Bab 7 | Back

5 2 0
                                    

"Aisyah kaki kamu masih sakit?"

Aisyah berhenti dari aktivitasnya, menatap garang Nayla "Ini kedua puluh kalinya kamu nanya pertanyaan yang sama Nayla! Aku beneran nggak papa, udah lumayan baikkan kaki aku. Dan berhenti tanya lagi, nyebelin tau dengernya!"

"Yaa kan kalo bukan karna aku kamu nggak bakal sampe terkilir gitu, kok kamu nge gas sih?! Aku itu khawatir tau!" Nayla berdiri, ikut berkacak pinggang dan menatap balik Aisyah garang.

"Habisnya kamu tuh nyebelin!" Aisyah tak mau kalah.

Suara bel mengintrupsi mereka, seketika kamar hening. Lagi, suara bel kembali berbunyi kesekian kalinya tanpa mereka sadari.

"Biar aku yang buka."

Aisyah meraih jilbab sarung diatas tempat tidur. Mengenakannya sambil berjalan kearah pintu kamar.

"Rio?"

"Nayla ada kak?" Tanya Rio. Pemuda itu memegang dua plastik dari sebuah toko.

"Ada, bentar." Aisyah meninggalkan Rio sendiri didepan kamar mereka "Rio tuh." Ujarnya sembari melanjutkan kegiatan yang sempat tertunda, melipat baju.

Hari ini malam terakhir mereka berada di Bengkalis. Besok, jam tujuh pagi mereka akan melangsungkan perjalanan pulang kembali ke Rengat.

Aisyah melepas satu persatu panahannya. Menyimpan rapi setiap kerangka panahan kedalam tas khusus. Tak sengaja ia melihat arrow milik Raka, ia tersenyum. Raka orang yang baik, padahal mereka baru bertemu beberapa hari.

"Aisyah!" Panggil Nayla, ia membawa dua plastik yang Aisyah yakini dipegang oleh Rio tadi.

"Nih buat kamu." Lanjut Nayla mengulurkan satu plastik diantaranya.

''Dari siapa?" Tanya Aisyah memastikan setelah melihat isi plastik tersebut. Ada beberapa jenis makanan ringan dan dua botol minuman kesukaan Nayla.

"Dari Bunda." Nayla menaruh plastik miliknya diatas meja rias. Disana terdapat beberapa makanan milik mereka berdua yang belum habis. Maklum saja, perempuan itu suka ngemil.

"Bilang sama Bunda makasih yaa."

"Bilang sendirilah!"

.

.

.

.

.

Aisyah menatap hamparan luas taman Andam Dewi dari balik jendela kamar. Tampak cantik dan indah dengan tulisan nama Kota Bengkalis berwarna merah maroon disudut taman. Ditambah lagi suara ombak yang mengisi dalam keheningan fajar.

Matahari belum terbit. Waktu masih menunjukkan pukul lima pagi. Anak laki-laki dan bapak-bapak baru kembali dari masjid usai melaksanakan sholat shubuh berjama'ah.

Dari atas kamarnya, Aisyah melihat mereka keluar dari mobil dan berjalan masuk kedalam hotel. Pandangan Aisyah terus tertuju pada satu orang yang entah sejak kapan jadi pusat perhatiannya, terus hingga akhirnya ia menghilang dari balik pintu utama hotel.

Melihat hamparan laut disana. Aisyah menggerakkan kaki kirinya perlahan.

"Ugh!" Ringisnya menahan sakit.

Walaupun semalam sudah di urut Ibu Hilma, rasa sakitnya masih ada walau tidak sesakit saat pertama kali ia mencoba berjalan. Mungkin ini butuh beberapa hari untuk bisa berjalan normal.

Aisyah menutup wajahnya merasa bersalah pada diri sendiri saat ingatan Raka menggendongnya terlintas begitu saja dalam pikirannya. Ia kecewa pada diri sendiri, Ayahnya pasti kecewa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 30, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

YELLOWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang