Louis POV
Aku baru saja mengunjungi ibuku meskipun hanya 15 menit saja. Itu semua karena ia sedang tertidur lelap, aku tidak mau mengganggunya. Mendengar perkembangan kondisi ibu dari dokter saja cukup membuatku senang. Ibuku memang seorang petarung tangguh.
Alunan musik The Weeknd memenuhi atmosfir mobil mewah ini. Aku akui selera musik pria tiran di sampingku ini lumayan juga. Aku sempat berpikir ia adalah seorang pria pemuja lagu-lagu opera abad Renaissance. Aku tahu pikiranku sangatlah berlebihan mengingat umur pria ini baru saja menyentuh kepala tiga nyatanya, tapi memang aura yang ia pancarkan terlalu mahal, terlalu angkuh.
Pandanganku masih kualihkan pada jalanan kota selagi pikiranku melayang kemanapun ia mau seakan ia memiliki raga sendiri. Sejak aku bersama Allard, aku menjadi semakin sering melihat keadaan tengah kota. Sebelum semua kejadian ini, aku hanya berdiam di daerah pinggiran karena itulah tempatku. Ingatanku melayang mengingat saat aku dan teman-temanku kala itu saat melihat plang jalan 'Rue de Rivoli'. Aku ingat itu adalah malam pertama aku mengikuti pertarungan jalanan dan melengserkan juara bertahan.
'Jerry, aku akan sekaya orang yang di sana.' Malam itu, aku menunjuk seorang berjas yang baru saja mendapatkan mobil mewahnya dari petugas valet.
'Bisa saja kalau badanmu bisa sebesar aku, jagoan.'
Gema tawa kami dan rangkulan hangat teman-temanku masih sangat kurasakan. Mereka memang yang terbaik. Tak sadar, pikiranku menstimulasi otakku untuk membuat bibirku tersenyum.
"Apa yang kau tertawakan?" suara pria tiran itu menarik pikiranku kembali ke ragaku. Aku mengalihkan pandanganku padanya, "Hanya teringat akan teman-temanku."
Oh, benar juga. . .
"Mo . . . Allard, bisakah aku bertanya?"
Allard memerintahku untuk berhenti memanggilnya dengan Monsieur dan mulai memanggilnya dengan namanya. Dalihnya karena ia tidak ingin terdengar seperti memperbudak anak di bawah umur di depan ibuku, meskipun kenyataannya aku tidak di bawah umur. Dasar tubuh mungil sialan!
Tak ada jawaban, aku memilih melanjutkan pertanyaanku. "Apa aku boleh mengunjungi sepupuku? Aku ingin mengembalikan uang yang ia berikan padaku."
"Kupikir kau mencurinya . . .,"
Beberapa saat aku menunggu lanjutan dari perkataan Allard, namun nihil. Aku memutuskan untuk mengangkat suara namun kuurungkan saat Allard menepikan mobilnya persis di sebrang sebuah gedung pencakar langit besar. Ia mematikan mesin mobilnya, melepaskan sabuk pengamannya, dan berusaha meraih barang entah apa. Beberapa saat kemudian ia melemparkan tas kecil dan kunci mobilnya pada pangkuanku.
"Hey!" Tumpukan itu hampir saja mengenai jahitanku.
"Jemput aku 3 jam lagi. Dalam tas itu ada ponsel, atm, credit card dan dompetmu. . .,"
Huh?
"3 jam lagi dan jangan kira kau bisa kabur dan mencuri dariku." Setelah itu, ia menutup pintunya dan pergi menuju gedung besar itu. Aku dapat melihat ia disambut banyak sekali orang berjas hitam. Hal pertama yang terlintas sejauh ini di kepalaku hanyalah, "Orang kaya benar-benar mengerikan."
Aku tidak tahu berapa lama lagi waktu yang telah kuhabiskan memproses seluruh kejadian hari ini jika aku tidak mendengar dentingan ponsel dari tas selempang kecil hitam yang diberikan Allard.
From: B. Pierre, Allard.
Kau mau bergerak dari tempatmu hingga mobil derek membantumu karena kau parkir sembarangan?

KAMU SEDANG MEMBACA
Bonjour, Mr. Fancy Pants! (ManxBoy)
Romance[Edited] Louis Fang Blanc atau yang biasa dikenal dengan nama Louis Fang adalah seorang mantan perampok yang baru saja dihadapkan dengan cobaan terberat yang pernah ia hadapi. Kenyataan bahwa ibunya mengidap kanker paru-paru dan bermacam-macam pengo...