Pertemuan di Langit

48 8 0
                                    

Ketika awan menjadi saksi
Suara baling-baling pesawat menjadi musik pengiring
Saat itulah kita bertemu
Pertemuan mengudara di langit
Jika kita sama-sama jatuh, akankah kenangan kita ikut terluka?
Atau dia akan terkubur dalam tanpa suara?

Ok guys, terima kasih sudah menonton vlog-vlog aku. Ini adalah vlog terakhir aku di Korea. Semoga suatu hari nanti aku bisa kembali lagi. Setiap kita adalah musafir yang memiliki petualangan masing-masing. Korea anyeong.

"Ok, selesai. Hah, Jenn, coba kau ikut bersamaku, bebanku tidak akan seberat ini," gerutu Sera. Sudah berjam-jam dia duduk di depan laptop untuk mengedit video yang sebentar lagi akan menjadi konsumsi publik ini.

Jika saja Jennita tidak sakit mendadak, pasti sudah banyak views untuk vlog kali ini. Tapi takdir mencoba peruntungan lain. Jennita harus diistirahatkan sejenak untuk mengembalikan tubuhnya ke situasi normal. Jennita, dialah kameraman sekaligus editor channel youtube Sera yang kini tengah dilanda flu dan batuk.

Sera adalah seorang travel vlogger dan blogger. Setiap perjalanan yang dia tempuh mempunyai kenangannya masing-masing. Tidak ada perjalanan yang tak dia sukai karena baginya semua petualangan itu sangat berharga meskipun terkadang jalan itu tidak lurus sebab tak ada jalan yang benar-benar lurus, benar kan? Semua jalan pasti ada lika-likunya.

Perjalanan ke Korea kali ini sangat menyenangkan. Sera berkunjung ke berbagai tempat yang sangat menawan. Itu sebabnya dia ingin kembali lagi kesini jika saja ada sponsor yang memintanya untuk kesini lagi. Dia sangat berharap begitu.

Jam 9 pagi Sera sudah berada di Bandara Incheon. Suasana di bandara cukup ramai sebanding dengan fasilitasnya yang memadai. "Ah, aku masih ingin berlama-lama disini, tapi aku harus melanjutkan perjalanan ke negara lain," gumam Sera.

Penerbangan Sera masih 1 jam lagi. Gadis berkerudung ini duduk di kursi ruang tunggu sambil menulis draft untuk tulisan blognya. Banyak hal yang ingin dia ceritakan pada para pembaca blognya tentang betapa indahnya negeri ginseng ini. Saking banyaknya sampai otaknya bingung harus memulai dari mana. Sudah lima menit dia memandang layar handphone ini. Meski demikian, yang tertera di layar hanya beberapa sambungan kata "Jejak romantis Nami Island, jomblo harap tabah".

"Jomblo harap tabah, ini sepertinya sangat cocok untuk diriku sendir," gumam Sera pelan. Dia menyeringai melihat tulisannya sendiri. "Kacau, pikiranku sungguh buntu ditambah hiruk pikuk suasana bandara membuat aku tak bisa konsentrasi untuk melanjutkan tulisan ini."

Sera memgalihkan pandangan ke semua sudut bandara. Wah, luas sekali. Aku bahkan tak bisa menghapal tiap sudut bandara ini.
Tak lama seorang ibu-ibu paruh baya terlihat tergesa-gesa lewat di depan Sera sehingga dia tidak menyadari sesuatu jatuh dari pegangannya. Buru-buru Sera beranjak dari kursi untuk mengambil barang yang terjatuh itu. Sementara di kursi tunggu belakang tanpa sepengetahuan Sera ada seseorang yang juga ingin turun tangan, tapi sudah kecolongan oleh keligatan Sera.
"Permisi, ibu menjatuhkan ini tadi," ucap Sera dalam bahasa Inggris yang fasih.
"Oh, pasport saya. Terima kasih ya," kata si ibu sambil menyentuh bahu Sera. "Saya sangat terburu-buru. Bagaimana jadinya jika pasport ini hilang, pasti akan menambah beban," lanjut perempuan itu.
"Iya, Bu. Silahkan lanjutkan perjalanannya."

Tidak ada yang tahu kalau laki-laki di balik topi dan masker itu memperhatikan Sera dan ibu tadi. Tidak ada juga yang tahu kalau saat ini dia sedang membentuk lekuk senyum tipis di balik masker itu. Sepertinya dia kagum dengan perempuan berkerudung itu yang telah berbuat baik di negaranya, atau dia sedang memikirkan hal lucu lain. Entahlah, hanya dia yang tahu.

Sebentar lagi pesawat akan take off. Sera sudah duduk di tempatnya. Dia bersandar dengan nyaman. Kenyamanan inilah yang membuat dia tak bisa menahan kantuk dan akhirnya tertidur pulas.

Hal yang tak pernah terlintas di benak laki-laki misterius tadi saat ini terjadi. Kursinya tepat bersebelahan dengan kursi seorang penyelamat salah satu warganya. Untuk mencapai kursi itu, dia harus melewati perempuan yang sudah terbawa mimpi itu. Meski sedikit kesusahan, tapi dia bisa berhati-hati melakukannya tanpa membangunkan si tukang tidur. Sekarang dia sudah merebahkan diri di kursi dekat jendela sambil melihat ke arah bandara. Selamat tinggal Korea, sampai bertemu lagi dengan semangat yang baru.

Apakah ini mimpi atau nyata? Sera masih mencoba menyadarkan dirinya. Apakah laki-laki berpakaian serba hitam ini masuk ke dalam mimpinya? Oh tidak, ini nyata, aku memang sedang bersebelahan dengan sosok hitam tapi bukan bayangan.

Masih penasaran dengan sosok di sebelahnya, Sera kembali melirik ke arah laki-laki itu. Apakah dia tidur? Wajahnya terhalang masker, rambutnya tertutup topi hitam, hanya masker dan earphone yang menyumbat telinganya saja yang berwarna putih. Ada tahi lalat juga di daun telinga sebelah kanannya. Sera melihat itu dengan jelas sebab dia sendiri berada di sebelah kanan si laki-laki. Alisnya tebal hitam dan rapi seperti baru disapu. Kebanyakan laki-laki yang punya alis tebal pasti gagah. Ah, Sera apa yang ada di pikiranmu? Kau tidak tahu apa yang disembunyikannya di balik masker itu. Mungkin gigi tonggos. Sera, please, jangan mengejek orang.

Saat Sera sedang asyik-asyiknya memandang laki-laki di sampingnya itu, bola mata sosok misterius itu bergerak. Dalam sekejap sudah mendapati Sera yang tengah memandanginya. Bola mata mereka bertemu. Dalam sekejap juga Sera mengalihkan pandangannya ke tempat lain. Ada sesak yang dirasakan Sera. Mungkin karena ketahuan melirik diam-diam atau hal lain yang Sera sendiri tak tahu penyebabnya.

"Excuse me," kata si laki-laki yang sudah berdiri dan siap untuk melangkah melewati Sera.
"Oh, ya, silahkan," jawab Sera seakan mengerti dengan apa yang diinginkan si laki-laki. Sera menarik lututnya ke samping sehingga menyisakan ruang untuk si misterius untuk keluar.

Saat pria itu kembali, Sera kembali melakukan hal yang sama tanpa diperintah. Terbersit di pikiran Sera untuk berbicara dengan si pria, tapi bagaimana jika dia adalah penculik. Ini akan membuka kesempatan besar untuk pria itu menculik Sera. Ih membayangkannya saja membuat Sera merinding.

Karena bosan, Sera berinisiatif untuk melanjutkan tulisan blognya. Dia mengeluarkan catatan kecil dan pena dari tasnya. Namun pena itu malah melompat dari genggamannya dan terjatuh ke bawah tempat duduk pria di sebelahnya.

"Sorry, pena saya sepertinya jatuh di bawah kaki anda."
Tanpa kata laki-laki itu menundukkan kepalanya dan tidak lama sudah menemukan pena pink berkepala boneka itu.
"Thank you," ucap Sera.
"No problem," jawab sang pria. Ya Tuhan, suaranya. Pertama kali aku jatuh cinta pada suara orang tanpa melihat wajahnya. Aku ingin sekali melihat wajah di balik masker itu. Aku suka alisnya, suaranya, apa yang harus aku lakukan? Ampuni aku Tuhan.

Pesawat tidak mengalami turbulensi, tapi apa ini? Kenapa bergetar? Oh, ternyata jantungku yang berdetak sangat kencang.

Pertemuan di langit kali ini biarlah menjadi kenangan di langit. Kita juga tak tahu di langit bagian mana kita bertemu. Apakah itu di langit Asia atau sudah mengudara di Eropa. Lupakan. Toh, pada akhirnya kita akan berpisah di bumi.

Jangan lupa votenya ya guys, sampai ketemu di chapter 2... Anyeong... 😊

Oppa, SaranghajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang