Rencana Dimulai

47 4 0
                                    

Malam berlalu dengan guyuran air hujan yang turun ketika jam dua belas malam sehingga menimbulkan kepanikan bagi seluruh anggota pramuka dari berbagai gudep itu. Keluar masuk tenda menyelamatkan barang-barang yang anti air.

Sungguh, malam yang melelahkan ditambah saat subuh, entah hanya kebetulan sesaat, beberapa anggota pramuka kerasukan. Sontak, para pramuka di gudep mereka masing-masing kembali merasakan kepanikan. Kejadian itu juga dialami di gudep Nandra dan teman-temannya.

Syukurnya, perkara tersebut dapat selesai sebelum matahari terbit sehingga masih ada waktu bagi mereka untuk kembali tidur meskipun hanya beberapa jam.

"Woy, bangun woy!" Nandra mengoncang-goncangkan tubuh Andi yang masih tertidur pulas itu.

Aliando memukul kepala Andi menggunakan handuk yang tadinya mengalung di lehernya. Kemudian, ia menutup hidung Andi menggunakan tangan kanannya. Sontak, seketika Andi pun langsung terbangun. Andi terbatuk dalam keadaan duduknya.

"Udah puas tidurnya?" tanya Aliando.

"Ya enggak lah. Semalaman gue gak tidur, eh ... waktu gue udah nyenyak-nyenyaknya tidur, kalian ganggu gue," kesal Andi.

"Lihat udah jam berapa ni? Nanti ada pionering. Jadi, kita harus siap-siap," jelas Nandra. "Ayo bangun."

"Iya-iya." Andi beringsut berdiri. Lalu, mengambil pakaian pramuka yang tadi malam ia gantungkan dan ia juga mengambil barang lain yang ia perlukan untuk mandi.

***

Setelah sekian lama mengantri dari jam enam pagi tadi, akhirnya Evril dan Escy mendapatkan giliran mereka untuk membersihkan diri.

Menunggu dari pukul enam pagi hingga pukul setengah delapan pagi itu memang cukup lama. Apa lagi dalam keadaan jalan basah yang tergenang air bekas hujan tadi malam.

"Huh ... kenapa sih kita harus mandi pagi-pagi begini? Nanti sore, 'kan bisa? Apalagi ramai-ramai begini. Suntuk tau," omel Escy sambil mengeringkan rambutnya yang basah itu.

"Jangan menunda-nunda. Siapa tahu aja nanti sore atau besoknya kita gak bisa mandi karena udah gak ada air. Lagian, apa salahnya mandi pagi ini? Toh, kita, 'kan udah terlanjur basah akibat hujan tadi malam," terang Evril.

"Iya-iya deh." Escy mengangguk. Mengiyakan penuturan Evril.

"Seharusnya kita bersyukur, lo. Lihat, anak pramuka cowok gak punya kamar mandi khusus seperti kita. Alhasil, mereka harus pergi ke perkotaan atau ke perkampungan yang jaraknya cukup jauh dari perkemahan. Kira-kira, setengah jam PP ke sana dan itu pun, belum tentu ada yang bersedia menerima mereka untuk menumpang mandi di rumah mere--" Tiba-tiba, tak sengaja seorang cewek menyenggol pundak Evril hingga alat mandi yang dipengangnya terjatuh. Sabun, pasta gigi, sikat gigi dan shampoo yang ia bawa terjatuh ke lumpur.

"Ma-maafkan gue. Gue-gue gak sengaja," mohon gadis yang tak sengaja menyenggol Evril. Gadis berusia berkisar tujuh belas tahun itu mengambil peralatan mandi Evril dan membersihkannya menggunakan air mineral yang ia pegang. Kemudian, wanita itu memberikan peralatan mandi itu ke Evril.

"I-iya. Gak apa-apa, kok," ujar Evril.

"Terima kasih banyak."

Wanita itu memakai baju Rapilo dengan lengan digulung hingga ke siku dan juga celana Rapilo yang digulung selutut hingga terlihat jelas sebuah luka tergores di pergelangan kakinya. Sepertinya, itu luka lama.

Luka bekas goresan benda tajam yang terbuat dari logam atau sejenisnya. Sepasang sepatu sengaja dipegang gadis itu. Ia lebih memilih berjalan kaki dengan bertelanjang kaki agar sepatunya itu tidak kotor. Sepasang kaos kaki hitam di masukkan ke sepatu itu.

Gadis Misterius (PROSES REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang