6. Big Problem

11.8K 461 23
                                    

Carla diam dan menajamkan telinga untuk mendeteksi kedatangan orang tadi, sedangkan Dinda komat-kamit sambil memejamkan matanya layak mbah dukun. Ada-ada aja emang nih anak satu. Carla mendengar suara langkah kaki yang menaikki tangga besi. Berarti tak lama lagi orang itu akan sampai ke tempat Carla dan Dinda bersembunyi. Orang itu masuk ke dalam ruangan pertama, dan terdengar bahwa dia memindahkan tempat tidur diruangan itu. Entah apa yang dia coba lakukan. Detik berikutnya orang itu sudah menginjakkan kakinya d ruangan kedua, dan mendekati peti-peti tempat Carla dan Dinda bersembunyi. Mereka menahan napas,memejamkan mata, dan benar-benar berharap agar tidak ketauan. Kemudian orang itu melangkahkan kakinya mendekati meja tempat vas bunga dan kemudian berhenti didekatnya. Dinda merasakan kakinya mulai pegal dan kesemutan, ia ingin menggerakkan kakinya perlahan, tetapi malah menendang batu kerikil kecil dan menimbulkan suara. Carla menatap tajam ke Dinda, dan Dinda langsung menampakkan rasa bersalah. Terdengar suara langkah kaki orang itu mendekati peti. Dan dalam sekejab mereka ketauan. Tangan mereka di cengkram dan ditarik dengan kasar. Carla dan Dinda mengaduh karena sakit, dan mereka berusaha melepaskan diri dari cengkraman orang itu, tetapi kalah kuat

"PAK UDIN!!!" teriak Carla dan Dinda bersamaan setelah melihat siapa yang telah mencengkram mereka

"Apa yang kalian lakukan disini?" tanya pak Udin tidak senang. "dan bagaimana cara kalian masuk?"

Carla dan Dinda tidak mau menjawab. Mereka shock, melihat di pinggang pak Udin melingkar sabuk dengan golok yang ditancapkan.Tanpa ba bi bu lagi, dan tanpa perencanaan yang matang, Carla menendang selangkangan pak Udin, dan sukses membuat cengkraman pada kedua gadis itu terlepas. Hal ini mereka gunakan untuk kabur turun melalui tangga besi. Sakit pada selangkangan pak Udin, memberikan cukup waktu bagi Carla dan Dinda untuk turun. Mereka bingung mencari jalan keluar karena jalan masuk mereka telah tertutup

"Carla..... carlaa...." terdengar suara yang lembut mengalun ditelinga Carla, dan seketika itu juga matanya melihat sosok putih "aku bisa membantu mu, masuklah!" perintah hantu itu. Setelah dia berkata demikian, tiba-tiba saja dinding batu ditengah lorong itu maju sedikit dan kemudian bergeser sehingga memperlihatkan celah yang cukup besar. Tanpa berpikir panjang lagi, Carla dan Dinda masuk ke sana dan dinding batu itu bergeser menutup kembali sehingga menutupi Carla dan Dinda yang meringkuk ketakutan didalamnya. Selang beberapa detik kemudian terdengar langkah kaki dan menjauhi tempat persembunyian Carla dan Dinda. Phiuuhhh.... mereka akirnya bernapas dengan lega. 1 masalah baru saja terlewati dan masalah lain muncul. Mereka terjebak didalam sana, dan harus meraba dalam gelap. Mereka menyalakan senter dan hanya dinding batu yang dapat mereka lihat

"car gimana ini?" tanya Dinda dengan suara yang bergetar

"gue belum tau nih Din, tapi gue berharap kita bisa keluar dari sini" jawab Carla berusaha menenangkan Dinda "mungkin kita harus menelurusi jalan ini.. memang agak sempit, tapi sepertinya layak dicoba"

"ya. Itu lebih baik dari pada hanya berdiam diri disini" jawab Dinda dan mulai bangkit mengikutin Carla yang sudah mulai berjalan berlawanan arah dari tempat mereka masuk

Mereka berjalan perlahan, dengan berpegangan pada dinding batu. Awal mulanya dinding batu itu sempit, namun semakin dalam mereka berjalan, dinding batu meluas dan semakin menanjak. Carla dan Dinda merasa sangat lelah, sinar senter yang mereka gunakan hanya dapat menerangi beberapa langkah didepan mereka, meskipun sudah menggunakan 2 senter. Beberapa kali Carla dan Dinda hampir jatuh, tersandung jalan yang tidak rata atau batu kerikil. Mereka berjalan tanpa henti, lorong panjang ini seperti tidak ada habisnya... setelah bagian menanjak mulai datar, ujung dari gua ini masih saja belum terlihat. Carla dan Dinda memutuskan untuk beristirahat sebentar karena terlalu lelah, dan lecet-lecet pada kaki mereka mulai terasa perih dan nyeri. Carla membuka tasnya dan memberikan roti dengan selai kacang kepada Dinda yang langsung dilahap oleh Dinda sampai habis. Setelah merasa baikkan, dan tenaga mereka pulih kembali, mereka mlenajutkan perjalanan. Akirnya setelah berjalan yang tidak ada ujungnya, Carla dan Dinda melihat secercah cahaya yang sangat mereka rindukan di ujung gua. Yup! Cahaya remang bulan purnama dari atas kepala mereka. meski cahaya bulan biasanya tidak terlalu terang, namun berada dilorong gelap selama berjam-jam membuat mata mereka lebih sensitif saat melihat cahaya remang. Didinding batu itu sudah tersedia tangga besi seperti sebelumnya. Carla mencoba menaiki tangga besi itu dengan perlahan. Namun baru saja 1 kakinya hendak menapak tangga besi yang lain, tangga besi yang tadinya telah dinjak oleh Carla, kepas dan jatuh ke lantai gua dengan bunyi yang cukup nyaring dan bergema. Hal ini membuat Carlda lebih berhati-hati lagi untuk menaiki tanggga berikutnya. Sama seperti sebelumnya, tangga besi yang kedua mulai terlepas, dan hampir membuat carla terjatuh. Untung saja pelajran gymnastic disekolah, membuat Carla mampu berpegangan erat pada tangga besi selanjutnya. Carla dengan cepat menaiki tangga besi sisanya, dan mencoba mendorong apapun itu yang menutup jalan keluar mereka. Carla baru menyadari bahwa apa menutup jalan keluar mereka adalah tingkap besi yang memiliki selot, seperti jendela diruangan kecil yang hanya memiliki satu selot untuk membukanya. Carla mencoba membuka selot itu, namun usahanya sia-suia belaka karena selot itu berkarat.

Carla's Adventure : Ghost WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang