-5-

450 17 1
                                    

Vote dan komentar akan sangat dihargai!
Terima kasih!^^















Selamat membaca!















🍒

"Huuuu....sakit sekali rasanya...."

Ya, kalian pasti bisa menebak apa yang terjadi. Haru nya disakiti lagi.

"Hei, sudahlah! Ini sudah botol ketiga mu! Minum hingga kau mati pun tak akan menyelesaikan masalah!"

Sungguh, Yudas tak tahan melihat Haru sehancur ini. Dia juga tak bisa berbuat banyak. Ia merasa sangat tak berguna.

Yudas membawa Haru ke pelukannya lagi. Kali ini ia menyembunyikan wajah Haru di dadanya, menyandarkan dagunya di pucuk kepala Haru. Ia menangis. Ya, ia tak tahan melihat Haru menangis lebih lama. Sekali lagi, ia merasa tak berguna. Ia tau, seharusnya saat ini ia menenangkan Haru, bukannya malah ikut-ikutan menangis seperti anak gadis begini. Tapi nyatanya pelukan itu berhasil menenangkan Haru.

Pelukan yang berbeda. Keduanya saling mempererat pelukannya, memburu titik kenyamanan yang entah berapa lama lagi bisa mereka temukan, entahlah. Hingga kini pun keduanya masih sibuk mempererat pelukannya.

Haru memberanikan diri mendongakkan kepalanya, menemukan manik amber itu ke iris yang lebih tinggi. Apa ini?

Yudas tau apa yang diinginkan pria mungil itu. Ia tau dengan jelas, namun ia tak ingin menjadi pelampiasan kesedihan Haru. Ia tak ingin sekedar menjadi rumah sakit bagi Haru. Ia ingin menjadi rumah, tempat hatinya menetap, bukan sekedar singgah ketika sakit lalu pergi.

Tapi apa yang ia pikirkan, bertolak belakang dengan apa yang hatinya inginkan. Tentu saja ia ingin menenangkan bibir itu, memanjakannya, menjaganya agar tak ada siapapun lagi yang menyakitinya. Tapi seperti yang ia tau, saat ini ia bukan siapa-siapa bagi Haru kecuali teman.

Yudas memalingkan wajahnya. "M-maaf, Haru..tapi.."

"Hhh tak apa. Aku mengerti. Terima kasih sudah membuatku lebih baik. Selamat malam."

Hah....Yudas bodoh!! Kenapa aku mengabaikan ciuman Haru?!


.




.

Pukul 2 dini hari.

KRIET..

"Eumm..siapa–"

Chu~

"H-haru?!"

"Mmmh hah..hah.."

"Hei! Kau sadar apa yang baru saja–"

Haru membuka bajunya. MEMBUKA BAJUNYA?!?!

"Haru lihat aku! Apa kau sadar apa yang kau lakukan?"

Bukannya berhenti, Haru malah melanjutkan aktivitas melepas pakaiannya. Kini tak ada sehelai pakaian pun yang menutupi kulit bening nya.

Ya Tuhan.. Mataku tak pantas menerima pemandangan ini..

Haru mendekati Yudas, berjalan di atas kedua lututnya dengan ekspresi wajah yang sangat sensual. Yudas menelan air liur nya, berusaha mengalihkan pandangannya ke arah manapun kecuali ke tubuh polos itu. Tuhan benar-benar mengujiku.

Tanpa disadari pria mungil itu sudah berada di atas tubuhnya. Kedua tangannya berada di kedua sisi kepala Yudas. Wajahnya merah padam dan terlihat seperti menahan sesuatu (?)

"Aku menginginkanmu, Yudas~"

"A-apa..menginginkanku..?"

"Di bawah sini..kumohon.."

Tentu saja pemandangan di hadapannya ini membuatnya terangsang. Dia juga pria normal yang memiliki dorongan seks seperti yang lain. Hanya saja..

"Aku tak bisa melakukan apapun untukmu, Haru"

"Kumohon, Yudas.."

"Ini..tidakkah ini salah di matamu?"

"Ngghh..aku sudah tidak tahan lagi..! Kumohon~"

Yudas tau bagaimana sakitnya menahan sesuatu yang melesak di bawah sana. Ia juga mulai merasa miliknya mengeras dan tentu saja mereka sama-sama butuh pelepasan.

"Berdirilah disini"

Yudas mulai membawa tangannya ke penis Haru, menggerakkan tangannya perlahan, membuat Haru mendesah frustasi.

"Lebih cepat, Yudas..kumohon..! Ini membuatku gila haah.. nnnhh.."

Yudas melakukan apa yang diinginkan Haru, mempercepat gerak tangan kirinya, sedang tangan kanannya kini dituntun Haru untuk masuk ke lubangnya satu per satu.

"Ouuhhh~"

Satu jari lolos dan Yudas tetap menggerakkan kedua tangannya, berusaha mencari titik kenikmatan Haru. Haru yang dimanja di bagian depan dan belakangnya seperti ini benar-benar sudah seperti orang gila. Mulutnya tak henti-henti mengeluarkan desahan-desahan erotis yang sangat indah di telinga Yudas.

"Aaaahh....Yudaaaas..."

"Namaku sangat cocok didesahkan olehmu, Haru"

Tak tau datangnya darimana perkataan itu, tapi sungguh, Yudas benar-benar butuh pelepasan saat ini juga!

"Ah! Ah! Ya disitu! Nggghhh~"

"Hah.."

"J-jangan berhenti, Yudas~"

"Tak akan"

Tiga empat kali kocokkan dan Haru akhirnya mengeluarkan sisa-sisa kenikmatannya.

Yudas buru-buru membersihkan cairan Haru yang mengenai tangannya juga di kedua paha Haru, setelah itu membiarkan pria mungil itu tidur di kasurnya. Yudas pergi ke kamar mandi, menyelesaikan urusannya. Ya, dia hebat sekali bisa menahannya selama itu.

"Hah..hah..Haru! Ah!"

Crot..crot..

Yudas mengerang frustasi di tengah-tengah pelepasannya.

Aku pikir aku sudah gila..

Setelah menyelesaikan urusannya, Yudas memakaikan baju Haru, menyelimutkan tubuhnya, lalu matanya berhenti di wajah itu. Wajah yang damai, sangat indah, tanpa cela sedikit pun. Bagaimana bisa ada manusia yang sanggup menyakiti makhluk seindah dia?

Sepertinya aku harus tidur di lantai.


🍒



Vote dan komentar akan sangat dihargai!
Terima kasih!^^

Stay safe, everyone. Woof you🧡

Ps : jangan lupa baca Not Your Sister!



Next>> -6-

SEXOMNIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang