3

27 9 2
                                    

12.30 PM

Hari ini sudah menunjukkan pukul setengah satu siang.Kedua orang tua Narfa kini sedang bersiap-siap untuk bekerja,ya mereka bukan lah pegawai negeri mereka pegawai swasta yang bekerja di Toko Supermarket Super Indo Mamahnya bekerja di bagian kepala kasir dan sedangkan Papahnya bekerja di bagian satpam tetapi mereka beda tempat.

"Dek,udah siap?mamah anterin ke bunda sekarang yuk" saut Mamahnya kepada Narfa.

"Udah"

Mereka pun mengantarkan Narfa ke rumah Bunda mereka membuka pintu bagian belakang yang langsung menyatu dengan Dapur.

"Assalamualaikum" Ucap Mereka semua.

Di ruang tamu kini sudah banyak orang diantaranya Bunda,Teh Syaza,Mamah Ida,Kakek.Kakek itu adalah ayahnya dari Bunda dan yang lain yang tinggal bersama Bunda.

"Eh neng,dek sini dek" Ajak Bunda

Narfa pun duduk di lantai yang berwarna putih dan sebelahnya adalah Mamahnya.

Sebenarnya yang dirasakan oleh Narfa itu kesedihan ia tidak mau berada disini tapi entah bagaimana caranya untuk berbicara kepada kedua orang tua nya.

Dari raut wajah Narfa kini sekarang hanya terdiam tidak berkata-kata sedikitpun dan mata nya sudah berkaca-kaca rasanya ia pengen mengeluarkan air matanya tapi ia takut entah mengapa rasanya Narfa ingin terus menangis beberapa hari ini mungkin ini adalah efek ketakutan yang dirasakan oleh Narfa karena mungkin keinginan nya sekarang adalah ingin bersama mamah dan papahnya.

"Bun,nitip ya maaf kalau ngerepotin"
Saut mamahnya.

"Dek,jangan nakal ya" sambung papahnya.

Narfa hanya menganggukan kepalanya yang menandakan"iya"

"Iya neng,engga teu sawios"

"Yaudah mamah kerja dulu ya" pamit mamahnya.

Narfa pun salim ke papahnya dan mamahnya.

"Hati-hati neng,Aa" sambung Bunda.

Narfa yang sedang duduk ia langsung pergi menyusul ke kedua orang tuanya.

Narfa melihat dari jauh kedua orang tua nya kini sedang duduk di motor dan lama kelamaan mereka sudah pergi Narfa pun sudah melihat punggung Mamahnya menjauh dan kini sudah tak terlihat lagi Narfa pun mengekspresikan wajah nya dengan cemberut.

"Udah yuk dek masuk" ajak Bunda yang dari tadi berada di pinggir Narfa.

Narfa pun terdiam ia berfikir tidak seharusnya takut kepada Bunda ia harus bisa bersosialisasi dengan Bunda dan orang-orang sekitar rumah ini.

"Iya"

Kini Narfa sudah berada di ruang tamu dan ia pun duduk di lantai karena ia masih malu-malu ia tidak berani untuk duduk di karpet bersama Teh Syaza.

Kebetulan hari ini banyak sekali keluarga Bunda ada kedua kakak Bunda dan para anak-anaknya yang sudah besar bernama ica dan melati mereka adalah anak dari uwa Ema.

"Bun,saha ieu?" Ucap wak Ema
(Bun,siapa ini?"

Memang keluarga mereka sunda banget jadi mereka sudah terbiasa berbicara dengan bahasa sunda satu sama lain.

"Anak asuhan tetangga sebelah ieu mamah jeung papahnya kerja baheula di asuh ku nenek jeung kakek nya ngan ayeuna kerja di Jakarta jadi eweuh nu ngasuh jeung oge saudara na jararauh jadi dititipkeun kadieu." ucap Bunda
(Anak asuhan tetangga sebelah ini mamah sama papahnya kerja dulu di asuh sama nenek sama kakeknya tapi sekarang gak ada yang ngasuh terus juga saudara nya jauh semua jadi dititipin kesini).

Kisahku (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang