"Kakak! Bunda nyuruh sarapan dulu!" Ucap Ridho sedikit teriak kearah pintu kamar milik kakaknya, Aisyah.
"Iyaa." Jawab Aisyah dari dalam.
Ridho kembali masuk kedalam kamarnya, bersiap-siap kesekolah. Sedangkan Aisyah baru saja selesai mengenakan jilbab warna hitam miliknya.
Gadis delapan belas tahun itu, keluar dari kamar sambil menyeret koper hitam dengan les kuning ditepinya, tas kuning dipunggung dan tangan lainnya menenteng tas yang lebih kecil dibanding yang lain. Tidak lupa Ia menutup kembali pintu kamarnya.
Aisyah menaruh bawaannya diruang tamu yang dekat dengan pintu utama rumah.
Aisyah tersenyum manis, hatinya membuncah perasaan bahagia. Rasanya Ia tak sabar untuk segera berangkat.
"Bundaa." Sapa Aisyah saat sudah berada didapur. Dia mendekati wanita paruh baya yang sibuk menata sarapan diatas meja makan, menciup singkat pipi wanita itu lalu duduk di salah satu kursi yang mengelilingi meja makan.
"Sarapan yang banyak yaa, abis itu minum antimo." Ucap Bunda mengusap lembut kepala anak gadisnya dibalas anggukan oleh Aisyah ''Iyaa Bunda."
Perjalanan menuju Kota Bengkalis butuh waktu yang lama, tentu hal ini membuat Bunda Aisyah merasa khawatir pada anaknya, walaupun Aisyah bukan gadis yang suka 'Mabuk Perjalanan' tapi tetap saja hal itu tidak luput dari ke khawatiran sang Bunda, untuk berjaga-jaga. Apalagi nanti mereka akan menaiki kapal, Anaknya belum punya pengalaman menaiki kendaraan laut itu.
"Sudah sarapan?" Tanya Ayah sambil menarik kursi disamping Aisyah diikuti adiknya tepat disisi Aisyah yang lain. Ayah dan Anak bungsu itu duduk bersamaan.
"Belum, kakak mau sarapan bareng."
"Eh kak nanti jangan lupa oleh-oleh buat Adek." Celetuk Ridho, Adiknya tiba-tiba.
"Insyaa Allah yaa Dek."
Ridho mengangguk, meraih satu buah pisang ditengah meja lalu memakannya hingga habis.
Tak lama, Bunda bergabung duduk disisi Ayah, tepat disamping Ridho.
"Ayo sarapan, setengah jam lagi kalian berangkat." Ucap Bunda, setelahnya tidak ada percakapan selama sarapan berlangsung. Keempat orang itu sibuk dengan sarapan dan juga pikiran masing-masing.
-----
Jam sudah menunjukkan pukul 07.00 pagi. Ridho membantu Aisyah membawa koper milik kakaknya ke bagasi mobil.
Aisyah memeluk erat Bunda "Kakak berangkat yaa Bunda, doain kakak semoga kakak selamat pulang dan pergi. Bunda sama Ayah baik-baik yaa, kakak sayang Bunda."
Bunda membalas pelukan si sulung penuh kasih sayang, anaknya tumbuh dengan sangat baik, lihatnya perbedaan tinggi Bunda dan anak gadisnya, telihat begitu kontras dengan Aisyah yang lebih tinggi ditambah tubuhnya yang ramping berbanding terbalik dengan Bunda.
"Insyaa Allah, kamu baik-baik disana yaa. Sholat tepat waktu, jaga kesehatan, jangan telat makan, jangan terlalu memaksa diri buat latihan, Bunda juga sayang kamu."
"Sampe kapan Kak? Adek hampir telat sekolah nih!" Ucap Ridho tiba tiba. Laki-laki berseragam putih abu-abu itu mendekati keduanya lalu bersalaman dengan Bunda usai kedua wanita itu saling melepas pelukan.
"Adek berangkat Bun." Keduanya kini masuk kedalam mobil, Ridho dan Aisyah duduk berdua dikursi penumpang belakang, sedangkan Ayah menyetir.
"Hati-hati kalian!" Seru Bunda diiringi senyum khas seorang Ibu.
Mobil perlahan meninggalkan perkarangan rumah, kedua adik kakak itu sibuk berceloteh ria, mengabaikan atensi sang Ayah yang fokus menyetir. Ini sudah sering terjadi, dulunya sebelum Aisyah benar-benar sudah selesai dengan pendidikan tingkat menengah.
KAMU SEDANG MEMBACA
YELLOW
Teen FictionSemuanya berawal dari perlombaan panahan tingkat provinsi. Disanalah Aisyah bertemu dengan salah satu Atlet terbaik milik Inhu yang menempuh pendidikan di Ibu Kota Provinsi. Bagaimana lanjutannya? Terus baca sampai habis! Hope u like it!!