop misterius itu?”

AKRASIA - The Ghostwriter [KOOKV]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang