Bab 2 | Perjalanan

31 5 3
                                    

Siapa yang tidak menyukai perjalanan? Tentu saja semua orang menyukainya. Tahu betapa luasnya bumi Allah ini bukan? Ada berbagai keindahan alam yang seharusnya kita nikmati dengan penuh rasa syukur.

Tak terkecuali Tim Panahan dari Inhu. Mereka semua terlihat menikmati setiap detik perjalanan.

Jam sudah menunjukkan pukul sembilan lebih tiga puluh menit. Mereka baru sampai di Japura, tepatnya didepan bandara satu-satunya disana.

Bukan!

Mereka bukan terbang dengan pesawat. Tidak.

Tapi mereka hanya menepi, beberapa orang akan sarapan dikedai yang letaknya tak jauh dari bandara, oh mungkin lebih tepatnya pas didepan lapangan bandara.

Saat yang lain mulai memesan makanan mereka. Aisyah lebih memilih berdiam didalam mobil. Perutnya masih kenyang, ditambah dia tadi sempat memakan beberapa cemilan yang dibelikan Ridho  saat adiknya itu ke Indomaret tadi malam.

Aisyah membuka tas kecil berwarna kuning favorit miliknya. Tas kecil ini hanya berisi hp, headset, cas hp, pelembab bibir, beberapa lembar uang, permen untuk penyegar nafas dan kartu pelajar miliknya. Ia memang bukan seorang pelajar lagi, tapi karna KTP miliknya belum selesai di urus, jadilah ia membawa kartu pelajar itu kemanapun ia pergi.

Tak lupa Aisyah mengetikkan beberapa pesan text untuk keluarganya, mengatakan bahwa mereka baru saja sampai di Japura untuk sarapan. Lalu, menyimpan kembali hpnya.

Sepertinya orang orang disana akan lama. Aisyah menoleh pada sebrang jalan, mereka semua terlihat masih menikmati sarapan.

Aisyah memutuskan untuk tidur, kepalanya mulai terasa berat.

----------

"Raka sudah sampai di Bengkalis? Tinggal menyebrang? Tunggu kita atau langsung mau nyebrang? Oke oke nanti kalau sudah sampai kabari Bapak lagi. Iya Raka, hati-hati."

Aisyah mengerjapkan matanya pelan. Membiasakan cahaya yang mulai masuk menusuk mata.

Raka lagi?

Dia baru saja bangun. Sudah mendengar nama itu entah untuk keberapa kalinya.

Omong-omong mereka sekarang entah berada dimana. Aisyah terlalu lelah bertanya pada pelatihnya itu. Yang pasti mereka sekarang sedang beristirahat disebuah masjid besar cat putih.

Aisyah sengaja tidak keluar dari mobil, yang lain sudah selesai melaksanakan sholat Dzhuhur berjama'ah. Dirinya kan sedang datang tamu.

Tak lama, mereka kembali masuk mobil masing-masing. Begitu juga dengan pelatihnya.

"Udah bangun Syah, laper nggak?" Tanya Umma Alip saat membuka pintu mobil.

"Enggak Umm." Jawab Aisyah seadanya. Dia masih merasa ngantuk luar biasa. Salahkan saja matanya yang tidak mau bekerja sama tadi malam, sampai dia tidak bisa tertidur hingga jam dua pagi lantaran terlalu senang untuk hari ini.

"Lanjutin aja tidurnya, kita mau cari rumah makan buat makan siang." Aisyah mengangguk dan memeluk boneka milik Umma Alip erat. Pengennya meluk Alip, tapi bocah delapan tahun itu nyaman dipelukan Abinya dikursi depan samping pengemudi.

Aisyah mulai memejamkan matanya. Ia tak mau tau kemana mobil ini akan membawanya. Ia hanya butuh tidur, sakit dikepalanya harus segera dituntaskan.

----------

Aisyah asik memandangi luasnya lautan dihadapannya saat ini. Ini pertama kalinya ia menaiki kapal yang mampu menampung lebih dari sepuluh mobil dibawah sana. Aisyah berada ditingkat kedua pada kapal yang menurutnya besar ini. Maklum saja jika ia terlihat sedikit norak, ini pengalaman pertamanya.

YELLOWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang