Lelaki Pilihan Ibu

8 0 0
                                    

Ibu,
Jika aku masih sanggup mencari lelaki pilihanku sendiri,
Kenapa ibu tak mempercayakannya saja padaku?
Tenang ibu, kriteriaku tak berbeda jauh dengan kriteria ibu
Patokan jodohku berpedoman pada ayah
Jadi, ibu tak perlu khawatir

Pagi Sera di kampung disambut oleh rintik hujan. Bau tanah yang sudah lama tak terserap air menyeruak hingga ke hidung. Sudah lama dia tidak mencium bau khas ini, bau tanah yang masih alami.

Cuaca dingin menginspirasi Sera untuk menyeduh kopi. Dia melangkahkan kaki menuju dapur. Rupanya ibunya lebih kreatif daripada dia. Dia menemukan ibu sedang menyeduh dua gelas kopi ditambah pisang goreng yang masih di goreng di penggorengan.

"Masak apa, Bu?" tanya Sera basa basi.
"Pisang goreng. Tolong dibalik, Nak," lanjut ibu yang masih sibuk mengaduk kopi.

Tanpa menjawab, Sera langsung menuju wajan penggorengan. Terlihat sebelah sisi pisang sudah berwarna kecoklatan. Sera melakukan apa yang diperintahkan ibu.

Soal masak memasak, Sera bukan jagonya, tapi dia juga tidak buta. Dia bisa memasak meski bukan untuk level rumah makan apalagi level master chef. Sekedar untuk dimakan sekeluarga, dia bisa karena tidak ada yang akan mengomentari masakan Sera.

Pernah sekali masakan Sera kurang garam, dan ayahnya berkomentar soal itu. Apa yang terjadi? Lebih dari empat tahun Sera tidak mau memasak. Setiap disuruh memasak, Sera akan mengatakan "Masakanku tidak enak, nanti kurang garam" dan tak ada satupun yang mau berkomentar lagi.

Dia baru kembali memasak setelah selesai kuliah, itu pun karena terpaksa. Waktu itu ibu Sera sedang menjenguk temannya di luar kota, dan dia hanya tinggal di rumah dengan ayahnya. Sejak saat itu tidak ada lagi yang berani berkomentar tentang masakan Sera, terutama ayahnya.

"Ra, umurmu sudah berapa sekarang, Nak?" tanya ibu tiba-tiba saat mereka duduk di ruang tengah sambil menikmati pisang goreng dan kopi buatan ibu. Ibu amnesia tiba-tiba atau memang penyakit tua ibu sudah datang? Kenapa umur anak sendiri sampai lupa?

"Kalau Ibu menanyakan masalah jodoh, Sera belum punya jawabannya, Bu," jawab Sera seakan tahu arah pembicaraan ibu.
"Sampai kapan kamu akan kemana-mana sendiri, Nak. Lebih asik jalan-jalan ke negeri orang dengan suami, bernilai ibadah pula," sambung ibu. Sera melirik ayahnya yang terlihat manggut-manggut sambil menyeruput sedikit demi sedikit kopi di tangannya.
"Nanti akan tiba waktu yang tepat. Di waktu itu, Ibu akan melihat anak Ibu ini bersanding dengan laki-laki yang tepat pula."
"Apa Pras adalah laki-laki yang tepat menurutmu, Ra?" tanya ibu lagi.
"Pras? Pras siapa, Bu?" tanya Sera benar-benar penasaran. Seingat dia, Sera tidak pernah membawa teman yang bernama Pras ke rumah. Boro-boro yang namanya Pras, teman laki-laki saja tidak pernah dibawa ke rumah.
"Pura-pura lupa? Itu lho, Prasetya teman SD kamu. Minggu lalu ibu ketemu dengan orang tuanya, katanya Pras belum menikah, kalau kamu mau bisa kami jodohkan kalian."
"Maksud ibu, Prasetya yang gendut, yang suka makan itu? Teman SD Sera yang bau sepatu itu? Bu, ayolah, jangan siksa Sera menikahi laki-laki yang tidak Sera suka."
"Hush, kamu Sera, tidak baik mengejek orang seperti itu," ayah ikut buka suara.
"Bukan mengejek, Yah. Memang Ayah mau melihat angka sepuluh di pelaminan nanti?"
Ayah diam sejenak, mencerna perkataan Sera.
"Yah, Ayah lihat badanku, dan Ayah lihat badan Prasetya. Jadi angka sepuluh, Yah."
"Kamu kan belum melihat bagaimana keadaan Pras sekarang? Mungkin dia lebih gagah daripada artis di luar sana," timpal ibu.

Sera dan Prasetya memang sudah lama tidak bertemu karena semenjak Sera dan orang tuanya pindah, hubungan mereka pun ikut terputus. Mengingat bagaimana tubuh gempal dan bau badan Pras semasa SD membuat bulu kuduk Sera merinding ketika memikirkan dia akan hidup berdua dengan Pras.

"Ibu, Ayah, bagaimana kalau jodoh Sera orang luar negeri?" tanya Sera ketika pikirannya secepat kilat mengingat Kyung Soo. Entah kenapa sosok itu tiba-tiba muncul di kepala Sera.
"Kalau memang cocok buatmu, apa masalahnya? Tapi, satu hal yang Ayah mau, pastikan dia muslim."
"Pasti, Yah," jawab Sera mantap.

Ya, bagaimana seorang perempuan bisa menjadi makmum jika imamnya saja dari kalangan nonmuslim? Pernikahan adalah ibadah terlama yang akan diamalkan jika sudah menikah. Jika imamnya saja tidak bisa diajak beribadah, lantas bagaimana bisa kita beramal dan meraih jannah-Nya bersama-sama karena selain membina hubungan di dunia, Sera juga ingin hubungannya berlanjut di akhirat.

Ada yang bergetar di dada Sera ketika membayangkan pertemuannya dengan Kyung Soo waktu itu. Memikirkan hal itu membuat Sera malu. Ada apa dengan Sera?

Tidak ada kegiatan di rumah membuat Sera bosan. Selama di kampung, pekerjaannya hanyalah mengutak atik handphone. Bukan mengedit apalagi mengupload video di akun youtubenya, dia hanya mencari-cari pekerjaan menstalking siapa saja, mulai dari orang yang dia kenal sampai orang yang tidak dia kenal sama sekali.

PRASETYA ANDITO
Akhirnya nama itu muncul di kotak pencarian salah satu akun sosial media Sera. Tidak sulit mencarinya karena nama ini tidak pasaran. Sera membuka profil akun pertama, dan ternyata bukan Prasetya ini yang Sera cari. Yang mempunyai akun ini adalah seorang laki-laki berumur yang sudah memiliki istri dan seorang anak remaja. Tidak mungkin Prasetya tua sebelum umurnya.

Sera masih bertahan dengan jiwa keponya. Ia beralih ke akun kedua. Disana ia tidak melihat satu foto wajah pun, yang ada hanyalah tulisan motivasi dan kutipan-kutipan singkat. Sesekali repost video dakwah. Tapi yang Sera heran, ada beberapa orang yang Sera ikuti juga mengikuti akun ini. Tidak salah lagi, ini adalah akun Prasetya, teman SD Sera. Kenapa kamu menyembunyikan dirimu Prasetya, apakah kamu masih gempal? Di atas ranjangnya, Sera tertawa sendiri. Ia merasa lucu membayangkan bagaimana tubuh Prasetya saat ini. Apakah kamu masih bau sepatu Prasetya? Kali ini Sera tidak bisa menahan tawanya hingga ibunya kaget di luar sana.

Sera kecil sedang minum selepas mata pelajaran olahraga di dalam kelas. Tidak lama Prasetya datang mendekat.
"Ih, kamu cuci kaki dulu sana, bau," kata Sera.
"Yang bau aku, kenapa kamu yang repot?"
"Aku punya hidung, bau kamu masuk ke hidung aku," jawab Sera kesal. Prasetya makin mendekat ke arah Sera dengan raut wajah yang sulit diartikan Sera. Apakah itu wajah emosi atau wajah ingin mengganggu dan jail Prasetya? Dengan spontan, Sera melempar botol minuman yang ia pegang. Tidak tanggung-tanggung, botol itu mendarat tepat pada sasaran. Seketika tangis Prasetya pecah karena ia merasakan perih pada dahinya.

Haha, Prasetya Prasetya, apa kabar kamu sekarang? Apa laki-laki cengeng seperti kamu yang dipilihkan ibu untukku?

Tidak sampai seminggu berlibur di rumah, Sera sudah disuruh untuk kembali ke kota. Dia mendapat tawaran dari sebuah sponsor untuk kembali ke Korea. Ada sebuah proyek pembuatan vlog yang harus Sera selesaikan.

Setelah berpamitan dengan kedua orang tuanya, Sera langsung menuju bandara untuk kembali ke Jakarta. Sera beruntung kali ini karena suasana bandara cukup lengang, jadi tidak membuat Sera sesak.

"Sera?" seseorang yang duduk di samping kursi Sera mengagetkan dia. Ya, Sera sama sekali tidak mengenali orang itu. Sera hanya menoleh tersenyum tanpa kata.
"Saya sering melihat konten youtube kamu."
"Terima kasih."

Selanjutnya pembicaraan harus terpotong bukan karena kehilangan topik, akan tetapi karena saatnya pesawat yang akan Sera tumpangi akan take off.

Aku akan kembali bertualang, menyisir indahnya negeri yang telah Tuhan ciptakan, mensyukuri setiap langkah yang kuayunkan, mencari pelajaran untuk hal yang kulalui karena berguru tidak mesti harus pada manusia. Alam pun bisa menjadi sumber belajar. Korea, I will be coming soon.

Hai, sudah lama ya tidak berjumpa. Jangan lupa vote dan commentnya. 😍

Jangan lupa baca Al-Quran karena sebaik-baik bacaan adalah Al-Quran. 😊

See you in another chapter. Annyeong 😍😍😍

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 04, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Oppa, SaranghajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang