Di depan sebuah rumah mewah, terlihat seorang gadis tengah berdiri menatap kesal pagar yang menjulang tinggi. Dengan gemas ia menekan bel berkali-kali, berharap ada makhluk yang keluar menyambutnya, namun lagi-lagi harapnya tak kunjung terkabul.
Mood nya sudah sangat buruk sekarang, karena cuaca siang ini sangat panas, ditambah tadi ia berdesak-desakan di angkot, dan tubuhnya sudah sangat pegal. Kini ia diberikan ujian kembali, dengan menunggu hampir satu jam di depan pagar menanti tuan rumah keluar.
Lengkap sudah penderitaannya.
Saat ia hendak menelepon Papanya, pagar telah dibuka oleh lelaki dekil yang hanya menggunakan kutang serta boxer bergambar kucing. Astaga, ingatkan dia untuk mengadukan pembantu itu pada majikannya nanti.
"HEH LO TUH DIGAJI BUKAN BUAT LEHA-LEHA, LO GATAU APA GUA UDAH NUNGGU SEJAM LEBIH DISINI!"
Oh tidak, Calya sudah tak bisa menahan kekesalannya.
"Tuh kan, gua udah mulai keringetan," ucap Calya sambil mengelap keringat yang mengalir di pelipisnya dengan lengan kemeja nya.
Laki-laki itu menggaruk pipinya sambil menatap gadis di hadapannya dengan malas.
"Lo Calya?"
"Hm." Bete sudah dirinya.
"Gua Da-"
"Udah lah gak usah sok kenalan, liat aja nanti gua bakal aduin lo ke Tante Yena kalau lo kerjanya gak becus!" Setelah memaki lelaki itu, Calya segera menarik kopernya dan berjalan terlebih dahulu meninggalkan lelaki dekil itu.
Lelaki itu mendengus kesal, lalu menutup pagar sebelum ia menyusul gadis menyebalkan itu.
Jika tadi Calya berniat melaporkan lelaki dekil itu ke majikannya. Kini, Calya hanya ingin mengubur dirinya dalam-dalam saking malunya.
Bayangkan saja, sekarang ia tengah duduk di sofa single dengan lima lelaki yang menatapnya lekat, termasuk lelaki dekil tadi. Calya bersumpah, ia akan menjaga tata krama ketika berkunjung ke rumah orang agar kejadian seperti ini tak terulang lagi.
"Jadi, lo itu anaknya Papa El?" tanya salah satu dari lelaki itu.
Wah, pasti mereka udah deket banget sama Papa. Batinnya.
"I-iya Bang," jawab Calya gugup. Bahkan keringatnya mengucur lebih deras dibanding saat menunggu depan pagar tadi.
"Santai gak usah gugup gitu, nama gua Satya, yang pakai kacamata itu Jeje kakak tertua, yang tadi lo maki-maki itu Daun si bungsu, yang lagi nempel sama Daun itu Wisnu, yang lagi makan ini Brian." Perkenalan diakhiri oleh Satya dengan senyum manis, berharap Calya tak lagi gugup.
"Gua denger lo bakal tinggal disini, bener Cal?" tanya Satya lagi.
"Iya Bang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Siblings + Day6
FanfictionInspired by @fnza__ Apa sih yang Calya tidak punya? Papa tampan yang selalu memanjakan ia layaknya Princess? Bunda yang selalu siap menjadi pendengar keluh kesahnya? Kebahagiaan yang selalu meliputinya? Atau Para Abang yang selalu menemaninya? Cal...