villa

146 13 1
                                    

"Jadi ini tempat villa kita?" tanya Andi ketika keluar dari mobil. Ia mengucek-kucek kedua matanya.

"Iya. Ayo masuk," ucap Nandra sambil membawa koper hitam kepunyaannya.

Nandra, Aliando, dan Andi pun masuk ke villa berwarna putih polos itu.

"Wah, ruangan villa bagus juga," kagum Andi. Mulutnya menganga---terkagum dengan keindahan bagian dalam villa tersebut.

Semua tertata dengan rapi dan udaranya sangat wangi. Lantai keramik berwarna putih itu sedikit licin dan tampak bening hingga dapat membuat orang bercermin. Mungkin, lantai tersebut baru dipel. Meski villa tersebut sangat sederhana, tetapi sangat indah dan bersih sehingga membuat orang merasa nyaman.

Seusai itu, ketiga cowok tersebut pun berpindah tempat ke kamar mereka.

Kriet!

Derit pintu berbunyi ketika Nandra membuka pintu kamar villa tersebut secara perlahan.

"Selamat datang!" seru seseorang dari dalam kamar tersebut.

Sontak, hal itu membuat Nandra merasa terkejut. Andi dan Aliando pun merasa bingung.

"Lo kenapa, dra? Gak jelas banget," ketus Andi.

"Angel ni. Dia ngejutin gue," ungkap Nandra.

"Maaf-maaf. Aku sangat bersemangat," ucap Angel sambil menggaruk pelan kepalanya yang tak gatal itu.

"Kenapa kaget? Oh ... aku tahu. Pasti lo kaget karena melihat wajah bocah yang jelek itu, ya?" tebak Andi. Ia tertawa lepas.

"Enak aja," gumam Angel kesal sembari berkacak pinggang. Ia merasa bahwa Andi sedang menghinanya. Kepala Angel sedikit menunduk. Namun, tatapannya mengarah ke Andi dengan sangat tajam.

"Aduh-aduh. Sakit!" ucap Andi setengah berteriak ketika Angel menjewer telinga kanannya.

Angel tak menurut. Tetapi, ia semakin menarik telinga Andi ke bawah hingga membuat tubuh tinggi Andi merendah mengikuti tarikan jeweran tersebut.

"Kalau mau dilepasin, minta maaf dulu," kata Angel. Ia tersenyum kecil.

"Andi, kata Angel lo harus minta maaf dulu baru dia akan melepaskan jewerannya," ucap Nandra.

"Ogah!" ketus Andi.

Lantas, Angel pun semakin kesal. Semakin kuat pula ia menjewer cowok yang menurutnya sangat mengesalkan itu. Sangat kuat hingga Andi menjerit.

"Iya-iya. Gue minta maaf, Ngel. Maaf," mohon Andi. Ia memegang telinganya yang dijewer itu.

Mendengar permintaan maaf Andi, Angel pun langsung melepas tangannya dari telinga Andi. Merah. Telinga Andi memerah dan memanas.

"Aduh. Sakit banget," keluh Andi pelan. Ia mengelus-elua telinganya.

"Sudah selesai main-mainnya?" tanya Aliando datar.

Lalu, Aliando melangkah melalui sisi kanan Nandra dan kiri Andi hingga Aliando sedikit menabrak pundak Andi pelan. Namun, ia mengacuhkan hal itu.

Beberapa jam berlalu dan sang bulan menyapa dengan sinar cahaya putihnya yang menerangi gelap gulita malam saat itu. Letih. Nandra, Aliando, dan Andi merasa letih karena mereka baru selesai membersihkan keran air yang rusak. Terus memperbaiki hingga pukul sebelas malam.

"Gue capek banget. Udah basah, eh malah bau banget lagi," ucap Andi sambil melemparkan tubuhnya ke kasur.

"Hey, jangan tidur woy! Bajumu itu basah. Nanti, kasurnya ikut basah gimana?" ucap Angel setengah berteriak. Ia menarik tubuh Andi hingga Andi beringsut berdiri.

Gadis Misterius (PROSES REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang