Happy Vacation! [2]

133 33 15
                                    

Seokjin masuk ke dalam kamar Sojung, dia masih khawatir akan keadaan sahabatnya sekarang. Dia berjalan ke arah ranjang, beranjak naik dan ikut duduk di samping Sojung.

"Jung, udah kali sedih-sedihnya. Udah dua mingguan juga. Ikhlasin ayah lo. Ya?"

Sojung tanpa semangat menoleh ke arah Seokjin. "Nggak bisa, Jin! Nggak bisa!"

"Nggak ada yang nggak bisa, Jung. Yang ada cuma mau dan nggak ma―"

"Lo nggak tau gimana rasanya, lo nggak tau gimana perasaan gue! Sakit, Jin! Sakit!"

"Justru karena gue tau, gue bilang begini sama lo!" balas Seokjin tak kalah keras. "Bukan cuma ayah lo yang udah meninggal, ayah gue juga! Bahkan ayah gue lebih dulu meninggal daripada ayah lo!"

Sojung kembali ke alam sadarnya. Hatinya ikut meringis, mendengar sahabatnya berkata demikian. "Gue ... gue minta maaf, Jin. Maafin gue. Gara-gara ayah meninggal, gue merasa jadi orang yang paling sedih di dunia. Gue sampe lupa kalau lo ternyata punya nasib yang sama kayak gue. Gue aja yang terlalu lebay."

"Nggak usah minta maaf kayak gitu," balas Seokjin. "Sekarang yang gue mau, lo ikhlasin ayah lo. Kalau lo kangen, lo kunjungin makamnya, doain. Jangan malah sedih, di kamar terus kayak gini. Kasian juga Bunda ngeliat lo tiap hari kayak gini, padahal dia juga lagi pura-pura kuat, demi lo. Biar lo nggak tambah sedih ngeliat kondisi Bunda."

"Goblok banget emang gue! Tolol!"

"Nggak guna juga lo ngata-ngatain diri lo kayak gitu, Jung. Harusnya lo tuh bantu Bunda, temenin dia, hibur dia. Jangan kayak gini lagi, ya?"

"Makasih ya, Jin? Kalau nggak ada lo, nggak tau lagi deh gue kayak gimana jadinya."

Pelan-pelan namun pasti, Sojung melingkarkan tangannya di pinggang Seokjin, kemudian memeluknya. Seokjin jelas saja gugup, tapi dia tetap berusaha menutup-nutupi kegugupannya.

"Udah ah, jangan mellow terus. Jelek muka lo pas lagi sedih tau, gak!"

Sojung terkikik kecil dalam pelukannya. "Emang dasar lo, ya! Ngeselin!" tukasnya begitu lembut dan dengan nada suara yang rendah.

"Wih, iyalah. Seokjin!" Tanpa tahu malu, Seokjin selalu membanggakan sikap dan pribadinya yang menyebalkan. Well, daripada jadi pria yang sok romantis, picisan namun jatuhnya malah cringe, Seokjin lebih bangga menjadi pria yang apa adanya, blak-blakan walau banyak menyebalkan.

〰〰〰

"Seokjin peringkat berapa, Bu?" tanya Sojung pada Ibu Seokjin yang masih memegang berkas rapot laki-laki itu.

"Tujuh," jawab Ibu Seokjin dengan peragaan mulut alias tanpa suara.

Sojung tertawa puas, "Ha! Hahahaha, tinggian gue masih, wleekk!" ledek Sojung pada Seokjin yang duduk di sebelahnya.

"Yeh ... yeh, resek!" balas Seokjin tak terima. "Emang lo peringkat berapa sih, hah?"

Sojung tertawa penuh kesombongan. "Gue? Hahaha! Jelas peringkat lima lah!"

"Pffttt. Peringkat lima?" tanya Seokjin. Sojung lantas membalasnya dengan anggukan. "Baru peringkat lima aja sombong. Nih ya, dengerin gue, Jung! Orang ... murid, itu boleh sombong kalau dia dapat peringkat satu di kelas. Lah ini ... peringkat lima aja pamernya kayak apaan tau. Idih!"

"Yeee ... biarin! Julid amat lo jadi cowok!" protes Sojung sambil mencubiti pinggang Seokjin sampai laki-laki itu menggeliat kesakitan.

"Aduh-aduh! Sakit, Jung!"

"Biarin! Siapa suruh julidin gue!" balas Sojung.

"Ya biarin juga. Mulut-mulut gue, jadi ya terserah gue ngomong kayak apa kek!"

SUMMER LOVE 》ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang