Bab 5 | Tanding

14 4 0
                                    

Aisyah bukan gadis yang gampang sakit.  Dia hanya kelelahan diperjalanan menuju kota Bengkalis yang memakan waktu lebih dari 12 jam. Ditambah siang esoknya ia langsung latihan dibawah teriknya matahari, tanpa sebuah topi melingkupi kepala gadis itu.

Jadilah sekarang Aisyah berdiam diri didalam kamar disaat yang lain sibuk dengan pertandingan ditengah lapangan  taman Andam Dewi.

Aisyah mengikuti setiap saran dari Bunda Erna dan juga pelatihnya. Gadis itu memanfaatkan waktu dengan sangat baik untuk beristirahat didalam kamar setelah minum beberapa pil obat. Walaupun pagi tadi ia sempat turun kelapangan untuk memberi teman-temannya dukungan.

Hari ini pertandingan untuk kelas nasional jarak 15-50 meter. Nayla dan yang lain bertanding hari ini termasuk Raka. Laki-laki itu ikut dijarak nasional 50 meter.

Berbicara soal Raka membuat Aisyah tersenyum malu sendiri. Menenggelamkan kepalanya kedalam selimut. Masih jelas ingatannya tentang perhatian pemuda 22 tahun itu tadi malam.

Raut khawatirnya dan juga perhatiannya. Membuat Aisyah tidak bisa untuk tidak bingung sekaligus senang.

Bingung kenapa laki-laki itu sangat perhatian. Dan senang bisa diperhatikan oleh orang yang belum lama dikenalnya. Raka itu orang baik. Sama seperti Nayla, kelihatan tidak peduli. Padahal dibalik wajah mereka itu ada hati yang penuh kasih sayang.

Dalam keadaan telungkup Aisyah mengingat apa yang terjadi semalam.

Saat semua orang tertidur dengan nyenyak, menantikan hari esok agar lebih baik dibanding sebelumnya. Nayla justru menjaga Aisyah sambil memijit kepala gadis itu. Hingga Raka datang dengan beberapa obat pereda panas dan demam. Tidak lupa sebungkus nasi lengkap dengan air minumnya.

Bunda Erna ikut bergabung merawat Aisyah tadi malam. Memberi gadis itu vitamin bahkan menyarankan agar Aisyah mandi saat itu juga. Raka maupun Nayla terkejut.

Bagaimana mungkin orang demam disuruh mandi pukul sepuluh malam?!

Tapi Aisyah tetap disuruh mandi setelah Raka diusir keluar. Memang sangat dingin, Aisyah mengakui itu. Badannya menggigil kedinginan, wajahnya semakin pucat.

Setelahnya ia disuruh berbaring ditempat yang tidak terkena angin AC. Berselimut tebal hingga dua lapis. Sebelum itu ia harus makan dan minum obat.

Bunda Erna bilang kalau urusan dengan orang sakit disaat perlombaan sudah kedua kalinya. Dan kasus demam baru pertama kalinya. Tapi tenang, beliau tau tentang kesehatan. Jadi, apapun perintahnya tetap laksanakan karna itu untuk kesehatan mereka.

Aisyah bersyukur dipertemukan dengan orang-orang baik. Mereka sudah seperti keluarga, sekalipun belum lama saling mengenal.

.

.

.

.

.

Aisyah terbangun dalam keadaan telungkup berselimut tebal. Hari sudah sore, dapat dilihatnya saat melihat keluar jendela disamping kiri dari posisinya.

Duduk ditepi ranjang, pandangan gadis itu tertuju pada lapangan. Untuk saat ini ia hanya mampu memperhatikan mereka dari lantai tiga bangunan hotel. Besok, dia akan berada disana, sebagai peserta.

Merasa sedikit lebih baik. Aisyah keluar keringat begitu banyak, seperti habis olahraga berat. Dia memutuskan untuk segera mandi. Jam didinding sudah menunjukkan pukul lima sore. Sebentar lagi mereka selesai, ia harus bergegas.

Besok giliran dia bertanding dengan atlet lain. Selalu berusaha dan semangat untuk tim. Ia tidak boleh mengecewakan mereka di awal pertandingan untuk Aisyah ini. Sekalipun ini perdana, ia berusaha akan memberikan yang terbaik untuk tim. Soal hasil belakangan, yang terpenting dia sudah berusaha semaksimal mungkin.

YELLOWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang