Semua telah berakhir

44 3 0
                                    

"Ah, sungguh kisah yang sangat menyentuh hingga membuat dadaku rasanya sesak." Naura menyeka air mata yang ada di ujung sebelah matanya itu. Lalu, ia memegang sebelah matanya yang menggelantung.

"Diam kau, dasar makhluk rendahan!" bentak Gian. Ia sudah tidak perduli akan akibat yang ia peroleh akibat ucapannya itu. Yang penting, ia sudah dapat melampiaskan kemarahannya. Gian mendengkus.

"Ah, apa kau sadar akan perkataanmu itu?"

"Ya! Aku sangat yakin! Lebih baik aku mati dari pada harus melihat makhluk sampah, murahan, dan menjijikkan sepertimu!"

"Oh, baiklah. Kalau begitu, engahlah dari muka bumi ini!"

Secepat halilintar Naura bergerak. Saat ia berhenti, kuku tajamnya itu telah menikam perut Gian. Darah berceceran keluar dari perut dan mulut Gian. Ia terbatuk-batuk hingga darah itu terciprat di tubuh Naura. Aliando, Nandra dan Escy tidak dapat berkata apa-apa melihat kejadian tak terduga itu.

"Aku ti-tidak takut mati jika i-itu untuk teman. Aku hanyalah manusia yang gak berguna dan kau ... kau boleh saja menyiksaku, tapi lepaskan Escy. Dia tidak bersalah," kata Gian. Ia tertunduk lemah sambil terus-terusan terbatuk.

Kesal, Naura menggeretkkan giginya. Kemudian ia memutar jari kukunya empat puluh lima derajat dan tersenyum bengis. Ia senang di balik penderitaan orang lain. Gian kembali mengeluarkan darah dari mulutnya. Kedua tangannya memegang jari kuku Naura itu.

"Gian!" Nandra menggerakkan bangku tersebut ke kanan dan ke Kiri. Tangannya sedang bekerja agar dapat terlepas dari bangku yang menyegelnya.

"Ah, kau bukan seperti ini, Na. Di mana Naura baik hati yang dulu kukenal?" Aliando menegakkan kepalanya. Ia mimisan. "Dan soal bangku ini, bangku ini cukup hebat. Dia bisa mengekangku dan perlahan menyiksaku. Bangku ini beracun!" seru Aliando.

"Kau menyadarinya? Kau cukup pintar juga, Sayang, tapi kau terlambat menyadari hal itu. Lihatlah, temanmu yang bernama Nandra itu sedang berperang dengan kematian." Naura mengarahkan jari telunjuknya ke arah Nandra yang sudah tidak berdaya itu.

"Lalu, bagaimana dengan ini?" Seseorang berbicara dekat di telinga Naura.

Mata Naura membulat, kemudian dia langsung memutar jarinya ke arah suara. Andi melompat dan berpijak di kuku Naura.

"Penuh darah." Andi menjongkok sambil menyolek darah yang tertempel di kuku Naura.

Andi mencium bau darah tersebut. Kemudian ia menendang kepala Naura hingga ia terlempar. "Beraninya kau melukai temanku!" serunya. Andi benar-benar marah.

"Andi, kenapa kau ... ada di sini?" tanya Nandra.

"Aku ingin melihat wajah temanku tuk yang terakhir kalinya karena itu adalah penyesalanku, tapi aku enggak menyangka kalau aku melihatmu dengan keadaan seperti ini." Andi menangis. Ia memeluk Gian erat.

Dingin, Gian merasakan tubuh Andi yang terasa dingin dan pucat. Terdapat bekas gesekan di leher Andi. Gian merasa senang dapat bertemu dengan Andi dan secara perlahan, jiwa dan raga Gian mulai terpisah.

Jiwa Gian meletakkan tangannya ke pundak Andi. Itu berarti, tubuh dan jiwa Gian telah terpisah seutuhnya dan ia telah meninggal.

"Sekarang, kita menjadi sama, Gian? Huh, padahal aku enggak menginginkan hal itu." Andi berbalik. Ia tersenyum sedih.

"Seharusnya aku yang tidak menginginkan hal itu. Aku ingin kau hidup, tapi-tapi mengapa kau--"

"Sudahlah. Aku mati karena kemauanku sendiri. Lebih baik mati bunuh diri dari pada mati di tangan hantu-hantu villa itu." Andi memutar bola matanya.

"Ah, apakah kalian sudah selesai bicaranya?" tanya Naura. Ia berjalan terombang-ambing.

"Belum, masih banyak lagi yang ingin kami bicarakan, tapi kami harus menyelamatkan teman kami terlebih dahulu. Oy, kuntilanak rese, di mana kau? Aku ingin kau mengurus gadis itu sebentar." Andi mengarahkan pandangannya ke atas.

Suara tawa melengking itu bergema. Ia melayang dan langsung memeluk Naura dari belakang. Andi dan Gian pun langsung membebaskan teman mereka dari penjara bangku itu.

"Hey, Aliando. Kuharap kau masih bisa bergerak, cepat pergilah dari sini sekarang! Bawa pergi Nandra dan Escy!" titah Andi. "Biar aku dan temanku yang mengurus gadis terkutuk ini."

Aliando mengangguk. Ia dan Nandra pun merangkul Escy dari arah yang berlawanan dan pergi.

"Aku tahu kau sangat kesakitan, tapi bertahanlah, Nandra. Kita harus membawa Escy ke perkemahan segera!" tegas Aliando. Nandra mengangguk. Aliando dan Nandra mengerahkan sisa tenaga yang mereka punya.

Saat hendak meninggalkan ruangan tersebut, Aliando mengambil sebuah kayu yang oanjangnya sekitar satu meter dan menyeretnya di lantai.

Plak!

Kayu yang Aliando bawa memukul Dio yang menghalang mereka. Kemudian, ia menendang Tasya. Saat itu, Aliado sudah tidak memikirkan apa-apa lagi selain harus segera kembali ke perkemahan dan menyelamatkan nyawa kedua teman manusianya. Baginya, sudah cukup Andi dan Gian yang tiada.

"Andi bodoh! Aku rasa, dia merusak patung itu sehingga saudaraku yang membenciku itu mengincar nyawanya!" ketus Aliando.

Hingga mereka keluar dari rumah itu, Aliando terus-terusan memukul roh jahat yang mendekati mereka.

"Angel, Evril, di mana kalian? Cepatlah datang ke sini!" jerit Nandra sambil menahan rasa sakit.

"Akan kubantu!" Sharla berlari menuju ke arah Aliando, Nandra dan Escy.

Nafas Sharla memburu, tetapi itu tidak membakar niatnya. Sharla mengambil Escy dari Aliando. "Biar aku yang membawa mereka ke perkemahan. Kau, pergi dan sadarkan Naura."

Aliando mengangguk. Ia pun langsung kembali ke rumah tersebut. Dengan segera Sharla membawa Nandra dan Escy.

***

"Kita harus ke mana sekarang?" tanya Angel, panik.

Rembulan semakin meninggi. Kedua manusia dan satu hantu itu harus segera datang tepat waktu.

"Aku ingat arah menuju perkemahan. Ayo ikut aku!" Lala berlari dan langsung memberhentikan angkot. Lala pun naik bersama Evril dan Angel.

Lala bertanya kepada sopir angkot waktu yang ia perlukan tuk menuju ke perkemahan. Sopir angkot itu menjawab. "Sekitar satu jam kalau tidak macet."

Evril, Lala dan Angel tidak punya waktu selama itu atau tidak teman-teman mereka akan dalam bahaya. Angel pun langsung menghilang menemui kakaknya Aliando. Sebelum ia pergi, Angel mempercayai Lala dan Evril agar tiba tepat waktu. Angel berjanji akan mengulur waktu.

***

Benturan berkali-kali menghantam dinding di ruangan tempat Naura, Gian dan Andi berada hingga kepala-kepala yang terpajang manis itu berjatuhan. Aliando berlari secepat mungkin dan langsung mengekang Naura dari belakang.

"Lepaskan aku!" berontak Naura.

"Tidak akan! Aku tidak akan melepaskanmu sampai kau pergi ke alam baka!" seru Aliando.

"Kalau begitu engahlah!" Naura menumbuk perut Aliando mengguanakn sikunya. Aliando pun lengah dan dengan sigap Naura menendang Aliando hingga merubuhkan tumpukan kayu itu.

"Cih, menyebalkan!"

Gadis Misterius (PROSES REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang