"Papa yang antar kamu ke sekolah hari ini, mumpung kita nanti satu arah."
"Tumben banget. Kalau gak satu arah berarti gak bakal nganterin dong."
Sang Papa tersenyum simpul menanggapi putrinya yang kini sedang mengunyah sarapannya. "Kamu ini, Satine... Kalau pun kamu minta Papa antar jemput kamu tiap hari, pasti Papa lakuin."
"Maaf ya sayang, Papa hari ini sibuk, Papa musti ngurus proyek di kota A, B, C, D, sampe Z, jadi belum bisa antar kamu," ujar Satine berusaha menirukan suara Papanya. "Aku yakin Papa gak lupa dengan kalimat barusan, kan?" lanjut Satine dengan alis sebelah kirinya terangkat naik.
"Emang Papa pernah bilang begitu?" tanya Papa Satine tak yakin. Ia merasa sama sekali tak pernah berujar seperti itu pada putrinya.
Memutar kedua matanya, Satine mendengus lirih. "Sering. Terakhir Papa baru bilang kemarin. Tapi, syukurlah pagi ini aku bisa lihat Papa satu meja makan sama aku." Satine mengulas senyum manisnya hingga pipinya yang merah naik.
"Papa udah mulai lupa, bahaya ini. Bisa-bisa besok Papa lupa kalau punya anak kamu," balas Papa Satine iseng. Kemudian dibalas dengan cebikan kesal dari anaknya.
Di meja makan kayu mahoni persegi panjang itu hanya ada mereka berdua. Kontras dengan dua orang yang makan di situ, makanan berjajar ramai di atas meja. Rumah itu pun luas dengan di dalamnya berornamen warna putih silver yang elegan, serta biru emerald di beberapa benda yang tampak mahal. Lantainya dilapisi marmer broken white, sedangkan di ruang keluarga dindingnya dengan kayu jati berpelitur mengkilap. Kesan mahal rumah itu membuat siapapun merasa betah di dalamnya. Terinpirasi dari sebuah bangunan modern dengan sentuhan berkelas nan mewah, rumah itu tak perlu diragukan ditaksir miliaran.
"Mmm, Pa... Mama hari ini gak pulang?" tanya Satine ragu. Ia meletakkan sendok dan garpunya seusai menyelesaikan makannya.
Ada jeda sejenak di antara mereka, namun tak lama, Papa Satine menjawab, "Nanti Papa hubungin Mama lagi. Sepertinya Mama benar-benar sibuk di Singapore sampai lupa sama kita."
Ada penekanan di kata 'Singapore' yang diucapkan Papanya. Entah lah, ia merasa nada bicara ayahnya sedang tak bercanda. Ia mengetahuinya dari gestur kaku tangan ayahnya memegang sendok. Wajah ayahnya pun tak bisa berpura-pura menutupi awan mendung di kedua wajahnya yang menua. Satine tahu ada yang sedang retak, bukan lagi sebuah terkaan lagi.
Melihat ayahnya bermata kosong, Satine segera berkata lembut, berusaha memperbaiki kemurungan yang tampak. "Mama gak lupa sama kita, Pa. Tunggu aja, pasti koper Mama penuh cokelat buat aku. Dan untuk Papa, Mama pasti gak lupa beli jam tangan baru." Sebisa mungkin Satine mengulas senyum lebarnya untuk Papanya.
Hartanto tahu sesungguhnya jika Satine sedang pura-pura tak tahu akan sebuah rahasia yang ia sembunyikan. Pria di akhir lima puluh itu tak bodoh untuk mengetahuinya. Satine adalah gadisnya yang akan selalu menjaga perasaannya. Selembut namanya, hati gadis itu tak kalah lembut, ia tak akan pernah berusaha memperparah luka.
Sarapan pagi itu berakhir dengan agak canggung disebabkan pertanyaan terakhir Satine. Di dalam hatinya, ia menyesal, tetapi itu harus dilakukan. Hampir satu bulan ibunya tak juga berada di rumah. Ia memang seorang wanita karir yang mengharuskannya ke luar kota bahkan luar negeri untuk mengurus bisnis mode. Wanita yang cukup terkenal di Indonesia itu memang workaholic, sehari ia bisa berada di dua kota.
Semua orang bilang, Hartanto Yudisthira beruntung memiliki istri secantik Irene Sukatja. Dan semua orang iri, Irene Sukatja mendapatkan suami seberpengaruh Hartanto Yudhistira. Tapi, tak ada gading yang tak retak. Tak ada yang tahu jika orang-orang melihat dari jarak pandang yang jauh, tanpa melihat lebih dekat, mereka tak akan mengetahui keretakan gading yang paling mahal sekalipun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Bawah Langit Ibu Kota
Novela JuvenilDi bawah langit ibu kota yang lebih kejam dari ibu tiri, orang-orang mengadu nasib mereka. Di bawah langit ibu kota yang gersang, terlahir bayi-bayi merah yang tidak dapat memilih dilahirkan oleh siapa. Di bawah langit ibu kota, semua orang bermain...