Lo halllooo
Annyeong, sudah lama tidak update, sekali update tidak lama (apa sih?)
Karena ada waktu luang, aku datang lagi.
Happy reading....Perasaan yang hanya dirasakan anak rantau
Rindu ketika tanah kelahiran seakan memanggil untuk dijelang
Selamat tinggal kegaduhan kota
Kita akan bertemu lagi dengan suasana hati yang berbedaDini hari Sera sudah siap dengan kopernya. Ia sudah tidak sabar ingin kembali ke tanah air setelah beberapa minggu melalang buana di negara orang. Benar kata Ismail Marzuki dalam lagunya yang berjudul Indonesia Pusaka bahwa walaupun banyak negeri yang dijalani, tetapi tanah air tetap saja dirindukan karena disanalah kita merasa senang.
Bau khas kuah sate padang langsung menusuk hidung Sera tatkala ia sudah berada di terminal. Dia sudah membeli karcis menuju kampung orang tuanya. Sejak dua tahun yang lalu, Sera sudah tinggal sendirian di sebuah apartemen. Ia terpaksa meninggalkan kedua orang tuanya di kampung untuk menggapai cita-citanya menjadi seorang youtuber. Kenekatan Sera inilah yang membawa dia sudah beberapa kali menginjakkan kaki ke negara orang.
Saat ini Sera sudah menaiki angkot yang akan mengantarnya ke desanya. Sera memang hobi sekali berpetualang. Berbagai alat transportasi sudah seperti keluarga baginya, setiap hari bertemu dan membantunya dalam bekerja.
Dua tahun tidak pulang, banyak hal yang berubah dari desa ini. Jalan yang dahulunya berkerikil, sekarang sudah berubah menjadi jalan aspal. Rumah-rumah juga sudah banyak yang direnovasi dan diganti menjadi rumah bergaya modern. Sepertinya tingkat perekonomian penduduk desaku sudah meningkat.
Angkot sudah memasuki persimpangan menuju rumah Sera. Ah, aku sudah tidak sabar untuk bertemu ayah dan ibu. Biasanya mereka hanya berbincang lewat aplikasi, dan itu tidak mengobati rindu Sera seutuhnya. Pertemuan tatap muka adalah obat mujarab yang dibutuhkan di saat seseorang tersiksa karena rindu. Sabar Sera, sebentar lagi kamu akan mendapatkan obat itu.
"Kiri, Pak," kata Sera bersamaan dengan pergerakan cepat kaki sang sopir menginjak pedal rem. Seketika angkot itu berhenti di depan pagar hijau. Inilah rumah Sera, dan disinilah ia dibesarkan dan dididik hingga bisa menjadi seperti sekarang.
Setelah membayar ongkos, Sera bergegas membuka pagar, dan setengah berlari menuju pintu rumah. Ibu sama ayah mana? Padahal tadi aku sudah memberitahu kalau aku sebentar lagi sudah sampai rumah. Harusnya aku disambut dengan tumpeng atau tari persembahan kan? Ini kenapa sepi begini? Ah, kesal.
"Assalamualaikum." Tidak ada jawaban
Sera mengulangi lagi, "Assalamualaikum."
Karena tidak kunjung ada jawaban, Sera menerobos masuk. Ini rumahku atau bukan ya? Apa aku salah rumah? Sepi sekali.Sera mencari-cari keberadaan ibu dan ayahnya, tapi tak kunjung ketemu. Ketika dia menuju ruang tengah, dia mendengar suara berisik dari dapur. Suara wajan dan spatula berdentang-denting mengisyaratkan ada orang yang tengah memasak. Sera mengintip dari balik pintu. Ternyata ayah yang sedang memasak, tidak heran bunyinya sampai memekakkan telinga begitu. Sera mencari posisi ibunya, dan tampak ibunha juga tengah sibuk mengiris sayur tidak jauh dari tempat ayahnya berada. Benar-benar kerja sama yang sempurna. Karena terlalu fokus dengan urusan masing-masing, tidak ada satu pun yang menyadari keberadaan Sera. Sera mengendap-endap mendekat, dan...
"DARRR," teriak Sera sambil menepuk bahu ayah.
"Astaghfirullah", tentu saja ayah kaget dengan ulah perempuan manja ini. Dasar aku, anak durhaka, orang tua masih dijahili. Tapi, mereka juga salah, kenapa tidak menyambut aku di luar, dan malah sibuk di dapur?
"Ya Allah, Ra, kaget ibu tu. Kalau ayah sama ibu jantungan bagaimana?" ucap ibu yang dia balas dengan kekehan.
"Mau ayah pukul pakai spatula ini?"
"Maaf Yah. Tadi Rara sudah ucap salam, tapi tidak ada yang jawab, jadi Rara buat kaget saja, he..." Tidak ada respon, baik dari ibu maupun dari ayah. Wah, gawat ini, apa mereka benar marah? Aku juga kelewatan kali ya? Masa orang tua dibegitukan?
"Yah, Bu, jangan marah ya. Rara janji tidak akan buat kaget lagi."
Kemudian ibu melirik ayah dan tersenyum, ayah membalas senyum ibu dengan senyum juga. Apa-apaan ini? Kenapa malah senyum-senyum? Kode macam apa itu?
"Mana mungkin kami marah sama anak gadis yang baru pulang ini? Ya kan, Yah?" ucap ibu sambil mengusap kepala Sera.
"Iya, lain cerita kalau kejadiannya besok. Ayah sama ibu akan marah."
"Ah, Ayah," kata Sera dengan intonasi yang dibuat manja. Kedua orang tua Sera tertawa bersamaan. Obat sudah didapat, dan rindu sudah terbayarkan.Salah satu hal yang dinantikan ketika berkumpul adalah sesi makan-makan. Dera, ibu dan ayah sudah duduk di kursi masing-masing, lengkap dengan piring yang belum terisi di depan mata. Di tengah-tengah mereka sudah mengepul asap nasi dan lauk yang baru saja dimasak ibu dan ayah.
"Ini spesial untuk gadis kesayangan Ayah. Ayah sendiri yang membuatnya," kata ayah sambil menyodorkan orek tempe ke hadapan Sera. Dia tertawa mendengar ucapan ayahnya. Apa yang spesial dari orek tempe sih, Yah? Tapi aku sangat menghargai usaha Ayah.
"Terima kasih Ayahku sayang."
"Sudah lama kan tidak makan tempe?" lanjut ayah lagi.
"Ada Yah, tapi jarang."
"Nah, makanya di meja tidak ada daging-dagingan karena Ayah tahu kamu bosan."
"Bosan atau hemat Yah?" ucap Sera menggoda.
"Hush, Rara," kata ibu seketika. Apa aku kelewatan bercandanya? "Tebakan kamu kadang tepat," kata-kata ibu disambut dengan tawa seisi ruangan. Eh, ternyata nasi tidak ikut tertawa denk.Setelah makan, Sera membagikan hadiah yang dia cari di Korea untuk ibu dan ayahnya. Sabar ya Ibu dan Ayah, aku masih menabung untuk memberi kado tiket ke baitullah untuk Ibu dan Ayah. Untuk sementara hadiah kecil ini dulu ya. Batin Sera.
Melihat Sera yang kelelahan, tapi tidak habis-habisnya bercerita, ibu mengusirnya dari ruang keluarga. Ibu menyuruhnya untuk istirahat di kamar padahal dia masih ingin berbagi kisah dengan mereka.
"Kayak tidak ada waktu saja, nanti kita lanjut lagi. Sekarang pergi istirahat sana," perintah ibu.Sera pun mengikuti arahan ibu. Dia masuk kamar dan berberes barang bawaan sebentar. Setelah itu, baru merebahkan diri di kasur kesayangannya. Aku rindu kasur ini. Dalam sepersekian menit dia sudah tidak sadarkan diri lagi.
Jangan lupa vote ya guys... Sampai jumpa di chapter selanjutnya... Annyeong... 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Oppa, Saranghaja
RomansaAssalamualaikum, annyeonghaseo yorobun... Novel ini berkisah antara seorang travel vlogger dan blogger yang ditakdirkan untuk bertemu dengan seorang idol. Di saat berjuta orang ingin bertemu dengan bias mereka, Sera malah tanpa sadar sudah bertemu...