"Aisyah satu kamar sama Nayla, kamar nomor 312 lantai tiga." Ucap pelatih menyerahkan kunci kamar pada Nayla.
"Baik Pak!" Nayla begitu semangat, tanpa menunggu Aisyah ia lekas pergi dari loby hotel.
Menunggu yang lain pergi. Aisyah masih duduk nyaman diloby hotel, sendiri. Tubuhnya serasa remuk semua. Lelah, perjalanan memakan waktu kurang lebih tiga belas jam lamanya.
Sebenarnya pinggang Aisyah sudah terasa sakit sejak di restoran Seafood tadi, ingin rasanya ia merengek minta cepat ke hotel agar bisa membaringkan tubuh letihnya, tapi ia masih punya rasa malu untuk itu.
Jam ditangan kiri Aisyah sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Penghuni hotel tampaknya sudah berada dalam kamar masing-masing.
Aisyah memutuskan untuk bergabung dengan Nayla dikamar mereka. Ia menyandang ransel kuning kesayangannya, tangan kiri memegang panahan dan tangan kanan menyeret koper.
Aisyah melewati meja resepsionis, tangga menuju lantai atas, terus hingga ia berbelok kearah lorong hotel. Gadis itu mengernyit heran.
Dimana liftnya? Pikir Aisyah.
Aisyah berbalik ke jalan sebelumnya. Ia tampak terkejut melihat Raka berdiri tak jauh dari posisinya.
"Cari Lift?" Tanya Raka tanpa basa basi.
"I-iya kak." Aisyah menunduk malu.
"Disini nggak ada lift." Raka mendekat, meraih koper Aisyah dan panahan ditangan gadis itu.
"Ayo saya bantu." Aisyah tidak bergerak sama sekali. Dia menatap punggung Raka yang mulai menjauh. Dan mengikuti pemuda itu dengan pandangan masih tertunduk.
"Kak Raka!" Panggil Aisyah, Raka berhenti lalu menoleh Aisyah yang berada diujung tangga.
"Umm, maaf ngerepotin." Aisyah tersenyum hingga deretan giginya terlihat. Ia menyusul Raka dengan langkah cepat menaiki setiap anak tangga, menyamakan langkah mereka berdua.
"Saya baru lihat kamu, sudah berapa lama?" Mereka berbelok menaiki tangga kedua.
"Sekitar satu tahun kak." Jawab Aisyah ramah. Raka mengangguk paham.
Keduanya sama-sama diam hingga sampai didepan kamar Aisyah. Raka memencet bel, tak lama tampak Nayla membuka pintu. Gadis itu sudah memakai piyama tidurnya.
''Eh kak Raka?'' Nayla tampak bingung, belum menyadari kehadiran Aisyah disamping Raka.
"Sudah yaa, saya mau kekamar."
"Haa? Apasih?" Nayla merasa bingung.
"Nay?" Nayla menoleh mendapati Aisyah yang berdiri lesu "Darimana kamu Syah? Lemes banget, masuk! Abis itu langsung mandi biar seger!" Titah Nayla, gadis itu membuka pintu kamar lebar. Memberi Aisyah ruang agar bisa lewat, lalu melihat koper milik Aisyah masih diluar dengan panah diatasnya.
"Ohh jadi tadi kak Raka bantuin Aisyah?" monolog Nayla sambil membawanya masuk.
.
.
.
.
.
Paginya seluruh atlet dari tim Inhu berkumpul di loby hotel. Aisyah dan Nabila baru turun, mereka kesiangan. Bukan tidak dibangunkan, tapi Nayla itu dasarnya kebo banget. Jadilah mereka berdua telat ikut sarapan.
Setelah mengambil nasi goreng yang disediakan pihak hotel, Nayla mencari tempat untuk mereka duduk.
Tidak ada kursi kosong, selain dimeja kak Raka dan anak cowok lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
YELLOW
Teen FictionSemuanya berawal dari perlombaan panahan tingkat provinsi. Disanalah Aisyah bertemu dengan salah satu Atlet terbaik milik Inhu yang menempuh pendidikan di Ibu Kota Provinsi. Bagaimana lanjutannya? Terus baca sampai habis! Hope u like it!!