part 17

1K 66 4
                                    

"Sebab ujian seharusnya menguatkan bukan melemahkan"

.....


Di lain tempat bagas sedang sibuk berkutat dengan pekerjaannya, padahal hari sudah larut malam tapi ia masih terus menyibukkan dirinya dengan pekerjaan, ini semua semata-mata ia lakukan untuk menghilangkan perasaan tidak tenang yang terus menghantuinya, memikirkan nadhira membuat bagas merasa bersalah karena sudah membiarkan nadhira pergi tanpa dirinya.

Tiba-tiba handphone bagas berbunyi di layar handphone tersebut tertulis nama ayah mertua, dengan cepat bagas menerima panggilan tersebut. "Assalamualaikum ayah." salam bagas.

"Waalaikumsalam nak, maaf ayah telpon kamu selarut ini ayah dan bunda cuma mau tanyain keadaan kalian disana kalian baik-baik aja kan?"

Bagas terdiam sebentar sampai akhirnya ia berkata "bagas dan nadhira baik-baik aja yah, sebenernya ada apa yah kenapa suara ayah terdengar khawatir?"

"Tadi bunda engga sengaja liat perkiraan cuaca di bali, katanya disana bakalan turun hujan dan petir bunda khawatir kalau dhira bakalan ketakutan selama disana karena nadhira selalu takut dengan hujan dan petir gas, padahal ayah udah tenangin bunda dan bilang sama bunda kalau ada bagas yang nemenin dhira disana, tapi bunda tetep aja khawatir minta ayah telpon bagas, apa dhira udah tidur tadi ayah telpon dia tapi engga dhira angkat"

Nadhira tertegun sebentar setelah mendengar penjelasan dari ayah mertuanya, "kenapa aku engga tahu sama sekali kalau dhira takut hujan dan petir" bagas nampak berpikir sebentar sampai akhirnya suara bunda terdengar memanggil bagas dari telpon.

"Bagas apa dhira baik-baik aja?" tanya bunda pelan.

Apa yang harus bagas katakan sekarang firasat seorang ibu bukannya selalu benar, "aku harus bilang apa sama bunda" lirih bagas berkata kepada dirinya sendiri.

Sebelum menjawab pertanyaan bunda bagas terlebih dahulu menarik nafasnya "Bunda dhira ada sama bagas dhira baik-baik aja, bagas minta sekarang bunda jangan khawatir ya bagas janji apapun keadaannya bagas akan selalu ada di samping dhira bunda jangan khawatir." Bohong lagi-lagi bagas bohong sudah terlalu banyak orang yang bagas bohongi, bagas menghela nafas lalu beristighfar dalam hati.

"Syukurlah kalau dhira ada sama kamu, bunda tenang sekarang bunda minta tolong jaga dhira apapun keadaannya jangan pergi tinggalin dhira saat malam hari, putri bunda tidak sekuat yang kita bayangkan dan maaf kalau putri bunda banyak merepotkan bagas"

Bagas membenarkan kata-kata terakhir mertuanya bahwa nadhira tidak sekuat yang bagas bayangkan selama ini, nadhira rapuh tapi di hadapan bagas ia mencoba untuk terlihat kuat.

"Iya bunda insyaallah bagas bakalan terus jaga dhira, bunda sama ayah jangan khawatir ya."

Ada helaan nafas dari sebrang sana "bunda sama ayah mempercayakan dhira sama bagas, kalau gitu bunda tutup ya telponnya sekali lagi titip dhira ya gas Assalamualaikum." salam bunda.

"Iya bunda, Waalaikum salam" setelah panggilan terputus bagas menghela nafas panjang, "berapa banyak lagi kebohongan yang bakalan aku katakan, bagaimanapun caranya besok aku harus susul dhira kesana"

Bagas menghubungi sahabatnya untuk meminta di pesankan tiket ke bali untuk besok, setelah semuanya selesai bagas langsung menyiapkan semua pakaiannya yang akan ia bawa besok.

Di lain tempat nadhira merasa terusik dari tidurnya setelah mendengar hujan yang cukup deras dan petir yang cukup besar dan berulang-ulang terdengar, bibirnya terus mengucap istigfar tubuhnya bergetar hebat biasanya akan ada bundanya yang memeluknya ketika ia sedang ketakutan seperti ini.

Tapi hari ini tidak ada satu orang pun  yang bisa menenangkannya, tidak ada pelukan hangat yang bisa menjadi obat penenangnya, ketakutan terhadap hujan dan petir sudah nadhira rasakan dari dirinya kecil karena trauma yang pernah ia alami dulu, rasa takut dan kecemasan yang berlebihan sering sekali nadhira rasakan dan ketakutan itu sering sekali menganggu dirinya, seharusnya ketakutan itu sudah menghilang dari dirinya tapi ketakutan itu masih terus ada sampai hari ini.

Cukup lama akhirnya hujan dan petir perlahan berhenti, akhirnya nadhira bisa kembali tertidur dengan perasaan tenang ketakutannya perlahan menghilang tergantikan dengan ketenangan.

Keesokan harinya jam sudah menunjukan angka 5 nadhira sudah rapih dengan floral midi dress yang nadhira kenakan di padu padankan dengan pasmina coklat perpaduan yang sangat pas yang ia kenakan hari ini.

Hari ini nadhira berencana untuk memulai liburan ini di mulai dari melihat sunrise di pantai nusa dua bali kebetulan penginapannya dekat dengan pantai tersebut "Aku harus bisa menikmati liburan ini" nadhira menatap cermin yang ada di depannya lalu tersenyum.

Nadhira tersenyum senang ketika melihat deburan ombak yang menenangkan ia berjalan-jalan santai menyusuri setiap bibir pantai, bebannya sedikit terangkat nadhira mulai lupa apa tujuan awal dia kesini dan dengan siapa seharusnya dia disini.

Sampai akhirnya suara khas laki-laki yang terdengar akrab di telinga nadhira memanggil namanya, dengan cepat nadhira membalikan badannya untuk menatap laki-laki yang ada di belakangnya.

"Mas bagas" lirih nadhira berkata.

Assalamualaikum ImamkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang