1.
Kenapa trademark GOT7 diperpanjang oleh JYPE? Apa karena JYPE ingin menjegal langkah GOT7 agar tak keluar setelah kontrak selesai?
Jawab:
Begini, sebelum didaftarkan sebagai merek, kata 'Got7' hanyalah sebuah kata berbahasa inggris. Setelah didaftarkan, maka nama GOT7 telah menjadi nama dan tak boleh digunakan oleh siapapun di wilayah teritorial tertentu. Siapa yang punya menjadi pemegang hak atas merek terdaftar yang dalam hal ini adalah Got7? Tentu saja yang mendaftarkannya, atau yang mencetuskannya.
Kenal dengan band Noah? Dulu band tersebut bernama Peterpan. Kenapa ia berganti nama? Karena Andika, salah satu personil mereka, keluar dari Peterpan dan membuat band sendiri. Meskipun Andika yang keluar dan Peterpan yang tetap tinggal di labelnya, tapi Andika tak ingin nama Peterpan tetap dipakai karena nama itu adalah idenya.
Jadi ini bukan masalah siapa artis dan siapa label, tapi siapa yang pertama mencetuskan nama itu. Karena nama Got7 itu sepertinya pertama kali dicetuskan oleh JYPE, maka mereka yang berhak memperpanjang pendaftaran merek tersebut. Nama 2AM yang sudah tak aktif saja tetap ada, meskipun personilnya sudah tak ada satu pun yang kontrak di JYPE.
2.
Banyak sasaeng mengganggu privasi artis JYPE, kenapa tidak ada tindakan hukum padahal artikel soal JYPE akan mengambil tindakan hukum pada sasaeng sudah banyak?
Jawab:
Pada kenyataannya, berperkara hukum tidak semudah itu. Banyak biaya yang harus dikeluarkan; persidangan, pengacara, dll. Belum lagi proses pemeriksaan yang panjang, apakah si artis siap melewatinya? Jadwalnya bagaimana? Sedangkan proses persidangan bisa sangat panjang.
Belum lagi jika sasaengnya adalah orang luar Korea, maka perbedaan hukum antar negara akan membuat perkara ini jadi semakin ribet. Itulah kenapa Josh, stalker Nayeon Twice dari Jerman, yang sebenarnya terang-terangan mengaku menguntit Nayeon di sosial media dan sampai datang ke Korea, kemudian sempat dijerat dengan tuntutan Mengganggu Jalannya Bisnis (Undang-Undang Pidana Korea Pasal 314), justru bebas dari tuntutan setelah ia kembali ke Jerman. Karena hukum di Jerman jelas berbeda dengan di Korea. Apalagi tindakan penguntitannya terjadi di Korea, jadi Josh hanya akan ditindak jika ia kembali ke Korea.
Hal ini berlaku juga bagi kasus stalker yang mengganggu keluarga Bambam Got7 di Thailand, kasusnya akan sulit untuk ditangani JYPE yang berkedudukan di Korea. Sedangkan tindakan menguntit sendiri masih belum dianggap sebagai tindak pidana di banyak negara. Di Indonesia saja, menguntit itu bukan sebuah tindak pidana, kecuali tindakan menguntitnya dilanjutkan dengan tindak pidana seperti pencurian.
Karena itulah, sejauh ini, JYPE hanya membuat ancaman melalui media dan juga blacklist bagi stalker dari semua kegiatan resmi artisnya. Hal itu dirasa cukup untuk menggertak dan memberi citra pada publik jika artis JYPE dilindungi dan tak bisa sembarangan diikuti. Apalagi jika si artis melaporkan di sosial medianya, bantuan penggemar biasanya akan cukup memberi gertakan. Tindakan hukum yang keras baru akan dilakukan jika apa yang dilakukan stalker dianggap sudah cukup jauh dan mengancam.
3.
Kenapa JYPE menelantarkan 15&? Park Jimin dan Baek Yerin deserve better!
Jawab:
True. Of course 15& deserve better. Itulah kenapa aku seneng kontrak mereka selesai di JYPE dan terlihat lebih bebas sekarang. Tapi apakah selama mereka di JYPE mereka ditelantarkan?
Baik, bayangkan kau masih berumur 15 tahun. Apa yang kau lakukan saat berumur 15 tahun? Saat kau kelas 3 SMP? Apa kau tahu soal idealisme? Independensi berkarya?
Park Jimin dan Baek Yerin debut pada saat 15 tahun pada tahun 2012. Konsep mereka duo. Suara mereka luar biasa. Apalagi Park Jimin sudah lebih dulu dikenal sebagai pemenang ajang pencarian bakat Kpop Star di tahun yang sama. Temen seangkatannya yang juga masuk JYPE dari acara itu, Park Jaehyung, bahkan harus menunggu hingga 2015 untuk debut sebagai Jae Day6 tak peduli jika umurnya jauh lebih tua.
Setiap tahun mereka merilis lagu, acara off-air juga sering disambangi, konten mereka bernyanyi jalan terus di kanal Youtube. Album Sugar pada tahun 2014 juga cukup menarik perhatian. Hingga pada tahun 2015 mereka mengeluarkan project solo masing-masing, dan sejak itu mereka tak pernah lagi melakukan project sebagai 15&.
Apa yang salah? Padahal mereka terlihat baik-baik saja.
Seiring usia, Yerin dan Jimin menemukan idealisme musik mereka masing-masing. Kalau saat berusia 15 mereka bisa 'dipaksa' untuk bersama dalam satu konsep, maka semakin dewasa mereka punya pilihan yang berbeda. Ada genre yang Jimin sukai, dan ada yang Yerin sukai. Bisa terlihat dari lagu-lagu mereka saat solo, April Fool milik Jimin jelas berbeda dengan Bye Bye My Blue milik Yerin. Dan dua-duanya tetap difasiltasi untuk dirilis oleh JYPE.
JYPE juga tak mempermasalahkan ketika Yerin punya band sendiri dan mulai merilis lagu-lagunya secara indie. Sedangkan Jimin tetap merilis lagu namun tetap memiih aktif dalam dunia hiburan lain seperti pemandu acara. Karena secara kepribadian pun mereka sebenarnya bertolak belakang, Jimin yang lebih terbuka dan Yerin yang tertutup. Jika dalam grup yang jauh lebih banyak anggotanya, ketimpangan ini mungkin bisa ditutupi, tapi jika hanya berdua akan jelas kelihatannya.
Tapi kenapa Yerin mengaku takut melihat JYPE sekarang?
Sebelum Yerin habis kontrak taun 2018, JYPE merilis album baru Our Love is Great untuk Yerin. Dan itu setelah bertahun-tahun Yerin sibuk dengan band dan kegiatan indie-nya. JYPE yang Yerin kenal jelas berbeda dengan JYPE sekarang. JYPE sebagai perusahaan jadi jauh lebih besar; ada kepentingan yang banyak, produser yang semakin banyak, sistem yang rumit, dan hal itu biasanya agak ganggu bagi orang yang idealisme berkaryanya tinggi. Mereka akan takut karyanya diutak-atik hanya demi selera pasar. Meski pada akhirnya, album tersebut rilis dengan semua lagu hasil karyanya sendiri.
Terus kenapa Jimin sampai harus meminta JYPE membiarkannya menyanyi saat memandu acara?
Berbeda dengan Yerin yang seperti 'hilang' karena nyaman dengan jalur indie, Jimin sedikit lebih aktif dalam jadwal lain seperti pemandu acara. Dia bahkan bisa tetap mendapat siaran perilisan album, konten Youtube, dan juga promosi di televisi. Karena itu Jimin akan merasa lebih dekat dan bebas bersuara tentang JYPE dibandingkan Yerin. Saat itu JYPE sedang masa transisi karena berpindah gedung dan juga pemberlakuan sistem divisi. Wewenang Studio J sebagai label in-house juga pasti sedang direvisi seperti divisi lainnya. Setelah perusahaan stabil, Jimin baru bisa merilis dua project sebelum masa kontraknya habis.
Tak ada yang salah dari perjalanan karir Jimin dan Yerin, mereka debut diusia yang sangat muda sehingga mengalami proses pencarian jati diri sebagai musisi yang dapat diikuti. Tak seperti idol kebanyakan, yang debut di usia cukup matang dan sudah punya preferensi idealisme sendiri. Sehingga setelah debut, seluruh konsep dan karyanya sudah punya ciri khas. Kalau kalian kagum dengan Yerin yang sekarang blak-blakan dengan badan penuh tato, kalian juga harus tahu jika dia pernah menjadi gadis pemalu yang disayang oleh para seniornya. Kalau kalian kagum dengan Jimin yang sekarang tumbuh menjadi gadis cantik, kalian juga harus tahu dia adlaah penari kkab yang bisa memancing tawa.
Mereka berdua debut saat JYPE belum sebesar sekarang, saat itu JYPE masih bereksperimen, belajar, dan berkembang. Tapi mereka mengapresiasi karir Yerin dan Jimin dengan cukup baik. Dalam sebuah interview saat Jimin merilis April Fools, Jimin mengaku jika ia membutuhkan waktu cukup lama untuk album karena ingin merilis lagu yang sesuai dengan genre-nya. Dia juga berjuang dengan kesehatan mentalnya dan mengapresiasi layanan konseling yang diberikan agensi.
Jadi meskipun mereka terlihat lebih sukses setelah keluar dari JYPE. Aku percaya jika itu bukan hanya karena mereka hebat, tapi karena mereka telah mengalami waktu belajar dan pencarian jati diri yang panjang di agensinya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
JYP Nationgraphy
Non-FictionJYP Nation + Biography + Unek-unek = JYP Nationgraphy Mager + Males Mikir + Bahasa Inggris pas-pasan = Judul buku ini P.S. Bukan Humas JYPE. == Pernah di : Peringkat #1 dalam JYPE Peringkat #5 dalam nonfiksi