Konser Bulan Juli

24 3 0
                                    

Lagu ini mewakili perasaanku
Apakah dia yang duduk disampingku bisa merasakannya?
Atau dia hanya menikmati musiknya saja?
Air mataku jatuh tanpa kusadari

Kyungsoo sudah merebahkan badannya di atas kasur. Dia meraih gawainya dan kembali menghubungi manajernya. Namun, hanya suara operator perempuan yang terdengar.
Apakah dia masih di pesawat?

Ketika syuting untuk mv album solonya di Dubrovnik siang tadi, Kyungsoo menitipkan dompetnya ke manajernya. Setelah selesai dia lupa mengambilnya kembali. Saat ini manajer dan tim produksinya sudah kembali ke Korea dan Kyungsoo sendiri ingin tetap disini karena ada hal yang tidak ingin dia lewatkan di Kroasia. Jika dia tidak punya uang begini, bagaimana caranya agar dia tidak melewatkan kesempatan kali ini?

Kyungsoo bangun dari tidurnya dan langsung menuju lantai bawah, tepatnya ke kamar Sera. Dia memencet bel. Tidak ada jawaban. Dia memencet lagi dan Sera keluar lengkap dengan kacamatanya.
"Apa saya mengganggu?"
"Tidak, saya hanya mengedit. Ada apa?"
"Bagaimana kalau kita bicara di suatu tempat."

Sera kembali masuk ke dalam untuk mematikan laptopnya. Dia kembali lagi dengan jaket untuk menghangatkan badannya.

Saat ini mereka sudah di taman hotel. Masih banyak penghuni hotel yang berlalu lalang. Jika di Indonesia matahari terbenam sekitar jam 18.00, di Kroasia berbeda. Jam 20.00 terlihat masih sore. Di sini siang lebih lama daripada malam.
"Apakah saya boleh minta bantuan?"
"Apa?"
"Apakah besok anda harus bekerja?"
"Jika saya tidak ada kegiatan, saya akan bekerja, tapi tidak menutup kemungkinan jika saya menunda pekerjaan." Ya, karena Sera adalah youtuber, dia tidak mempunyai jam untuk bekerja. Selama dia mengunggah video yang diminta sponsor, itu tidak masalah.
"Besok ada konser di Amfiteater Romawi. Apa kamu mau ikut?"

Amfiteater Romawi ini adalah bangunan abad pertama yang terletak di Pelabuhan Pula.
"Apakah itu bantuan yang harus aku berikan?"
"Bukan. Masalahnya." Kyungsoo menggaruk bagian belakang kepalanya yang sebenarnya tidak gatal. "Dompet saya masih belum kembali. Saya tidak bisa membeli tiket konsernya," dia melanjutkan.
"Oh, razoumio sam (saya mengerti)."
"Hvala (terima kasih), dovidyegna (sampai jumpa)"
"Sampai bertemu besok."

Pagi sekali Kyungsoo sudah berada di daun pintu kamar Sera. Dia siap mengetuk pintu. Sudah beberapa kali laki-laki penyuka warna hitam ini menggedor pelan pintu, tapi tak kunjung ada jawaban dari dalam. Di ketukan ke empat, barulah kenop pintu itu terbuka, memperlihatkan muka Sera yang masih bau bantal. Mata Sera masih menyipit terlihat setengah sadar.

Melihat Kyungsoo, mata itu langsung membesar. Buru-buru Sera menutup wajahnya dengan ujung jilbabnya. Kyungsoo berusaha menahan tawanya melihat tingkah Sera.
"Oprostite (maaf)," kata Sera memandang ke lantai. Dia amat malu menatap Kyungsoo.
"Tidak apa-apa. Dobar dan (selamat pagi)," sapa Kyungsoo.
"Dobar dan (selamat pagi)."
"Oh ya, masalah yang kemarin ya? Saya ambil dulu uangnya," kata Sera to the point karena tidak ingin berlama-lama memperlihatkan muka bantalnya di depan laki-laki yang sudah melebihi kata rapi ini.
"Tidak. Maksud saya, jika Anda tidak sibuk hari ini, saya ingin mengajak Anda juga." Baik Sera maupun Kyungsoo terdiam sesaat.
"Jika Anda pergi, mngkin Anda juga bisa menambah konten untuk youtube Anda," lanjut Kyungsoo sambil kembali menggaruk bagian belakang kepalanya yang sebenarnya tidak gatal.

Sera berpikir sesaat. Dia menimbang-nimbang keputusan terbaik yang harus dia pilih. Ikut atau tidak. Kalau ikut, dia belum siap harus keluar seharian dengan laki-laki yang belum dia kenal ini. Jika dia menolak, kapan lagi kesempatan ini akan datang? Benar juga kata Kyungsoo, nanti bisa menjadi bahan tambahan untuk konten youtubenya.
"Boleh juga, tapi..." Sera melihat penampilan Kyungsoo dan penampilannya secara bergantian.
"Oh, razoumio sam (saya mengerti). Saya akan menunggu di lobi," kata Kyungsoo.

Secepat kilat Sera memutar badannya ke dalam kamar dan lanjut ke kamar mandi. Sera bingung harus memakai dress code seperti apa untuk menghadiri konser. Jika pergi dengan teman-temannya, mungkin dia akan cuek dengan penampilannya. Tapi, kali ini dia harus keluar dengan seseorang yang ingin dia dapatkan perhatian lebih.

Pilihan Sera jatuh pada tunik putih yang dipadukan dengan celana jeans krem. Apakah ini pantas? Ah, bodo amat.

Dari kejauhan Sera bisa melihat laki-laki yang tidak terlalu tinggi itu tengah duduk di lobi hotel. Langkah kaki Sera sama-sama cepat dengan detak jantungnya. Detak jantung dan langkah kakinya seakan berpacu. Yang manakah yang menang?

Sepertinya Kyungsoo sadar dengan kehadiran Sera. Dia menoleh ke arah Sera, kemudian melambaikan tangannya. Sera balik melambaikan tangan.

Setelah mendapatkan tiket, mereka berdua langsung masuk ke dalam bangunan tua itu. Ternyata sudah banyak penonton yang hadir untuk melihat pertunjukan musik setahun sekali ini. Seperti biasa, kejadian ini tak luput dari rekaman kamera Sera.
"Jika Anda butuh bantuan, tinggal katakan saja. Asal Anda tahu, saya juga bisa jadi kameraman," ujar Kyungsoo.
"Hvala (terima kasih)." Kalau dia yang jadi kameraman, itu akan membuat aku tidak nyaman. Aku tidak akan bisa percaya diri tampil di depan kamera. Batin Sera.

Semua lampu sudah dimatikan. Suara senyap seketika, kemudian digantikan oleh dentuman musik menghidupkan suasana malam yang kelam. Selang tidak beberapa lama, beberapa orang muncul di balik layar. Dari pakaian mereka, tampaknya mereka adalah penari. Lenggak lenggok tubuh mereka membuktikan kalau mereka memang penari berbakat.

Sudah hampir satu jam acara konser ini berjalan. Sera melirik Kyungsoo perlahan. Terlihat dia sangat menikmati musiknya. Seketika dia juga menoleh ke arah Sera. Saat itu juga jantung Sera berdegup tak karuan. Ia salah tingkah. Kalau saja cahaya tidak redup, pastilah Kyungsoo bisa melihat wajah Sera yang memerah.
"Apakah Anda menikmati konsernya?" tanya Kyungsoo.
"Ya, saya menyukainya. Bagaimana dengan Anda?" Kyungsoo balas mengangguk.

Sera kembali menghadapkan wajahnya ke arah panggung. Mencoba memfokuskan diri pada penampilan di atas panggung sambil menata hatinya untuk kembali ke keadaan normal.

Sesekali Sera mendengar Kyungsoo ikut melantunkan lagu yang dibawakan si penyanyi di atas panggung dan itu membuat kekaguman Sera meningkatkan pada sosok penyuka warna hitam ini. Suaranya enak didengar meski pembawaanya santai. Jangan buat aku terpesona lagi jika kau tak mau bertanggung jawab nantinya.

"Sepertinya Anda bisa bernyanyi?" tanya Sera saat sudah duduk di trem untuk kembali ke hotel.

Trem sendiri adalah angkutan umum di Kroasia yang hampir mirip dengan LRT. Hanya saja trem biasanya berbaur dengan angkutan lain di jalan raya meski dia mempunya rel sendiri. Kalau LRT mempunyai rel khusus yang terpisah dari jalan raya.

"Semua orang bisa menyanyi, tapi masalahnya enak didengar atau tidak."
"Ya, maksud saya suara Anda bagus dan enak didengar saat bernyanyi."
"Kalau itu pujian, saya akan mentraktir Anda di lain waktu."
"Terima kasih. Saya serius, suara Anda bagus."
"Sepertinya hutang saya bertambah."
"Ya, siap-siap saja jika sewaktu-waktu saya menagihnya."
Kyungsoo membalasnya dengan tawa yang menurut Sera sangat berkharisma. Begitulah kalau sudah mengagumi seseorang, apapun yang dilakukannya pasti membuat hati tertawan. Tawanya juga jelas memperlihatkan lekuk tulang rahangnya. Lagi-lagi itu membuat Sera makin terpikat.

Tuhan, jangan biarkan hatiku jatuh padanya jika perasaan ini pada akhirnya harus dikubur dalam-dalam.

Jangan lupa vote ya guys... Sampai jumpa di chapter selanjutnya... Annyeong... 😊

Oppa, SaranghajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang