46. Epilog

5.1K 306 11
                                    

Author POV

"Udah dong nangisnya," ujar Ali pelan, lima belas menit sudah ia menenangkan gadisnya yang tak mau berhenti menangis.

"Sedih..." Ia terisak, menyembunyikan wajahnya di dada Ali.

"Kamu ketua OSIS yang baik, kamu udah lakuin apa yang harus kamu lakuin selama ini," kata Ali.

"Aku masih banyak kurangnya," lirihnya parau. Beberapa saat yang lalu Prilly dan anggotanya baru saja serah terima jabatan (Sertijab). Itu kenapa Prilly tak mau berhenti menangis setengah jam setelah acara selesai.

"Nggak..." Ali mengusap-usap punggungnya, berharap Prilly mau berhenti menangis.

"Udah dong... cengeng nih," ledek Ali membuat Prilly beranjak dengan sebal. Ali tersenyum, menghapus air mata Prilly yang tumpah kemana-mana dengan tangannya. Bahkan pipinya yang chubby menjadi sembab karena air matanya sendiri.

"Aku nangisnya seember, ya?" Tanya Prilly memerhatikan bagian seragam depan Ali yang basah.

"Kalo ditaruh di labu erlenmeyer kayaknya penuh," guraunya. Prilly memukul lengannya.

"Makanan dataaaanggg!!!" Pekik Nendra yang baru saja naik ke rooftop, dibelakangnya Feris dan Gama menyusul dengan membawa kantung kresek yang cukup banyak.

"Bacot lo!" Umpat Ali.

"Lama banget sih," sungut Ali, meraih salah satu plastik transparan yang berisi ice bubble dan diberikan kepada Prilly.

"Lo makanya istighfar kalo jajan. Mana kita bertiga yang ribet lagi bawa ini dari kantin," dumel Nendra, membuka plastik parsel siomay kemasan.

"Lagian lo napa sih, Pril, nangis-nangis segala? Kehilangan jabatan tuh udah mainstream. Gama kehilangan harga dirinya biasa aja. Yoi, gak?" Tanyanya lancar sambil mengunyah siomay, melirik Gama yang sedang meminum kopi kemasan.

"Sini lo gue sembur pake kopi!" Seru Gama malas.

"Nendra iiihhh!" Teriak Prilly kesal, akan menangis lagi.

"Dra, gue tonjok, ya! Baru selesai nangis, jangan di gangguin!"

"Ya ilah, pawangnya nambah satu." Kalau begini, kan Nendra kalah. Satu saja sudah kalah apalagi dua. Double kill you, Nendra.

"Pokoknya kembalian sepuluh ribu yang tadi buat gue, lo berdua kagak usah!" Lanjutnya seenaknya.

"Bacot lo, soang! Timbang bawa satu plastik. Gue sama Gama bawa dua!" Seru Feris tak terima.

"Berisik lo Mak lurah!"

"Lo bertiga bisa diem gak sih?" Jengah juga Ali.

"Bisa, bisa..."

"Mau?"

Ali terkesiap saat sedotan ice bubble milik Prilly sudah ada didepan bibirnya. Ali menyambutnya, menyedotnya sedikit.

"Mau makan apa?" Tanya Ali, sembari membuka plastik kresek di tengah-tengah mereka.

"Ada apa?"

"Spaghetti... mie... kebab... tortilla chips,-"

"Itu mie punya siapa?" Celah Prilly.

"Punya Feris," katanya membuat Feris yang mendengarnya hampir tersedak kentang goreng. Pembohongan publik. Nyatanya yang tadi memesan mie, kan Ali.

"Tortilla chips aja," katanya, Ali memberikannya.

"Gue paling suka nih kalau lagi ada acara beginian, gak belajar. Besok ekskul mana lagi yang mau sertijab?" Tanya Nendra.

Selamanya Milikku (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang